Halaman
Sebelum manusia mengenal mesin, kereta
kuda merupakan sarana angkutan darat yang
cukup handal. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tak
lagi mengandalkan hewan sebagai alat
transportasi. Berbagai jenis alat transportasi
modern kini berhasil ditemukan, sehingga jarak
tempuh yang jauh terasa makin pendek. Sejauh
manakah pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap kehidupan
manusia? Untuk lebih jelasnya, pelajarilah
materi pada bab ini dengan baik.
BAB 3
ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
x
dapat menjelaskan perkembangan IPTEK;
x
dapat menganalisis pengaruh IPTEK terhadap masyarakat dan
perkembangan budaya;
x
dapat mendeskripsikan proses pewarisan IPTEK;
x
dapat menjelaskan faktor penghambat perkembangan IPTEK;
x
dapat menghargai hasil karya IPTEK.
Kata-Kata Kunci
x
IPTEK
x
Perkembangan IPTEK
x
Pengaruh IPTEK
Sumber:
Dok. Penerbit
Antropologi SMA Jilid 2
116
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
117
A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tek-
nologi
Setiap kebudayaan mengandung unsur pengetahuan dan
teknologi. Keduanya merupakan unsur yang berbeda namun terkait
satu sama lain. Pengetahuan cenderung kepada suatu bentuk
kerangka berpikir, sedangkan teknologi merupakan buah pemikiran
hasil suatu pengetahuan. Pengetahuan lebih mengarah ke hal-hal
yang bersifat teoritis, sedangkan teknologi lebih mengarah kepada
penerapan praktis. Misal:
1.
pengetahuan tentang berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat
untuk obat memunculkan teknologi pengobatan tradisional;
2.
pengetahuan tentang adanya muatan listrik positif dan negatif
memunculkan teknologi elektronika, dan sebagainya.
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh
suatu suku bangsa tidaklah sama, sehingga
teknologi yang dikuasai setiap suku bangsa pun
berbeda. Tinggi rendahnya peradaban suatu
kebudayaan selalu dikaitkan dengan sejauh
mana penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
Ruang lingkup pengetahuan suatu suku bangsa
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
1.
Alam sekitarnya.
2.
Alam flora di daerah tempat tinggalnya.
3.
Alam fauna di daerah tempat tinggalnya.
4.
Zat- zat, bahan mentah, dan benda-benda
dalam lingkungannya.
5.
Tubuh manusia.
6.
Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manu-
sia.
7.
Ruang dan waktu.
Pengetahuan yang berkaitan dengan alam sekitar, antara lain
pengetahuan tentang musim, sifat-sifat, dan gejala alam yang ada
di sekitarnya. Pengetahuan-pengetahuan tersebut berkaitan erat
dengan kebutuhan praktis yang digunakan untuk berlayar, berburu,
bercocok tanam maupun aktivitas lain yang memerlukan perhi-
tungan kondisi alam. Pengetahuan tentang alam tersebut kemudian
memunculkan berbagai deskripsi mengenai asal usul kejadian alam,
seperti asal usul alam semesta, terjadinya gempa, dan terjadinya
hujan. Hal tersebut sejak awal mengilhami pola pikir manusia,
sehingga muncul
mitologi
.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
menjelaskan perkem-
bangan IPTEK.
S
Gambar 3.1
Ketergantungan nelayan tradisional
terhadap situasi alam sangatlah besar. Dengan penge-
tahuan yang cukup tentang cuaca, posisi bintang di langit,
dan arah angin, nelayan mampu menentukan ke arah
mana ia harus berlayar.
Sumber:
Indonesian Heritage,
2002
Antropologi SMA Jilid 2
118
Mitologi merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang
dilandaskan pada keterbatasan pengetahuan yang sifatnya
intuitif
dan
instingtif
tanpa disertai penelitian ilmiah.
Pengetahuan tentang alam flora merupakan pengetahuan
yang berkaitan dengan mata pencaharian pokok, seperti bercocok
tanam, beternak, dan perikanan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Di samping itu, pengetahuan tentang alam flora memunculkan
pengetahuan tentang jenis rempah-rempah maupun dedaunan yang
berkhasiat sebagai obat. Jenis rempah-rempah maupun dedaunan
tersebut digunakan untuk sarana dalam upacara keagamaan, ilmu
dukun dan sebagainya.
Pengetahuan tentang alam fauna merupakan pengetahuan
dasar bagi suku-suku bangsa yang hidup berburu, maupun yang
mengandalkan mata pencahariannya di sektor pertanian. Mengapa
demikian? Petani perlu memahami adanya berbagai jenis hewan
yang merupakan musuh bagi tanaman, sehingga petani mampu
menjaga tanamannya dengan baik.
Pengetahuan tentang ciri dan sifat bahan mentah benda-benda
di sekelilingnya menjadikan manusia mampu membuat peralatan
yang diperlukan bagi kehidupannya. Melalui pemahaman itulah
manusia menemukan teknologi yang berkaitan dengan pembuatan
alat-alat yang diperlukan bagi hidupnya. Pada zaman batu, manusia
memanfaatkan benda yang ada di sekelilingnya, yakni bebatuan
sebagai alat bantu untuk membunuh hewan buruan, membuat api,
bahkan memotong-motong daging hewan buruannya.
Pengetahuan tentang tubuh manusia memunculkan pemaham-
an mengenai ilmu pengobatan tradisional, seperti tukang pijat, urut,
sampai pada ilmu totok darah. Ilmu totok darah merupakan peng-
obatan tradisional bangsa Cina jauh sebelum manusia mengem-
bangkan ilmu kedokteran.
Pengetahuan tentang sesama manusia juga memunculkan
pengetahuan psikologi kuno. Pengetahuan psikologi kuno berkaitan
dengan: tipe wajah, guratan garis tangan, sampai dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan tata sopan santun pergaulan.
Pengetahuan tentang ruang dan waktu berpengaruh dalam
memunculkan pengetahuan ilmu pasti modern. Keberhasilan ma-
nusia pada masa lampau dalam membuat candi maupun Piramida
merupakan bukti konkret bahwa mereka telah mampu menimbang
dan menghitung bangun ruang, sehingga menghasilkan karya
arsitektur monumental.
S
Gambar 3.2
Berbagai
peralatan dari batu yang
dibuat manusia purba me-
rupakan bentuk penerapan
pengetahuan tentang sifat
bahan mentah/benda yang
ada di sekelingnya. Hal itu
merupakan awal dari per-
kembangan teknologi.
Sumber:
Indonesian
Heritage,
2002
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
119
Dengan pengetahuan yang dimiliki, manusia berusaha me-
nerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, muncul
teknologi yang ditandai dengan kemampuan manusia menguasai
cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala per-
alatan yang dipergunakan ke dalam kehidupannya.
Teknologi muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut.
1.
Cara-cara manusia melaksanakan mata pencaharian hidup-
nya.
2.
Cara-cara manusia mengorganisasi masyarakatnya.
3.
Cara-cara manusia mengekspresikan rasa keindahan dalam
memproduksi hasil-hasil keseniannya.
Seperti halnya sistem pengetahuan yang berkembang dari
pengetahuan sederhana, perkembangan teknologi juga berawal dari
teknologi tradisional. Teknologi tradisional berkaitan dengan alat-
alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian,
dan alat-alat transportasi.
1. Alat-alat produksi
Manusia memerlukan alat-alat produksi untuk melaksana-
kan suatu pekerjaan. Berawal dari alat sederhana terbuat dari
batu yang dipergunakan sekedar untuk menumbuk padi atau
biji-bijian (bahan makanan) sampai dengan alat-alat yang agak
kompleks, seperti alat untuk membuat kain (menenun).
Berdasarkan bahannya, alat-alat produksi dibedakan
sebagai berikut.
a. Alat-alat batu
(
terbuat dari batu
)
Alat-alat dari batu masih digunakan masyarakat tradisional
sampai sekarang, misalnya tungku dari batu.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Personal
dan Akademik)
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi menunjuk-
kan makin tingginya
kebudayaan umat
manusia. Coba Anda
tuliskan contoh-con-
toh hasil kebudayaan
akibat perkembangan
ilmu pengetahuan
dan teknologi. Lalu
analisislah salah satu
contoh tersebut dari
segi kebudayaannya,
misalnya dampak ter-
hadap kebudayaan.
Kumpulkan hasil kerja
Anda kepada bapak/
ibu guru.
W
Gambar 3.3 Para ahli
arsitektur modern sam-
pai kini masih terka-
gum-kagum dengan
candi Borobudur yang
pada masa pembangun-
annya hanya mengan-
dalkan kemampuan
fisik manusia.
Sumber:
http://images.google.co.id.
Antropologi SMA Jilid 2
120
Alat-alat batu dapat dikerjakan dengan teknik sebagai
berikut.
1) Teknik pemukulan (
percussion flaking
).
2) Teknik penekanan (
pressure flaking
).
3) Teknik pemecahan (
chipping
).
4) Teknik penggilingan (
grinding
).
b. Alat-alat tulang
Alat-alat tulang adalah peralatan yang terbuat dari tulang.
Peralatan ini dipergunakan manusia pada zaman purba.
Teknik pembuatan alat tulang lebih bersifat pembentukan
lebih lanjut dari bentuk yang sudah ada agar tercapai bentuk
yang diinginkan. Teknik pembuatan tersebut dinamakan
retouching
.
c. Alat-alat kayu
Alat-alat kayu adalah peralatan yang terbuat dari bahan
kayu. Sampai kini masih banyak dipergunakan oleh ma-
syarakat tradisional dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
centong dan pengaduk roti.
d. Alat-alat bambu
Alat-alat bambu adalah peralatan yang terbuat dari bambu.
Peralatan tersebut masih banyak digunakan oleh masyara-
kat tradisional untuk mencari ikan, mengolah lahan per-
tanian, dan peralatan rumah tangga.
e. Alat-alat logam
Manusia mengenal logam sejak zaman perunggu.
Teknik pembuatan peralatan dari logam dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu teknik menandai dan teknik me-
nuang.
Berdasarkan fungsinya alat-alat produksi dapat dibedakan
sebagai berikut.
1) Alat potong.
2) Alat penusuk dan pembuat lubang.
3) Alat pukul.
S
Gambar 3.4
Tulang hewan
dimanfaatkan manusia purba
sebagai alat untuk memotong.
Sumber:
Sejarah Nasional
Indonesia,
1993
W
Gambar 3.5
Kapak
corong, merupakan
contoh peralatan
manusia purba yang
terbuat dari perunggu.
Sumber:
Sejarah Nasional Indonesia,
1993
Praktik Antropologi
(Kecakapan Sosial dan
Akademik)
Lakukan pengamatan
terhadap hasil-hasil
kebudayaan yang
terbuat dari logam di
lingkungan sekitar
Anda, misalnya cang-
kul, sabit, parang, dan
sebagainya. Ban-
dingkan fungsi per-
alatan tersebut pada
masa kini dan pada
masa lampau. Tinjau-
lah dari segi budaya-
nya. Untuk mendu-
kung hasil penga-
matan Anda gunakan
pula literatur-literatur
mengenai hasil-hasil
kebudayaan pada
masa prasejarah. La-
porkan hasil penga-
matan Anda dalam
diskusi kelas.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
121
4) Alat penggiling.
5) Alat untuk menyalakan api.
6) Alat untuk meniup api.
7) Tangga.
Adapun dari sudut lapangan pekerjaannya, alat-alat pro-
duksi dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Alat-alat rumah tangga.
2) Alat pemintal dan tenun.
3) Alat-alat pertanian.
4) Alat penangkap ikan.
5) Jerat perangkap.
2. Senjata
Menurut fungsinya, senjata memiliki beberapa jenis sebagai
berikut.
a. Senjata potong.
b. Senjata tusuk.
c. Senjata lempar.
d. Senjata penolak.
Menurut lapangan pemakaiannya, senjata dibedakan sebagai
berikut.
a. Senjata untuk berburu.
b. Senjata untuk menangkap ikan.
c. Senjata untuk berkelahi dan berperang.
3. Wadah
Manusia sejak zaman purba memerlukan wadah atau
tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang.
Berbagai jenis wadah dapat diklasifikasikan menurut bahan
mentahnya, yaitu kayu, bambu, kulit kayu, tempurung, serat-
seratan, dan tanah liat.
Wadah yang terbuat dari tanah liat sering disebut tembikar
atau dalam bahasa Inggris disebut "
pottery
". Tembikar meru-
pakan jenis wadah yang banyak mendapat perhatian dari para
ahli prehistori.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Akademik)
Buatlah kliping yang
menunjukkan hasil-
hasil kebudayaan pa-
da masa prasejarah.
Pajanglah hasilnya
pada majalah dinding
sekolah.
S
Gambar 3.6
Tombak merupakan
salah satu senjata lempar.
Sumber:
http://images.google.co.id.
S
Gambar 3.7
Keris merupakan
salah satu senjata tusuk
Antropologi SMA Jilid 2
122
Tehnik pembuatan tembikar ada tiga macam, yaitu:
a. teknik menyusun gumpalan-gumpalan tanah liat
yang ditumpuk-tumpuk (
coiling technique
);
b. teknik membentuk satu gumpalan lempung yang
besar (
modelling technique
);
c. teknik membentuk segumpal lempung yang dipu-
tar-putar dengan roda (
pottery- wheel- technique
).
Di samping berfungsi sebagai wadah, alat-alat
dari tanah liat (
tembikar
) juga digunakan sebagai alat
pengangkut, misal mengangkut air dari sumber air
untuk dibawa ke rumah, dan juga berfungsi untuk alat
memasak. Sebagai contoh, masyarakat tradisional
mengenal tungku perapian dan kuali dari tanah liat
untuk memasak.
4. Makanan
Dalam ilmu Antropologi, makanan merupakan bagian dari
benda hasil kebudayaan. Kebudayaan fisik yang berkaitan de-
ngan teknologi, yaitu cara memasak, mengolah, dan menyajikan
makanan. Masing-masing bangsa memiliki keunikan dalam
mengolah, memasak, dan menyajikan makanan dan minuman.
Ditinjau dari bahan mentahnya, makanan
dapat dibedakan antara lain sayur-sayuran,
buah-buahan, dan biji-bijian. Adapun ditinjau
dari cara memasaknya, makanan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. menggunakan api;
b. menggunakan batu-batu panas (
stone-
boilling technique
).
Menurut tujuan konsumsinya, makanan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Makanan dalam arti khusus (
food
).
b. Minuman (
beverages
).
c. Bumbu-bumbuan (
spices
).
d. Bahan untuk kenikmatan (
stimulant
atau
adiktif
), misal
tembakau.
5. Pakaian
Pakaian merupakan salah satu benda kebudayaan yang
sangat penting. Menurut bahannya, pakaian dapat diklasifika-
sikan sebagai berikut.
a. Pakaian dari kulit pohon.
b. Pakaian dari bahan tenun.
c. Pakaian dari kulit binatang.
S
Gambar 3.8
Dari penggalian makam
kuno sering ditemukan berbagai bentuk
wadah dari tanah liat. Hal itu menan-
dakan bahwa kehidupan masyarakat
masa purba telah mengenal tempat me-
nyimpan berbagai benda keperluan
sehari-hari.
Sumber:
Indonesian Heritage,
2002
Sumber:
http://images.google.co.id
S
Gambar 3.9
Makanan termasuk bagian dari
benda hasil kebudayaan. Makanan dihasilkan dari
serangkaian proses yaitu cara memasak,
mengolah, dan menyajikan.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
123
Teknik pembuatan kain dilakukan dengan cara memintal
dan menenun. Cara menghias pakaian dapat dilakukan antara
lain dengan teknik ikat, teknik celup, dan
teknik sulam.
Ditinjau dari fungsinya, pakaian dapat
dibedakan sebagai berikut.
a. Pakaian yang semata-mata digunakan
untuk menahan pengaruh dari alam
sekitarnya.
b. Pakaian sebagai lambang keunggulan
dan gengsi.
c. Pakaian sebagai lambang yang diang-
gap suci.
d. Pakaian sebagai perhiasan badan.
6. Tempat berlindung (perumahan)
Manusia purba memilih tinggal di dalam goa-goa untuk
berlindung dari berbagai bahaya. Berbagai macam tempat
berlindung (perumahan) menyesuaikan dengan lingkungan dan
sekaligus menunjukkan tingkat peradaban
atau penguasaan teknologi. Bentuk tempat
berlindung berbagai suku bangsa dapat
dibedakan menurut bahan mentahnya,
seperti dari tanah liat, kayu, serat, jerami,
bambu, maupun tenda-tenda yang terbuat
dari kulit binatang, serta balok es yang
keras di daerah Eskimo (Kanada Utara).
Bentuk pokok rumah-rumah yang ada di
seluruh dunia dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Rumah yang setengah di bawah tanah
(
semi subterranian dwelling
).
b. Rumah di atas tanah (
surfice dwell-
ing
).
c. Rumah di atas tiang (
pile dwelling
).
Menurut pemakaiannya, tempat berlin-
dung sebagai berikut.
a. Tadah angin.
b. Tenda atau gubug yang mudah dilepas dan didirikan lagi
(bongkar-pasang).
c. Rumah untuk menetap.
S
Gambar 3.10
Para wisudawan mengenakan toga. Toga
merupakan pakaian yang melambangkan keunggulan.
Sumber:
Dokumen Penerbit
S
Gambar 3.11
Rumah panggung didirikan di atas
tiang-tiang. Jenis rumah ini cocok untuk daerah di dekat
hutan maupun di daerah rawa-rawa. Penghuninya aman
dari kemungkinan serangan hewan liar maupun bahaya
banjir.
Sumber:
Ensiklopedi Populer Anak,
1998
Antropologi SMA Jilid 2
124
Jika dipandang dari fungsi sosialnya rumah
untuk menetap dibedakan menjadi enam
macam, yaitu:
a. rumah tempat tinggal keluarga kecil,
b. rumah tempat tinggal keluarga besar,
c. rumah suci,
d. rumah pemujaan,
e. rumah tempat berkumpul,
f. rumah pertahanan.
7. Alat transportasi atau alat pengangkutan
Pada zaman purba kehidupan manusia senantiasa aktif
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan
tersebut berkaitan erat dengan pencarian makanan demi
kelangsungan hidupnya. Kebiasaan mereka berburu memaksa
mereka terus mencari daerah-daerah perburuan yang baru.
Pada era manusia mengenal bercocok tanam mereka
melakukan sistem perladangan berpindah untuk mencari lahan
pertanian baru yang masih subur. Kebiasaan berpindah tempat
untuk mencari makanan menyebabkan terjadinya proses
penyebaran manusia ke berbagai pelosok dunia. Proses
perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang
berjarak puluhan bahkan ribuan kilometer memerlukan alat
transportasi atau alat pengangkutan. Alat transportasi
digunakan untuk membawa benda-benda yang diperlukan bagi
kebutuhan hidupnya maupun untuk mempercepat atau
mempermudah perjalanan.
Berdasarkan fungsinya, alat-alat transportasi yang digunakan
antara lain sepatu, binatang, alat seret, kereta beroda, rakit,
dan perahu.
a. Sepatu
Para ahli antropologi sepakat bahwa pada awalnya,
sepatu berfungsi sebagai salah satu alat transportasi.
Perkembangan selanjutnya sepatu menjadi salah satu
unsur pakaian. Sebagai alat transportasi, sepatu melindungi
telapak kaki saat manusia harus melalui medan yang sukar
dilewati, misal kawasan yang penuh duri, kerikil yang tajam
atau pun pasir yang panas karena terik matahari. Dengan
bersepatu manusia mampu mempermudah perjalanan di
tempat yang membahayakan.
Berbagai bentuk sepatu yang pernah dipergunakan
manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Prinsip
moccasin
, di mana kaki seolah-olah dibungkus.
2) Prinsip sandal, di mana kaki hanya diberi perlindungan
pada bagian telapak saja.
Sumber:
Ensiklopedi Nasional
Indonesia,
1997
S
Gambar 3.12
Suku bangsa
Indian di masa lampau hidup
nomaden. Dengan tenda-
tenda besar mereka tinggal
untuk sementara waktu di
suatu tempat secara berpin-
dah-pindah. Model perumah-
an, seperti sekarang ini ditiru
oleh rombongan sirkus beserta
keluarganya yang mengada-
kan pertunjukan keliling dari
satu kota ke kota lainnya.
Sumber:
http://
images.google.co.id
S
Gambar 3.13
Sebagai alat
transportasi, sepatu melindungi
telapak kaki dari duri, kerikil,
atau pun pasir yang panas ka-
rena terik matahari. Perkem-
bangan selanjutnya sepatu men-
jadi salah satu unsur pakaian.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
125
Saat ini, sepatu modern menggabungkan dua prinsip
tersebut.
b. Binatang
Binatang merupakan jenis alat transportasi
utama pada masa lampau. Selain dinaiki,
binatang juga dimuati barang bawaan. Unta dan
kuda merupakan binatang pengangkut tertua
dalam sejarah kehidupan manusia. Kedua
binatang tersebut memiliki tenaga yang kuat dan
tahan di medan yang sulit.
Selain unta dan kuda, hewan yang digunakan
sebagai alat transportasi sejak zaman purba
adalah sapi, rusa reindeer (alat angkut utama
di daerah bersalju), anjing, kerbau, keledai, dan
gajah.
c. Alat seret (sledge)
Pada suku-suku bangsa yang belum
mengenal roda, mereka menggunakan alat seret
(
sledge
). Alat seret (
sledge
) oleh suku bangsa
Indian di Amerika Utara disebut
travois
.
Travois adalah alat yang terdiri atas rangka
kayu berbentuk seperti brancard dengan salah
satu ujungnya menyempit untuk dikaitkan di
punggung hewan sedangkan bagian lainnya
terseret di tanah.
d. Kereta beroda
Manusia mengenal roda kurang lebih 3.000 tahun SM
pada zaman keemasan Mesopotamia. Kereta beroda yang
ditarik oleh kuda mulai digunakan sebagai alat transportasi
utama di darat dan sekaligus menandai awal kegiatan
manusia memperbaiki jalan-jalan sebagai sarana trans-
portasi. Hal itu dilakukan karena kereta
beroda hanya akan efektif digunakan di
jalan yang rata. Oleh karena itu, suku-suku
bangsa yang mengenal kereta beroda
sebagai alat transportsi utamanya memiliki
jalan-jalan yang luas, rata, dan rapi.
Berbeda dengan kebudayaan suku bangsa
yang tidak mengenal kereta beroda, seperti
suku bangsa Inca di Peru (Amerika
Selatan), suku bangsa Maya di Yukatan
(Amerika Tengah), bangsa Baganda
(Afrika), dan juga suku-suku bangsa yang
menggunakan air sebagai sarana trans-
portasi utama.
S
Gambar 3.14
Di samping tahan di tempat
yang kering dan panas, unta mampu mendeteksi
letak sumber air. Hewan ini tepat digunakan
sebagai alat transportasi di daerah padang pasir.
Sumber:
Negara dan Bangsa,
2002
S
Gambar 3.15
Travois anjing
merupakan alat seret yang
menggunakan anjing sebagai
penyeret beban bawaan. Alat ini
banyak digunakan oleh suku
bangsa Indian di Amerika Utara
pada masa purba karena mere-
ka belum mengenal roda.
Sumber:
Negara dan Bangsa,
2002
Sumber:
http://images.google.co.id
S
Gambar 3.16
Sejak manusia mengenal roda or-
ang mulai membuat alat transportasi menggunakan
roda. Salah satunya kereta beroda. Kereta beroda
biasanya ditarik oleh kuda.
Antropologi SMA Jilid 2
126
Selain sebagai alat transportasi, kereta beroda juga ber-
fungsi sebagai sarana berperang.
e. Rakit
Bagi suku-suku bangsa yang tinggal di tepi sungai,
danau, maupun berada di kepulauan, rakit merupakan alat
transportasi yang utama. Rakit terbuat dari bahan yang
ringan namun kuat dan mampu mengapung di air. Rakit
dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, serat rumput yang
diikat menjadi satu, ataupun batang pohon pisang.
f. Perahu
Perahu merupakan alat transportasi air yang tekno-
loginya lebih maju dibandingkan rakit. Sebelum manusia
mengenal mesin, perahu menggunakan layar yang dige-
rakkan oleh angin, atau dikayuh dengan menggunakan
dayung. Perahu tradisional terbuat dari batang kayu, tetapi
ada juga suku bangsa yang menggunakan bahan lain, seperti
kulit kayu (bangsa Indian di Amerika Utara) dan kulit
binatang dengan rangka kayu atau tulang belulang dan
sambungannya ditutup dengan getah ataupun dedaunan
(pada bangsa Eskimo).
Praktik Antropologi
(Kecakapan Personal
dan Sosial)
Diskusikan bersama ke-
lompok belajar Anda
mengenai keberadaan rakit
di Indonesia. Identifika-
sikan daerah mana saja di
Indonesia yang masih
memanfaatkan rakit. Apa
saja fungsi rakit di daerah
tersebut. Laporkan hasil
diskusi Anda di depan
kelas.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Personal
dan Sosial)
Buatlah diagram mengenai
perkembangan alat-alat
transportasi dari bentuk
yang sederhana sampai
bentuk modern saat ini.
Lengkapilah pula dengan
gambar-gambar yang se-
suai. Kumpulkan hasil
kerja Anda kepada bapak/
ibu guru.
S
Gambar 3.17
Rakit merupakan alat transportasi sederhana di perairan
yang relatif dangkal. Untuk mengemudikannya digunakan batang kayu
yang panjangnya lebih dari kedalaman perairan.
Sumber:
http://images.google.co.id.
W
Gambar 3.18
Tinggi rendahnya
kemajuan teknologi dalam kebudayaan
suatu suku bangsa memengaruhi jenis dan
kemampuan perahu yang dihasilkan.
Sumber:
http://images.google.co.id.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
127
B. Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
terhadap Perkembangan Kebudayaan
Perkembangan pengetahuan manusia ditunjukkan dengan
meningkatnya penemuan baru di berbagai bidang, khususnya dalam
pengadaan peralatan bagi kelangsungan hidup manusia. Tinggi
rendahnya kemampuan suatu bangsa dalam hal penguasaan
teknologi merupakan tolok ukur tinggi rendahnya kebudayaan
bangsa tersebut. Sejarah kehidupan manusia yang diawali dari masa
prehistori atau
proto sejarah
ditandai dengan masih sangat
sederhananya tingkat kebudayaan manusia pada masa itu.
Kesederhanaan itu dapat dilihat dari segi penguasaan teknologi
yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan
kebudayaan manusia mengarah kepada pola kebudayaan modern
yang ditandai dengan makin kompleksnya sistem teknologi yang
dikuasai manusia. Pola perkembangan kebudayaan suatu bangsa
bersifat spesifik, artinya kemajuan yang dicapai oleh suatu bangsa
belum tentu dikuasai oleh bangsa lain. Dalam arti modernisasi,
pola kebudayaan sifatnya bukan serentak melainkan tahap demi
tahap sesuai kondisi setiap bangsa.
Apabila kita tinjau masih banyak suku terasing di pedalaman
yang masih statis terhadap kemajuan teknologi. Hal itu menun-
jukkan bahwa era kehidupan modern belum mampu menjangkau
seluruh penjuru di bumi. Keterasingan suatu suku bangsa bisa
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
1.
Kondisi lingkungan alam yang benar-benar terisolir, sehingga
menutup segala bentuk akses dari luar.
2.
Kondisi lingkungan budaya atau tradisi yang sangat kuat, se-
hingga masyarakatnya membentengi segala bentuk pengaruh
dari luar. Kondisi ini bukan karena terisolir melainkan sengaja
mengisolasikan diri dengan tujuan tetap menjaga kemurnian
adat kebudayaannya.
3.
Tidak meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan
yang dicapai.
4.
Sikap etnosentrisme yang kuat melekat pada anggota ma-
syarakat. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagung-
agungkan kebudayaan sendiri dan menganggap rendah
kebudayaan bangsa lain. Akibatnya mereka tidak mau mene-
rima kebudayaan dari luar.
Pembangunan merupakan bentuk perubahan yang direncana-
kan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu
tolok ukur peningkatan kesejahteraan adalah penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi diharapkan manusia mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya secara mudah.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
menganalisis pengaruh
IPTEK terhadap per-
kembangan kebuda-
yaan.
Praktik Antropologi
(Apresiasi terhadap
keanekaragaman
agama)
Indonesia merupakan ne-
gara yang terdiri atas ber-
macam-macam agama. Se-
luruh warga negara menga-
nut agama sesuai dengan
kepercayaannya masing-
masing. Kita harus saling
hormat menghormati guna
menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa. Di era
globalisasi sekarang ini, apa
yang harus dilakukan agar
tercipta hidup yang har-
monis antarumat beragama
di Indonesia?
Bagaimana Anda menyi-
kapi pengaruh perkem-
bangan IPTEK saat ini?
Kumpulkan hasil kerja An-
da kepada bapak/ibu guru.
Antropologi SMA Jilid 2
128
Perkembangan kebudayaan manusia secara umum mulai
menunjukkan perubahan yang drastis dengan adanya berbagai
bentuk penemuan baru atau inovasi di berbagai segi kehidupan,
terutama yang berkaitan dengan penemuan teknologi baru.
Menurut sifatnya, proses penemuan dibedakan sebagai berikut.
1.
Discovery
adalah penemuan yang benar-benar baru. Sebagai
contoh keberhasilan manusia purba membuat peralatan dari
batu pada zaman batu karena sebelumnya manusia sama sekali
belum mengenal peralatan apa pun.
2.
Invention
adalah penemuan baru yang merupakan bentuk
penyempurnaan dari penemuan yang telah ada sebelumnya.
Manusia purba yang membuat peralatan dari logam pada
zaman logam, merupakan bentuk invention dari penemuan alat-
alat batu yang telah ada.
Penemuan baru yang akhirnya mengubah pola kebudayaan
manusia diawali dengan terjadinya revolusi industri di Inggris yang
didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Sekitar abad ke-
16, Inggris memasuki abad pemikiran (
Age of Reason
), di mana
banyak ilmuwan terkemuka di Inggris bermunculan. Ilmuwan
terkemuka di Inggris, antara lain
Isaac Newton, James Watt,
Edward Jenner,
dan
Henry Bessemer
. Berdasarkan gagasan-
gagasan baru (kebudayaan ideal) yang dikemukakan oleh para
ilmuwan tersebut, maka diciptakan peralatan-peralatan yang sangat
meringankan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, muncul temuan-
temuan baru berupa mesin-mesin yang sekaligus sebagai awal
mulainya revolusi industri di Inggris.
Sejarah perkembangan teknologi baru pada awal revolusi industri
di Inggris sebagai berikut.
1.
Pada tahun 1733,
John Key
menemukan mesin tenun berna-
ma
flying shuttle
. Mesin tenun ini digerakkan oleh tenaga
manusia dan dapat menghasilkan tenunan yang lebih halus
dan lebih cepat, sehingga diperlukan pemintal benang yang
lebih banyak untuk mengimbangi kecepatan kerja mesin
tersebut.
S
Gambar 3.19 Pembangunan dan hasil-hasilnya yang tidak merata mengakibatkan kesenjangan
sosial budaya masyarakat.
Sumber:
Dokumen Penerbit
Praktik Antropologi
(Kecakapan Sosial dan
Akademik)
Untuk menguji kebenaran
hipotesis yang menyata-
kan bahwa televisi telah
mengubah budaya memba-
ca menjadi budaya menon-
ton, lakukanlah survei
pada 100 anak yang Anda
jumpai. Tanyakan kepada
mereka, mana yang mereka
sukai,
menonton film
kartun di televisi
atau
membaca komik kartun
.
Presentasikan hasil survei
Anda untuk dibandingkan
dengan hasil survei teman
Anda yang lain. Buatlah
kesimpulan dari hasil
keseluruhan survei dengan
teman Anda sekelas.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
129
2.
Pada tahun 1763,
James Watt
berhasil menemukan mesin
uap yang merupakan bentuk penyempurnaan dari hasil
penemuan mesin uap oleh
Thomas Newcomen
. Mesin uap
temuan Thomas Newcomen semula hanya digunakan untuk
memompa air di tambang batu bara. Berkat penemuan James
Watt inilah, pola kebudayaan bangsa Inggris dalam bekerja
mengalami perubahan drastis. Semula mereka mengandalkan
tenaga manusia maupun hewan sebagai sumber tenaga, kini
kedudukan mereka diganti oleh mesin uap temuan James Watt
tersebut.
Mesin uap oleh James Watt membawa pengaruh besar pada
sektor industri. Sektor industri merupakan mata pencaharian utama
di Inggris waktu itu. Mesin-mesin industri bekerja lebih maksimal
dengan hasil yang lebih baik dan lebih produktif dibandingkan dengan
menggunakan tenaga manusia atau tenaga binatang.
Di samping itu, dalam bidang transportasi pun ikut berkembang
pesat, di antaranya pembangunan kanal, jalan raya, dan rel kereta
api. Semula alat transportasi mengandalkan tenaga hewan, setelah
ditemukannya mesin uap, manusia mulai menggunakan kapal uap
dan kereta api yang dijalankan oleh lokomotif uap.
Demikian halnya dengan mata pencaharian masyarakat yang
semula banyak terjun ke dunia pertanian sebagai petani beralih ke
sektor industri sebagai buruh pabrik. Hal itu disebabkan oleh
adanya penemuan mesin-mesin yang mengakibatkan bermunculan-
nya pabrik-pabrik, sehingga banyak menye-
rap tenaga kerja.
Pesatnya perkembangan ilmu pengeta-
huan dan teknologi dari waktu ke waktu di-
ikuti dengan ditemukannya berbagai tekno-
logi canggih. Hal tersebut mengakibatkan
perubahan pola kebudayaan manusia di ber-
bagai segi.
Perkembangan ilmu pengetahuan di-
tandai dengan makin banyaknya penemuan-
penemuan alat-alat teknologi yang serba
canggih. Hal itu mengakibatkan perubahan
kebudayaan pada masyarakat. Perubahan
kebudayaan pada masyarakat ditunjukkan
dalam bentuk perubahan perilaku berikut ini.
1.
Pesatnya perkembangan industri penyiaran televisi menyebab-
kan masyarakat cenderung menghabiskan waktu luang di
depan televisi, sehingga menghilangkan budaya mengobrol
dengan tetangga maupun budaya membaca.
S
Gambar 3.20 Modernisasi di bidang transportasi makin
menggusur keberadaan andong, karena tak lagi diminati
masyarakat. Kemajuan iptek merubah budaya masyarakat
yang cenderung memilih alat transportasi yang cepat,
karena modernisasi membawa pola pikir masyarakat
cenderung efisien waktu.
Sumber:
Ensiklopedi Nasional Indonesia,
1997
Antropologi SMA Jilid 2
130
2.
Perkembangan industri teknologi komunikasi, dimana telepon
genggam (
handphone
) bukan lagi barang mewah telah
memunculkan budaya mengirim berita lewat layanan pesan
singkat atau sms (
short message service
) menggantikan
budaya menulis surat. Demikian pula makin mudahnya
masyarakat mengakses internet memunculkan jasa layanan
internet sebagai bentuk mata pencaharian baru.
3.
Perkembangan industri perakitan komputer telah mengubah
pola kerja manual bergeser menuju pola kerja komputerisasi
yang lebih efektif dan efisien. Banyaknya masyarakat yang
membutuhkan jasa komputer membuka peluang munculnya
mata pencaharian baru, yakni jasa persewaan, perbaikan, dan
pengetikan komputer.
4.
Perkembangan layanan jasa perbankan telah mengubah
budaya menyimpan uang tunai beralih pada pemakaian kartu
kredit, kartu ATM (Auto Teller Machine), serta meninggalkan
budaya mengirim uang melalui jasa wesel pos beralih ke jasa
transfer antarbank.
Sumber:
http://images.google.co.id
W
Gambar 3.22
Perkembangan teknologi informatika
memunculkan jenis mata pencaharian baru di bidang jasa
layanan internet yang banyak diminati masyarakat luas.
Sumber:
http://images.google.co.id
W
Gambar 3.23
Suasana sebuah rental komputer.
Sumber:
http://images.google.co.id
W
Gambar 3.21
Kehadiran televisi banyak
mengurangi kebiasaan masyarakat berinteraksi dengan
tetangga karena waktu luang banvak dihabiskan
menikmati tayangan televisi yang menyajikan
banyak pilihan.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
131
Demikian halnya dengan kebiasaan masyarakat pedesaan
sekarang ini, banyaknya kendaraan umum yang beroperasi sampai
di desa-desa, maka jarang sekali dijumpai kebiasaan jalan kaki
yang dilakukan masyarakat dalam bepergian. Mereka lebih suka
naik angkutan umum atau bahkan mereka telah memiliki kendaraan
bermotor. Penemuan mesin motor berpengaruh besar terhadap
perilaku masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan
transportasi.
C. Pewarisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan kebudayaan masyarakat di bidang teknologi
tidak lepas dari adanya upaya penyebarluasan teknologi dalam
bentuk pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masyarakat
yang satu atau bangsa yang satu ke masyarakat atau bangsa yang
lain. Pada masyarakat tradisional, proses pewarisan ilmu
pengetahuan dan teknologi dilakukan secara tertutup melalui jalur
keturunan atau keluarga. Dengan demikian, penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikuasai masyarakat tradisional
cenderung terbatas. Oleh karena itu, dalam
kehidupan masyarakat tradisional kemampuan
penguasaan
iptek
(ilmu pengetahuan dan
teknologi) hanya dimiliki oleh kalangan keluarga
tertentu secara turun temurun. Sebagai contoh,
kemampuan mengobati yang dimiliki oleh se-
seorang diperoleh karena warisan dari orang tua.
Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kehidupan masyarakat modern
dilakukan secara terbuka melalui
jalur pen-
didikan
, baik pendidikan fomal maupun nonfor-
mal, baik yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan pemerintah maupun oleh masyarakat.
Oleh karena itu, penyebarluasan ilmu pengetahuan
dan teknologi lebih cepat dan setiap orang dari
Sumber:
http://images.google.co.id
W
Gambar 3.24
Kemajuan di bidang ekonomi
khususnya perbankan memunculkan budaya
pemakaian kartu kredit dalam kepemilikan uang tunai.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
mendeskripsikan
pewarisan ilmu penge-
tahuan dan teknologi.
S
Gambar 3.25
Melalui lembaga pendidikan, proses
pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi
berlangsung secara cepat dan merata ke segenap
lapisan masyarakat.
Sumber:
Dokumen Penerbit
Antropologi SMA Jilid 2
132
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,
2005
S
Gambar 3.27 Masyarakat dengan pola kebu-
dayaan yang terbuka akan mudah mewariskan
IPTEK.
berbagai suku bangsa atau kelompok masyarakat memiliki peluang
yang sama untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara umum proses pewarisan ilmu pengetahuan dan
teknologi (
transmission of science and technology
) berlangsung
sepanjang masa dari generasi ke generasi secara berkesinam-
bungan, selama masyarakat pendukung ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut masih ada. Proses pewarisan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam kehidupan masyarakat melalui sarana sebagai
berikut.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seseorang.
Dalam lingkungan keluarga, seorang individu mengenal ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara langsung
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang anak
memahami pengetahuan tentang pentingnya menjaga keber-
sihan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari proses pembiasaan
hidup bersih yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya.
Seorang ayah yang memiliki keahlian membuat anyaman rotan
mengajarkan kepada anaknya tentang bagaimana menganyam
rotan yang benar, sehingga kelak setelah anak dewasa mampu
menguasai keahlian seperti yang dikuasai ayahnya. Pendek
kata banyak hal yang dapat dikuasai anak berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari lingkungan keluarga.
2. Masyarakat
Dalam proses sosialisasi, seseorang dari
lingkungan keluarga akan masuk ke kancah
pergaulan yang lebih luas, yakni masyarakat.
Di tengah masyarakat banyak pengetahuan
dan teknologi yang dapat digali yang tidak
ditemukan dalam keluarga. Pengetahuan
yang berkaitan dengan pergaulan dan hidup
bersama orang lain dengan berbagai karakter,
hanya dijumpai di tengah kehidupan
masyarakat. Melalui lingkungan masyarakat,
kepribadian anak akan terbentuk secara op-
timal. Perbedaan yang berkaitan dengan nilai
dan norma yang berlaku di dalam keluarga
dengan di tengah masyarakat menjadikan
anak tumbuh dewasa, mandiri dan mampu
bertanggung jawab baik kepada dirinya,
keluarga, maupun kepada masyarakat luas.
Sumber:
Ensiklopedi Umum
untuk Pelajar,
2005
S
Gambar 3.26
Di dalam ke-
luarga, seorang individu menge-
nal IPTEK yang diterapkan
secara langsung dalam ke-
hidupan sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
133
Berkaitan dengan proses pewarisan ilmu pengetahuan
dan teknologi, masyarakat berperan besar dalam mengupaya-
kan kelangsungan proses alih teknologi. Pola kebudayaan
masyarakat yang terbuka sangat memengaruhi berlangsung-
nya proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebaliknya, pola kebudayaan masyarakat yang cenderung
tertutup, dan menaruh kecurigaan terhadap hal-hal yang baru,
serta sikap masyarakat yang etnosentrisme, yakni sikap
memandang rendah kebudayaan lain merupakan faktor
penghambat keberlangsungan proses alih teknologi.
Sejarah membuktikan bahwa kemajuan Jepang dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berawal sejak
Restorasi Meiji
pada tahun 1850. Pada saat Jepang yang
semula tertutup bagi bangsa asing membuka diri dan menerima
pengaruh asing dalam kehidupan masyarakat, hal itu termasuk
proses alih teknologi. Akhirnya, Jepang menjadi salah satu
negara di Asia yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang cukup tinggi.
Peran serta masyarakat dalam pewaris-
an ilmu pengetahuan dan teknologi dapat kita
temukan dalam bentuk berikut ini.
a. Menjamurnya lembaga kursus keteram-
pilan di bidang penguasaan bahasa asing
dan teknologi yang diselenggarakan
masyarakat telah membuka kesempatan
bagi masyarakat luas untuk menguasai
pengetahuan dan teknologi melalui pendi-
dikan nonformal.
b. Tingginya kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan yang tampak pada
banyaknya animo masyarakat untuk
melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
3. Organisasi sosial
Di tengah kehidupan masyarakat tumbuh berbagai
macam organisasi sosial sebagai bentuk lembaga sosial. Lem-
baga sosial yang berperan penting dalam proses pewarisan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut.
a. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu sarana sosialisasi yang
paling efektif bagi seorang individu. Melalui sekolah
seseorang akan belajar mengenal berbagai pengetahuan
dan keterampilan sebagai bekal hidupnya kelak. Melalui
sekolah terjadilah proses pewarisan ilmu pengetahuan dan
Sumber:
http://images.google.co.id
S
Gambar 3.28
Besarnya animo masyarakat
memperebutkan kursi perguruan tinggi negeri
merupakan salah satu indikator tingginya kesadaran
masyarakat akan penguasaan iptek untuk menjawab
tantangan globalisasi.
Antropologi SMA Jilid 2
134
S
Gambar 3.29 Dewasa ini adalah era informasi.
Teknologi internet mampu menjadikan dunia
begitu sempit dan amat mudah terjangkau dalam
sekejap.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,
2005
teknologi secara formal yang dibakukan sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
b. Perkumpulan atau asosiasi
Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan dari
sekelompok individu yang terikat satu sama lain oleh suatu
aturan untuk mencapai suatu kepentingan bersama.
Kepentingan tersebut berkaitan dengan bidang tertentu
yang menjadi tujuan dari dibentuknya perkumpulan tersebut.
Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
berlangsung dalam suatu asosiasi atau perkumpulan yang
berkaitan erat dengan pengetahuan dan teknologi tertentu.
Sebagai contoh perkumpulan sepak bola. Dalam perkum-
pulan tersebut seseorang akan memperoleh pengetahuan
yang tepat dalam bermain bola dan mampu menguasai
teknik bermain bola yang baik.
c. Lembaga-lembaga keterampilan
Lembaga-lembaga keterampilan merupakan jalur
pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pe-
merintah maupun oleh masyarakat. Berbagai bentuk kursus
keterampilan didirikan untuk mempercepat proses pe-
warisan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui jenjang
nonformal. Balai Latihan Kerja (BLK) yang dibentuk oleh
Departemen Tenaga Kerja, merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi
masyarakat dalam rangka pewarisan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya dalam bidang keterampilan.
4. Media massa
Media massa baik media cetak maupun elektronik, turut
ambil bagian dalam proses pewarisan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan teknologi infor-
masi yang begitu pesat pada awal abad ke-
21 membuka peluang yang amat lebar bagi
segenap manusia untuk mengenal dan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
secara cepat, mudah, dan murah. Misalnya
melalui internet, seseorang dapat meng-
akses berbagai informasi dan pengetahuan
dari berbagai tempat di dunia secara
langsung cukup di rumah atau tanpa banyak
mengeluarkan biaya. Demikian halnya
melalui surat kabar masyarakat dapat
memperoleh informasi dan pengetahuan
yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
MOTIVASI
Apa saja yang dapat Anda
lakukan di sekolah Anda
berkaitan dengan sekolah
sebagai sebuah lembaga
pendidikan yang sangat
efektif dalam proses
pewarisan IPTEK?
Tuangkan ide Anda secara
tertulis, lalu diskusikan
bersama kelompok belajar
Anda.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
135
D. Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Pada saat sekarang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat pesat. Hal itu tidak terlepas dari proses perkem-
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebelumnya. Perkem-
bangan tersebut terjadi karena manusia dengan kemampuan akal
yang dimilikinya berupaya untuk mengembangkan, menemukan,
dan mengadakan penelitian-penelitian di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Upaya-upaya tersebut didasari oleh adanya keinginan
manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan atau keinginan
hidupnya di segala bidang.
Adapun faktor-faktor yang menghambat proses pewarisan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut.
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbeda-
an persepsi dan sudut pandang
Salah satu hal yang mempercepat proses alih teknologi
adalah melalui pendidikan. Menyadarkan masyarakat akan
pentingnya pendidikan bukanlah hal yang mudah, meskipun
hasil pendidikan dapat dirasakan langsung. Adanya pemaham-
an yang salah bahwa pendidikan hanya untuk golongan tertentu
merupakan hambatan serius dalam membangkitkan semangat
belajar pada masyarakat. Usaha aktivis perempuan untuk
menuntut kesetaraan gender dalam berbagai bidang merupakan
salah satu upaya untuk memberantas hambatan budaya yang
berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan
yang menyimpang terhadap hak-hak perempuan. Masyarakat
tradisional Jawa, misalnya masih memiliki pandangan yang
kuat bahwa kaum perempuan tidak perlu menuntut ilmu terlalu
tinggi agar tidak melawan kodratnya sebagai perempuan.
2. Sikap tradisional yang berprasangka buruk
terhadap hal-hal baru
Pengalaman pahit masa penjajahan selama ratusan tahun
di bawah belenggu bangsa asing telah menimbulkan trauma
di kalangan masyarakat tradisional. Mereka cenderung
antipati terhadap hal-hal baru yang berbau asing. Menurut
pandangan masyarakat tradisional, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dari negara asing merupakan bentuk penjajahan
baru, maka harus dihindari. Sikap berprasangka buruk terhadap
hal-hal yang baru/asing ini sangat menghambat proses alih
teknologi. Kenyataannya, bangsa kita masih tertinggal jauh
dengan bangsa asing dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
menjelaskan faktor
penghambat perkem-
bangan IPTEK.
Antropologi SMA Jilid 2
136
3. Sikap etnosentrisme
Sikap etnosentrisme adalah sikap mengagung-agungkan
kebudayaan sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain.
Sikap ini selain menunjukkan kesombongan diri sekaligus
merugikan diri sendiri. Sejarah membuktikan bahwa sifat
tertutup bangsa Cina dan Jepang di masa lampau telah meng-
akibatkan ketertinggalan mereka dengan bangsa-bangsa lain
yang telah maju. Kesadaran yang tepat dalam menanggapi
kelemahan diri membuat Cina dan Jepang membuka diri dan
akhirnya mampu mengejar ketinggalan dengan negara lain.
Bahkan kini Jepang berhasil muncul sebagai salah satu negara
maju di dunia. Bangga terhadap kebudayaan bangsa memang
wajib dimiliki oleh setiap komponen bangsa, tetapi janganlah
kebanggaan menjadi bumerang yang menyebabkan keterpuru-
kan bangsa akibat ketertinggalan dengan bangsa lain.
Menyadari bahwa setiap kebudayaan memiliki kelemahan dan
kelebihan merupakan sikap yang bijak dalam menanggapi
berbagai pengaruh kebudayaan asing. Hal-hal positif harus
kita serap dan kita kuasai, sedangkan hal-hal yang negatif
perlu dihindari.
4. Rendahnya etos kerja
Rendahnya etos kerja seseorang ditandai dengan sikap
mental yang menghambat
proses perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi antara lain sebagai berikut.
a. Sikap pasrah terhadap nasib
Adakalanya sikap pasrah memang diperlukan untuk
mengurangi tekanan jiwa dalam menghadapi suatu
permasalahan yang rumit dan datang bertubi-tubi. Namun
jika sikap pasrah menjadi suatu karakter, maka menye-
babkan orang akan enggan bekerja keras. Padahal tan-
tangan globalisasi menghendaki setiap orang mampu
bersaing secara sehat dan ini diperlukan usaha kerja keras.
Sikap pasrah akan menyebabkan manusia cepat merasa
puas dengan apa yang dimiliki. Sikap pasrah sering identik
dengan sikap malas. Jika hal ini menjangkiti setiap orang
maka tidak mengherankan jika dalam era perdagangan
bebas akan menjadi budak orang asing di negeri sendiri.
b. Sikap kurang disiplin
Budaya tidak tepat waktu atau jam karet merupakan
salah satu indikator ketidakdisiplinan seseorang dalam
menghargai waktu. Sikap tidak disiplin dalam penerapannya
merembet bukan hanya masalah ketidaktepatan waktu,
melainkan juga ketidaktekunan dalam mempelajari sesuatu
hal serta ketidakmampuan menggunakan waktu secara
Praktik Antropologi
(Kecakapan Personal,
Akademik, dan
Wawasan untuk
Mengatasi Tantangan)
Di era teknologi seperti
saat ini, kita dituntut untuk
mampu menyesuaikan de-
ngan perkembangan tek-
nologi yang ada. Zaman
makin lama makin maju,
sehingga kita harus mampu
menjawab tantangan yang
datang.
1. Apa yang harus Anda
lakukan terhadap per-
kembangan IPTEK
selama ini? Tentukan
sikap Anda.
2. Pandangan-pandangan
budaya yang bagai-
manakah yang harus
ditinggalkan?
Kumpulkan hasil kerja An-
da kepada bapak/ibu guru.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
137
efektif dan efisien. Kebiasaan remaja hanya menghabiskan
waktu di depan televisi atau bermain merupakan salah satu
contoh ketidakmampuan remaja memanfaatkan waktu
untuk hal-hal yang produktif misalnya untuk belajar.
Terbatasnya waktu belajar yang banyak tersita dengan
kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya rekreatif menunjukkan
ketidaktekunan seseorang dalam belajar. Dalam belajar
diperlukan waktu pembiasaan atau pelatihan untuk men-
capai suatu keberhasilan.
c. Ketidakmandirian
Naluri manusia sebagai mahkluk
sosial secara ekstrim menumbuhkan sikap
ketergantungan yang tinggi pada orang lain
sehingga menumbuhkan sikap tidak
mandiri. Ketergantungan suatu negara
terhadap negara lain merupakan dampak
dari ketidakmandirian penduduk di suatu
negara. Salah satu upaya untuk membentuk
kemandirian masyarakat suatu bangsa
adalah dengan alih teknologi, berusaha
menguasai teknologi dari negara maju,
sehingga sejajar dengan negara maju.
E. Menghargai Hasil Karya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
1. Peranan IPTEK dalam penyebaran bahasa lokal
Menurut Astrid Susanto, pakar Komunikasi Sosial me-
nyatakan bahwa bahasa adalah suatu alat untuk menyampaikan
pikiran dan alat kontak sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengertian bahasa adalah sistem perlambang bunyi
yang berartikulasi yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan perasaan dan pikiran manusia.
Salah satu keunikan bahasa adalah perlambang bunyi
yang berartikulasi tersebut dikombinasikan sedemikian rupa,
sehingga menjadi satuan-satuan kata yang bermakna. Satuan-
satuan kata itu kemudian dikonstruksikan dalam satuan kalimat
sebagai pesan atau pernyataan yang utuh dalam konteks
komunikasi sosial.
Sebagai salah satu unsur sistem sosial budaya, bahasa
memiliki berbagai fungsi dan karakteristik yang sejalan dengan
perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Bahasa
berfungsi sebagai alat komunikasi, sosialisasi, artikulasi, dan
berbagai kegiatan sosial lainnya.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,
2005
S
Gambar 3.30
Etos kerja yang rendah merupakan
salah satu faktor penghambat perkembangan
IPTEK.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
menghargai hasil karya
ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Antropologi SMA Jilid 2
138
Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki
karakteristik bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan
mereka sehari-hari. Dalam hal ini dikenal adanya istilah
bahasa
ibu
, yaitu bahasa yang dipelajari semenjak masa bayi dan
diperoleh dari lingkungan keluarga tempat ia berasal. Bahasa
ibu merupakan bentuk bahasa daerah yang menjadi ciri khas
suatu suku bangsa. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terdiri atas ribuan pulau yang dihuni masyarakat yang
multikultural. Berbagai suku bangsa dengan bahasa daerah
yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan masyarakat Indo-
nesia yang dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Bahasa In-
donesia sebagai suatu bahasa muda memiliki banyak
kelemahan di antaranya kesukaran untuk menemukan padanan
kata yang tepat dalam mengungkapkan apa yang tersirat di
dalam lubuk hati maupun pikiran seseorang. Karena itulah
keberadaan bahasa daerah atau bahasa lokal sebagai bahasa
ibu memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Banyak kosakata
dalam bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa daerah atau
bahasa lokal.
Pengadopsian kata-kata dari bahasa lokal untuk diangkat
ke dalam kosakata bahasa Indonesia didasarkan pada berbagai
pertimbangan. Salah satunya adalah faktor penyebaran bahasa
lokal tersebut yang sedemikian luas sehingga mudah dikenali
dan dijumpai di berbagai daerah.
Menentukan luas batas daerah persebaran bahasa lokal
memang bukanlah hal yang mudah. Itu disebabkan antara
terjadi hubungan yang sangat intensif, sehingga terjadi proses
saling memengaruhi antara unsur-unsur bahasa dari kedua
belah pihak.
Di samping itu, bahasa dari suatu suku bangsa terutama
suatu suku bangsa yang besar selalu menunjukkan variasi yang
ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografis maupun
oleh lapisan serta lingkungan sosial dalam masyarakat suku
bangsa tersebut.
Misal: Bahasa Jawa yang dipakai orang Solo berbeda dengan
yang dipakai orang Brebes maupun orang Surabaya.
Perbedaan-perbedaan bahasa khusus seperti itu, oleh ahli
bahasa disebut sebagai perbedaan
logat
atau
dialek
.
Faktor- faktor yang memengaruhi persebaran bahasa lokal
sebagai berikut.
a. Persebaran penduduk pemakai bahasa lokal
Pelaksanaan program transmigrasi merupakan salah
satu faktor pendukung terjadinya proses persebaran bahasa
Praktik Antropologi
(Apresiasi terhadap
Keanekaragaman
Budaya)
Cobalah Anda temukan
kata-kata dalam bahasa In-
donesia yang diambil dari
bahasa lokal. Kemukakan
temuan Anda dalam diskusi
kelas.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
139
lokal dari satu pulau ke pulau lain. Di mana warga trans-
migran di daerah transmigrasi tetap menggunakan bahasa
lokal asal mereka sebagai sarana komunikasi lisan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga di tempat mereka yang
baru bahasa lokal tetap terpelihara. Dalam pergaulan an-
tara warga transmigran dengan warga pribumi terjadilah
proses difusi. Proses difusi, yaitu penyebaran kebudayaan
dari warga transmigran yang sedikit demi sedikit akan
berpengaruh terhadap kebudayaan warga pribumi, ataupun
sebaliknya. Oleh karena itu, lama-kelamaan akan terjadi
akulturasi antara kebudayaan warga transmigran (penda-
tang) dengan kebudayaan warga pribumi. Termasuk di
dalamnya mengenai bahasa yang dipergunakan dalam
komunikasi menunjukkan adanya perubahan yang meng-
arah pada penyesuaian antara bahasa lokal warga trans-
migran dengan bahasa lokal warga pribumi. Misal: bahasa
Jawa yang dipergunakan di daerah transmigran di Sumatra
dalam beberapa hal berbeda dengan bahasa Jawa yang
dipergunakan masyarakat Jawa di daerah Jawa Tengah
atau Jawa Timur tempat para transmigran itu berasal.
b. Pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Kemajuan iptek terutama yang berkaitan dengan
teknologi informatika, dapat dipergunakan sebagai media
untuk persebaran bahasa lokal. Penggunaan media massa,
baik media cetak maupun media elektronik merupakan
sarana yang paling ampuh untuk memperkenalkan ragam
bahasa lokal kepada masyarakat di luar daerah tempat
bahasa tersebut berasal. Sekarang ini orang bisa mengakses
berita yang dikemas dalam bahasa lokal tertentu melalui
situs internet.
Pada hakikatnya proses persebaran bahasa lokal sangat
erat kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal itu nampak pada daerah-daerah yang terisolasi
dari luar yang sekaligus menunjukkan keterlambatan per-
kembangan iptek. Oleh karena itu, bahasa lokal hanya berlaku
di daerah tersebut, karena tidak ada akses yang memung-
kinkan terjadinya proses persebaran bahasa lokal ke luar
daerah. Berbeda dengan daerah-daerah yang perkembangan
ipteknya relatif lebih maju. Hal itu ditandai dengan makin
mudahnya akses yang menghubungkan daerah tersebut dengan
daerah lainnya. Persebaran bahasa lokal pun makin terbuka
seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk.
Antropologi SMA Jilid 2
140
2. Menghargai hasil karya iptek
Ibaratnya pisau bermata dua demikianlah hasil-hasil iptek.
Jika pemakaiannya tidak dilandasi kebijaksanaan/kearifan, hal-
hal yang seharusnya bermanfaat justru akan menjadi boomer-
ang yang mematikan. Demikian halnya dengan iptek. Berbagai
bentuk peralatan yang serba canggih dan modern berhasil
diciptakan pada saat ini. Di satu sisi dapat bermanfaat sebagai
sarana untuk memudahkan manusia mencapai kesejahteraan.
Namun jika keliru dalam menyikapinya, maka hasil iptek justru
akan membawa bencana yang bukan hanya merusak diri
sendiri melainkan juga dapat memusnahkan manusia dan
peradabannya.
Tarik ulur penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi
alternatif merupakan contoh konkret tentang bentuk kekha-
watiran manusia akan kemungkinan penyalahgunaan iptek.
Nuklir jika dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab akan
berguna bagi pemenuhan kebutuhan energi. Namun jika energi
nuklir dipergunakan sebagai persenjataan, maka merupakan
sarana paling ampuh dalam menghancurkan bahkan memus-
nahkan segala bentuk kehidupan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi hasil-hasil
iptek sebagai berikut.
1. Memanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
Dewasa ini banyak orang tua yang mengeluh karena
anak-anaknya betah berada di depan televisi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa keberadaan televisi sebagai sarana
hiburan sudah berubah fungsi menjadi sarana pemasungan
bagi aktivitas anak. Hal ini dikarenakan orang tua kurang
mampu mengarahkan kepada anak bahwa manusia mem-
punyai banyak kebutuhan, dan hiburan hanya merupakan
bagian kecil dari kebutuhan itu.
2. Memerhatikan lingkungan se-
bagai bentuk sistem yang saling
ketergantungan,
sehingga perlu
diupayakan adanya unsur ke-
seimbangan
Pemakaian bahan-bahan kimia
dalam proses produksi menggantikan
bahan alami merupakan salah satu
bentuk kemajuan iptek yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dalam hal pemenuhan ke-
butuhan material. Namun jika penggu-
Sumber:
http://images.google.co.id
S
Gambar 3.31
Plastik merupakan bahan kimia yang
tidak bisa hancur secara alamiah. Jika tidak dilakukan daur
ulang maka dunia ini akan penuh sampah plastik.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
141
naannya tidak mempertimbangkan keadaan lingkungan seki-
tarnya, maka pemakaian bahan-bahan kimia tersebut akan
menghasilkan pencemaran yang membahayakan kelestarian
lingkungan.
3. Tetap berlandaskan pada pandangan hidup bangsa
Kemajuan teknologi terutama teknologi informatika
dewasa ini sangatlah pesat. Orang dengan mudah dapat
mengakses berita dari berbagai penjuru dunia secara cepat
melalui jasa layanan internet. Hal yang perlu disadari adalah
bahwa tidak semua informasi yang ada sesuai dengan nilai-
nilai dan norma kebudayaan kita. Pemanfaatan informasi yang
tidak sesuai dengan pola kebudayaan yang kita miliki akan
merapuhkan sendi-sendi kebudayaan bangsa yang pada
akhirnya akan menghancurkan kehidupan bangsa itu sendiri.
Era globalisasi memang memaksa manusia secara individual
maupun bersama-sama agar mengikuti perkembangan dunia.
Namun bukan berarti kita akan melepaskan diri dari kebu-
dayaan asli yang merupakan identitas bangsa. Kita harus
mampu memilih dan memilah mana yang sesuai dan mana
yang tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa kita, yaitu
Pancasila.
RANGKUMAN
x
Ilmu pengetahuan dan teknologi meru-
pakan bagian dari unsur-unsur kebuda-
yaan universal.
x
Ruang lingkup pengetahuan suatu suku
bangsa berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut.
1. Alam sekitarnya.
2. Alam flora di daerah tempat ting-
galnya.
3. Alam fauna di daerah tempat ting-
galnya.
4. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-
benda dalam lingkungannya.
5. Tubuh manusia.
6. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama
manusia.
7. Ruang dan waktu.
x
Teknologi muncul dalam bentuk:
– cara-cara manusia melaksanakan
mata pencaharian hidup;
– cara-cara manusia mengorganisasi
masyarakat;
– cara-cara manusia mengekspresi-
kan rasa keindahan dalam mempro-
duksi hasil-hasil kesenian.
x
Perkembangan teknologi berawal dari
teknologi tradisional. Teknologi tradisio-
nal berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut.
1. Alat-alat produktif.
2. Senjata.
3. Wadah.
4. Alat-alat menyalakan api.
5. Makanan, minuman, dan jamu- ja-
muan.
Antropologi SMA Jilid 2
142
UMPAN BALIK
Coba Anda diskusikan kembali materi bab ini dengan baik,
agar Anda menguasai dan paham tentang:
1. perkembangan IPTEK;
2. pengaruh IPTEK;
3. proses pewarisan IPTEK;
4. faktor penghambat perkembangan IPTEK;
5. peranan IPTEK dalam penyebaran bahasa lokal.
Apabila ada materi yang belum Anda kuasai, tanyakan
kepada teman atau bapak/ibu guru. Sesudah paham materi pada
bab ini, pelajarilah bab berikutnya pada buku ini.
UJI KOMPETENSI
Coba kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.
A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.
6. Pakaian dan perhiasan.
7. Tempat berlindung dan perumahan.
8. Alat-alat transportasi.
x
Pesatnya perkembangan ilmu pengeta-
huan dan teknologi dari waktu ke waktu
diikuti dengan ditemukannya berbagai
teknologi canggih. Penemuan teknologi
canggih telah mengakibatkan perubah-
an pola kebudayaan manusia dalam
berbagai segi.
x
Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan
teknologi dari generasi ke generasi beri-
kutnya dilakukan melalui media: ke-
luarga, masyarakat, organisasi sosial,
dan media massa.
x
Faktor-faktor yang menghambat per-
kembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai berikut.
1. Adanya hambatan budaya berupa
perbedaan persepsi dan sudut pan-
dang.
2. Sikap tradisional yang berprasangka
buruk terhadap segala sesuatu yang
baru/berasal dari luar masyarakat-
nya.
3. Sikap etnosentrisme.
4. Rendahnya etos kerja.
1. Kemampuan nenek moyang kita me-
ngarungi samudra dengan peralatan yang
sangat sederhana menunjukkan bahwa
mereka telah mengenal sistem penge-
tahuan yang berkaitan dengan ....
a. ruang dan waktu
b. alam flora di sekitarnya
c. sifat dan perilaku sesama manusia
d. alam sekitarnya
e. benda-benda di sekitarnya
2. Kemampuan petani mengantisipasi ta-
namannya agar terhindar dari serangan
hama, merupakan bentuk penerapan
pengetahuan yang berkaitan dengan ....
a. tubuh manusia
b. alam fauna sekitarnya
c. ruang dan waktu
d. alam flora di sekitarnya
e. zat yang berguna atau tidak
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia
143
3. Munculnya dukun pada kehidupan ma-
nusia purba sebagai sosok yang mampu
menyembuhkan berbagai penyakit,
merupakan bentuk perwujudan adanya
penerapan pengetahuan terhadap ....
a. zat- zat yang bermanfaat atau tidak
b. jalinan interaksi sosial
c. alam flora di sekitarnya
d. alam sekitarnya
e. tubuh manusia
4. Bangsa Yunani Kuno telah mengenal
perhitungan kalender berdasarkan
peredaran matahari, padahal mereka
sama sekali belum memiliki peralatan
yang memadai. Hal itu menunjukkan
bahwa mereka telah mengenal sistem
pengetahuan yang berkaitan dengan ....
a. ruang dan waktu
b. benda-benda di sekitarnya
c. tubuh manusia
d. alam flora dan fauna
e. interaksi sosial
5. Bangsa Indonesia pada masa Mataram
Kuno berhasil membangun Candi Boro-
budur yang sangat monumental. Hal itu
menunjukkan bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia telah memiliki sistem
pengetahuan yang berkaitan dengan ....
a. lingkungan alam sekitarnya
b. alam flora dan fauna
c. zat-zat dan bahan mentah
d. hubungan antarsesama manusia
e. ruang dan waktu
6. Prinsip
moccasin
merupakan bentuk
teknologi purba yang berkaitan dengan
peralatan ....
a. sepatu
b. tempat berlindung
c. senjata
d. makanan
e. wadah
7.
Surfice dwelling
dan
pile dwelling
me-
rupakan sebutan bentuk-bentuk pokok
dari teknologi ....
a. persenjataan
b. tempat berlindung
c. pakaian dan perlengkapannya
d. upacara ritual
e. alat-alat transportasi
8.
Pressure flaking
merupakan salah satu
tehnik pembuatan alat-alat produktif
dengan cara ....
a. pemecahan
b. pemukulan
c. pembentukan kembali
d. penggilingan
e. penekanan
9. Penemuan mesin uap oleh James Watt
pada tahun 1763 merupakan bentuk ....
a. discovery
b. evolusi
c. invention
d. revolusi
e. akulturasi
10. Salah satu faktor yang menghambat
proses perkembangan iptek di tengah
kehidupan masyarakat adalah ....
a. etnosentrisme
b. inovasi
c. akulturasi
d. modernisasi
e. sinkretisme
B . Jawablah soal berikut dengan jawaban yang tepat.
1. Bagaimanakah pengaruh iptek terhadap
persebaran bahasa lokal? Uraikan
pendapat Anda.
2. Bagaimanakah peranan keluarga dalam
proses pewarisan iptek? Uraikan pen-
dapat Anda.
3. Bagaimanakah teknik pembuatan alat-
alat dari logam pada masa kehidupan
manusia purba? Bandingkan dengan
teknik pembuatan pada masa sekarang.
Antropologi SMA Jilid 2
144
4. Sebutkan bidang yang termasuk dalam
teknologi tradisional masyarakat pede-
saan. Jelaskan pendapat Anda.
5. Berkaitan dengan apakah sistem penge-
tahuan yang dikuasai nenek moyang kita
pada masa lampau? Mengapa demikian?
Uraikan pendapat Anda.
STUDI KASUS
Lagi, Bocah Menjadi Korban Smack Down
BANDUNG
-Tayangan
smack
down
kembali memakan korban. Dua
siswa SDN Babakan Surabaya mengalami
memar di kaki, tangan, leher, dan kemaluan
setelah
di-smack down
tiga rekannya
kemarin.
Kedua korban itu adalah Ahmad Fir-
daus, 9, dan Angga Rakasiwi, 10, penduduk
Gang Desa, Jalan Kiaracondong, Bandung.
Oleh pihak sekolah, Ahmad Firdaus dibawa
ke Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk
mendapatkan pertolongan pertama.
Angga Rakasiwi yang menderita luka
di pelipis kanan lantaran dibenturkan ke
tembok oleh rekannya terpaksa dilarikan
ke rumah sakit. Siswa kelas V SDN Ba-
bakan Surabaya itu harus mendapat lima
jahitan.
Kapolresta Bandung Tengah AKBP
Mashudi menyatakan, pihaknya hanya bisa
mengimbau agar sekolah, baik SD maupun
SMP, melarang murid-muridnya melakukan
smack down.
Sebab, perkelahian yang
meniru tontonan di televisi tersebut berba-
haya. “Hingga saat ini, kami belum
menerima laporan resmi terkait aksi
smack
down
yang dilakukan anak-anak. Tapi,
kami mendengar ada korban
smack down
di SDN Babakan Surabaya, Kiara-
condong,” kata Mashudi. Sikap Lativi yang
keukeuh
(ngotot) menayangkan
smack
down
membuat geram pihak Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa
Barat. Mereka siap menuntut dan me-
nempuh jalur hukum untuk mendesak agar
stasiun televisi swasta itu menghentikan
tayangan gulat profesional yang telah
merenggut nyawa siswa kelas tiga SD di
Kabupaten Bandung.
“Kami berencana menuntut pihak
Lativi
apabila tidak ada itikad baik untuk
menghentikan acara tersebut,” tegas
Ketua KPID Jabar Dadang Rahmat
Hidayat setelah menerima pihak
Lativi
di
kantornya, Jalan Diponegoro.
Sumber:
Jawa Pos
, 2006
Bacalah contoh kasus pada kutipan artikel di atas.
Kemajuan IPTEK telah menimbulkan dampak positif dan negatif.
Berikan komentar, pendapat, atau saran Anda mengenai pengaruh
kemajuan teknologi informasi terhadap pola perilaku generasi muda
dan perkembangan kebudayaan nasional.
Kehidupan manusia purba dan kebuda-
yaannya dapat diketahui oleh para ahli pur-
bakala melalui penelitiannya terhadap fosil-
fosil manusia purba yang berhasil ditemukan.
Hingga saat ini penelitian tentang kehidupan
manusia yang berkaitan dengan perkembang-
an kebudayaannya masih terus dilakukan.
Penelitian kebudayaan manusia bukan hanya
BAB 4
STUDI ETNOGRAFI
Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:
x
dapat menjelaskan pengertian etnografi;
x
dapat menjelaskan cara melakukan studi etnografi;
x
dapat melakukan penelitian etnografi tentang persebaran
bahasa lokal;
x
dapat membuat format laporan hasil penelitian.
Kata-Kata Kunci
x
Etnografi
x
Penelitian
Sumber:
Ensiklopedi Nasional Indonesia,
1997
bisa dilakukan oleh para ahli purbakala atau
ahli sejarah, setiap orang yang mempunyai
minat terhadap kebudayaan masyarakat di
sekitarnya pun bisa melakukannya. Tak ter-
kecuali para siswa SMA.
Agar Anda lebih paham dan mengerti
mengenai studi etnografi, pelajarilah materi
pada bab ini dengan baik.
Antropologi SMA Jilid 2
146
Studi Etnografi
147
Kebudayaan merupakan sesuatu yang dinamis, selalu berkem-
bang seiring dengan pola perilaku manusia yang terus menerus
berubah. Perubahan-perubahan perilaku manusia, baik disengaja
atau tidak, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia termasuk didalamnya adalah kebudayaan
manusia itu sendiri.
Jika kita renungkan sejenak mengenai bagaimana potret
kehidupan masyarakat Indonesia pada masa lampau, sepuluh tahun
yang lalu misalnya, tentu sangat berbeda dengan pola kehidupan
yang sekarang, bukan? Coba Anda teliti kira-kira apakah yang
berubah pada kehidupan masyarakat di sekitar Anda selama
sepuluh tahun terakhir?
Sebagai contoh, mungkin sepuluh tahun yang lalu alat
komunikasi yang dipergunakan masyarakat di sekitarmu tidak
seperti yang sekarang? Mungkin juga, alat transportasi yang
menjadi andalan masyarakat luas sepuluh tahun yang lalu berbeda
dengan yang sekarang, ataupun sistem pemerintahan yang
diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat sepuluh tahun yang
lalu berbeda dengan sekarang, dan seterusnya.
Dari perbedaan-perbedaan tersebut, pada hakikatnya telah
menunjukkan terjadinya perubahan kebudayaan. Pengamatan yang
kita lakukan untuk membandingkan kondisi kebudayaan masyarakat
di sekitar kita sepuluh tahun yang lalu dengan kebudayaan
masyarakat yang sekarang merupakan contoh dari penelitian
sederhana yang berkaitan dengan kebudayaan manusia.
Nah, tidak sulit kiranya bagi para siswa SMA untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan kebudayaan. Hasil penelitian
tersebut, jika dituangkan dalam bentuk karangan atau uraian
merupakan deskripsi mengenai kebudayaan masyarakat yang
disebut
etnografi
.
A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata
ethnos
yang berarti bangsa
dan
graphy
yang berarti tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalah
deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa pendapat ahli antropo-
logi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
1.
Menurut pendapat
Spradley
dalam Yad Mulyadi (1999),
etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu
kebudayaan.
2.
Menurut pendapat
Spindler
dalam Yad Mulyadi (1999),
etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.
3.
Menurut pendapat
Koentjaraningrat
(1985), isi karangan
etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu
suku bangsa.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
menjelaskan pengerti-
an etnografi.
Antropologi SMA Jilid 2
148
B. Studi Etnografi
Cara untuk melakukan studi tentang etnografi, bukanlah hal
yang mudah karena berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan yang
dilakukan oleh anggota suatu suku bangsa. Padahal ada suku bangsa
yang anggotanya sangat banyak bahkan mencapai jutaan pendu-
duk. Oleh karena itu, seorang ahli antropologi yang menulis tentang
sebuah etnografi tentu tidak mampu mencakup keseluruhan pen-
duduk anggota dari suku bangsa yang besar tersebut dalam des-
kripsinya.
Dalam penulisan etnografi, pada umumnya seorang peneliti
membatasi objek penelitian dengan mengambil salah satu unsur
kebudayaan yang diteliti pada sekelompok masyarakat tertentu.
Misal: meneliti sistem kesenian tradisional masyarakat daerah
tertentu, meneliti tentang macam-macam upacara adat yang
berkembang dalam masyarakat di suatu daerah.
Jika daerah yang dijadikan objek pengamatan terlalu luas pada
umumnya peneliti membatasi dengan mengambil bagian kecil dari
daerah tersebut yang dianggap dapat mewakili keadaan di seluruh
daerah pengamatan. Misal: untuk mengamati adat istiadat masya-
rakat suku Jawa diambil daerah penelitian pada masyarakat pe-
desaan di wilayah Kabupaten Klaten – Surakarta yang dianggap
dapat mewakili keseluruhan perilaku khas orang Jawa.
Pada zaman sekarang memang tidak mudah untuk mem-
peroleh daerah yang penduduknya hanya dihuni oleh suku bangsa
asli, apalagi jika penelitian dilakukan di kota besar atau desa yang
memungkinkan hadirnya kaum pendatang menetap di daerah
tersebut.
Dalam penyusunan sebuah karangan etnografi, kita dapat meng-
gunakan tahapan sebagai berikut.
1. Pemilihan lokasi penelitian
Menurut
J.A. Clifton
dalam bukunya yang berjudul
In-
troduction to Cultural Anthropology
, batasan lokasi yang
akan dipergunakan sebagai penelitian sebagai berikut.
a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau
lebih.
b. Kesatuan masyarakat yang terdiri atas penduduk yang
mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa yang
sama.
c Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu
daerah politik-administratif.
d. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa
identitas penduduknya sendiri.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
menjelaskan cara mela-
kukan studi etnografi.
Studi Etnografi
149
e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah
geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik.
f. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan
ekologi.
g. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami
satu pengalaman sejarah yang sama.
h. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi
interaksinya satu dan lainnya merata tinggi.
i. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam
atau homogen.
Dalam karangan etnografi, lokasi pe-nelitian yang telah
ditentukan perlu di deskripsikan. Deskripsi lokasi penelitian
mengenai hal-hal berikut.
a . Ciri-ciri geografis, yaitu mengenai iklim (misal: tropis,
sedang, mediteran, dan kutub), sifat daerah (misal:
pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi,
kepulauan, rawa-rawa, hutan tropikal, sabana, stepa,
gurun, dan sebagainya), keadaan suhu rata-rata dan
curah hujan.
b. Ciri-ciri geologi dan geomorfologi yang berkaitan
dengan kondisi tanah.
c. Keadaan flora dan fauna.
d. Data demografi yang berkaitan dengan kependu-
dukan. Misalnya mengenai: data jumlah penduduk,
jenis kelamin, laju natalitas, mortalitas, dan data
mengenai migrasi atau mobilitas penduduk.
e. Catatan tentang asal mula sejarah terbentuknya suku
bangsa (penduduk di lokasi pengamatan tersebut).
Untuk melengkapi deskripsi mengenai lokasi penelitian
perlu dilengkapi dengan peta-peta yang memenuhi syarat
ilmiah. Peta-peta tersebut melukiskan keadaan lokasi pe-
nelitian.
2 . Menyusun kerangka etnografi
Setelah lokasi ditetapkan, maka langkah berikutnya
adalah menentukan bahan mengenai kesatuan kebudayaan
suku bangsa di lokasi yang dipilih tersebut. Hal itu merupakan
kerangka etnografi.
Penelitian etnografi merupakan penelitian yang bersifat
holistik
atau menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak
hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau
beberapa variabel tertentu saja. Hal itu didasarkan pada
pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem
yang terdiri atas bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Sumber:
http://images.google.co.id.
S
Gambar 4.1
Seorang antropolog
sedang mengadakan penelitian.
Antropologi SMA Jilid 2
150
Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapat
dijadikan sebagai kerangka etnografi sebagai berikut.
a. Bahasa.
e. Sistem pengetahuan.
b. Sistem teknologi.
f. Kesenian.
c. Sistem ekonomi.
g. Sistem religi.
d. Organisasi sosial.
Keseluruhan unsur-unsur di atas bersifat universal, artinya
semua kebudayaan suku bangsa pasti terdapat unsur-unsur
tersebut. Mengenai urutan mana yang menjadi prioritas
penelitian dari keseluruhan unsur kebudayaan tersebut
bergantung sepenuhnya kepada peneliti. Namun, sistem urutan
yang biasa dipergunakan dalam studi etnografi diawali dari
hal-hal yang bersifat konkret menuju ke hal-hal yang paling
abstrak. Dalam hal ini unsur bahasa merupakan salah satu
unsur kebudayaan yang paling konkret, karena hal pertama
yang kita jumpai dalam penelitian terhadap penduduk di suatu
daerah adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan sehari-
hari. Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan
bahasa isyarat saat pertama bertemu dengan orang asing. Hal
yang lazim dilakukan oleh orang saat pertama bertemu dengan
orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi
dengan bahasa lisan yang biasa ia gunakan.
Dengan mengamati interaksi sesama penduduk, dapat
ditemukan jenis bahasa lokal yang mereka gunakan sebagai
komunikasi lisan sehari-hari. Dengan menjumpai pemakaian
bahasa ini, peneliti dapat menganalisis tentang kedudukan
bahasa lokal dikaitkan dengan bahasa resmi yang diperguna-
kan sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi lisan antar-
penduduk suku bangsa yang berbeda.
Dengan mengamati sistem teknologi yang berkembang
di dalam kehidupan penduduk, peneliti dapat memfokuskan
perhatiannya kepada benda-benda kebudayaan dan alat-alat
kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret. Berkaitan dengan
sistem ekonomi yang menjadi perhatian dalam penulisan
etnografi, hal yang perlu mendapatkan perhatian dari peneliti
adalah jenis mata pencaharian utama yang dilakukan penduduk
dalam upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial.
Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan,
antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut,
sistem pemerintahan, pembagian kerja, ataupun aktivitas sosial
yang sifatnya kolektif dan mencerminkan suatu birokrasi.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Akademik)
Kunjungilah perpus-
takaan di sekolah Anda
atau di sekitar daerah
Anda. Bacalah buku-
buku penelitian menge-
nai kebudayaan yang
ada di Indonesia.
Buatlah rangkuman
mengenai pelaksana-
an penelitian etnografi.
Kumpulkan hasil kerja
Anda kepada bapak/ibu
guru.
Studi Etnografi
151
Penulisan deskripsi kebudayaan yang menyangkut sistem
pengetahuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya
penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan
kebudayaannya, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana
penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan
alam sekitarnya. Sebagai contoh, untuk meningkatkan produksi
pertanian, penduduk mengembangkan sistem pertanian
hidrophonik dengan memanfaatkan setiap jengkal tempat yang
kosong untuk ditanami sayuran atau pun buah-buahan di dalam
pot tanpa menggantungkan tersedianya lahan pertanian yang
luas.
Deskripsi tentang sistem kesenian yang ada dalam
kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni
yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa
tersebut. Bidang seni yang menunjukkan identitas khas
masyarakat/suku bangsa, antara lain seni bangunan, seni lukis,
seni tari, seni musik tradisional, dan seni vokal.
Deskripsi tentang sistem religi yang dianut masyarakat/
suku bangsa di daerah penelitian berkaitan dengan keperca-
yaan, gagasan, ataupun keyakinan-keyakinan yang berkem-
bang di dalam kehidupan masyarakat/suku bangsa tersebut.
Oleh karena itu, peneliti harus tanggap terhadap unsur dalam
sistem religi tersebut.
3. Menentukan metodologi penelitian
Studi etnografi tidak terlepas dari teknik yang dipergu-
nakan dalam melaksanakan penelitian etnografi, karena
etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara
teoritis. Oleh karena itu, seorang peneliti di lapangan terlebih
dahulu harus menguasai metode-metode yang terkait dengan
kegiatan penelitiannya.
Banyak metode yang dapat dipilih dalam melaksanakan
studi etnografi. Metode yang paling tepat digunakan, antara
lain
metode observasi
dan
metode interview
.
a. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu
metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam arti
sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi meru-
pakan proses yang kompleks dan tersusun dari berbagai
proses biologis maupun psikologis. Dalam metode obser-
vasi yang terpenting adalah proses
pengamatan
dan
ingatan
.
Antropologi SMA Jilid 2
152
Kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam proses pengamatan dapat diatasi dengan cara seba-
gai berikut.
1) Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat
melihat objek yang komplek dari berbagai segi secara
berulang-ulang.
2) Menggunakan orang ( petugas pengamat/
observers
)
yang lebih banyak untuk melihat objeknya dari segi-
segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil penyeli-
dikan mereka agar diperoleh gambaran tentang kese-
luruhan objeknya.
3) Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam
jangka waktu yang terbatas dapat disoroti objek-objek
itu dari segi-segi yang berbeda-beda oleh penyelidik
yang terbatas jumlahnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ingatan dalam proses
observasi dapat diantisipasi dengan cara sebagai berikut.
1) Mengadakan pencatatan biasa atau dengan mengguna-
kan
check list
.
2) Menggunakan alat-alat mekanik (
mechanical device
)
seperti tape recorder, kamera, dan video. Alat-alat ter-
sebut berfungsi mengabadikan fenomena yang sedang
diamati.
3) Menggunakan lebih banyak observers.
4) Memusatkan perhatian pada data yang relevan.
5) Mengklasifikasikan gejala-gejala secara tepat.
6) Menambah bahan apersepsi tentang objek yang akan
diamati.
Menurut
Rummel
, beberapa petunjuk yang dapat diikuti
dalam melaksanakan observasi sebagai berikut.
1) Terlebih dahulu mencari informasi mengenai hal-hal
yang akan diamati.
2) Tetapkan tujuan- tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus
yang akan dicapai melalui observasi tersebut.
3) Tetapkan suatu cara tertentu untuk mencatat hasil-hasil
observasi.
4) Lakukan pembatasan terhadap macam-macam tingkat
kategori yang akan dipergunakan.
5) Lakukan observasi secermat-cermatnya.
6) Catatlah setiap gejala yang muncul secara terpisah.
7) Pelajarilah secara baik dan kuasai cara pemakaian alat-
alat pencatatan dan tata cara mencatat hasil peng-
amatan sebelum melakukan observasi.
Cakrawala Budaya
Etnografi bisa diartikan
sebagai deskripsi ter-
tulis dan analisis ten-
tang suatu kebudayaan
yang didapatkan me-
lalui kerja lapangan
(
fieldwork
) seorang
antropolog.
Studi Etnografi
153
Menurut
Jehoda
, observasi menjadi alat penelitian ilmiah,
apabila:
1) mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah
dirumuskan,
2) direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara
tidak teratur,
3) dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan
proposisi-proposisi yang lebih umum, dan tidak hanya
dilaksanakan untuk memenuhi rasa ingin tahu saja, dan
4) dapat dicheck dan dikontrol validitas, reliabilitas, dan
ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.
Menurut
Good
, observasi dalam metodologi penelitian
mengandung enam ciri sebagai berikut.
1) Obervasi memiliki arah yang khusus.
2) Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah siste-
matik.
3) Observasi bersifat kuantitatif.
4) Observasi mengadakan pencatatan dengan segera.
5) Observasi menuntut adanya keahlian.
6) Hasil-hasil observasi dapat dicheck dan dibuktikan
untuk menjamin reliabilitas dan validitasnya.
Untuk melaksanakan metode observasi, peneliti dapat
memilih teknik-teknik observasi yang tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi. Adapun teknik observasi yang dapat
dipilih, antara lain:
1) observasi partisipan - observasi nonpartisipan;
2) observasi sistematik - observasi nonsistematik;
3) observasi eksperimental - observasi noneksperimental.
Untuk memahami, marilah kita pelajari satu persatu:
1) Observasi Partisipan - Observasi Nonpartisipan
Observasi partisipan pada umumnya diperguna-
kan dalam penelitian yang sifatnya
eksploratif
, ter-
masuk dalam menyusun karangan etnografi. Observasi
partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana
observers atau orang yang melakukan observasi turut
ambil bagian dalam kehidupan masyarakat yang diob-
servasi. Sebagai contoh, untuk meneliti pola kehidupan
kaum gelandangan maka observers turut membaur da-
lam kehidupan para gelandangan tersebut.
Dalam menggunakan teknik observasi partisipan ini,
seorang observers perlu memerhatikan masalah-masa-
lah sebagai berikut.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Akademik)
Kunjungilah perpustakaan
di sekolahmu. Bacalah bu-
ku-buku mengenai metode
observasi. Catatlah meto-
de-metode yang dikemu-
kakan oleh para ahli. La-
porkan hasilnya di depan
kelas.
Antropologi SMA Jilid 2
154
a) Materi apa saja yang akan diobservasi. Untuk
keperluan ini, observers dapat menyiapkan daftar
mengenai hal-hal yang akan diamati.
b) Waktu dan bentuk pencatatan. Saat pencatatan
yang terbaik adalah model "
on the spot
", yaitu
melakukan pencatatan segera saat pengamatan
berlangsung. Tiap pencatatan dapat dilakukan
dalam dua bentuk, yaitu bentuk kronologis dan
bentuk sistematik. Bentuk kronologis didasarkan
pada urutan kejadiannya, sedangkan bentuk siste-
matik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam
kategori-kategori masing-masing tanpa memerha-
tikan urutan kejadiannya.
c) Hubungan baik antara observers dengan objek yang
diamati (
observees
). Untuk mewujudkan hu-
bungan yang baik antara observers dengan ob-
servees dapat dilakukan dengan cara:
x
mencegah timbulnya kecurigaan-kecurigaan;
x
mengadakan
good raport
, yaitu hubungan
antarpribadi yang ditandai oleh semangat kerja
sama, saling mempercayai, dan saling mem-
bantu antara observers dengan observees;
x
menjaga agar situasi dalam masyarakat yang
diamati tetap dalam situasi yang wajar.
d) Intensi dan ekstensi keterlibatan observers dalam
partisipasi, yaitu sejauh mana keterlibatan obser-
vers dalam observasi partisipan. Dalam hal ini ob-
servers dapat mengambil bagian
dalam kegiatan observasi, yaitu
dengan cara sebagai berikut.
•
Peneliti (
observers
) mengikuti
kegiatan objek yang diamati
(
observees
) hanya pada saat-
saat tertentu saja yang oleh
peneliti dianggap penting. Hal
itu sering disebut sebagai parti-
sipasi sebagian (
partial par-
ticipation
)
•
Peneliti (
observers
) mengikuti
seluruh kegiatan objek yang
diamati (
observees
) dari awal
sampai akhir kegiatan peneli-
tian tersebut. Hal itu sering
disebut sebagai partisipasi penuh (
full partici-
pation).
Sumber:
Dokumen Penerbit
S
Gambar 4.2
Untuk meneliti tentang kehidupan
pengamen dengan menggunakan teknik observasi
partisipan, peneliti turut terjun membaur dalam
kehidupan pengamen. Peneliti secara langsung
menjadi bagian dari kelompok pengamen tersebut.
Studi Etnografi
155
Adapun sejauh mana tingkat keterlibatan atau
partisipasi peneliti (
observers
) dalam setiap
kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut.
•
Peneliti (
observers
) semaksimal mungkin turut
terlibat atau mengikuti setiap kegiatan yang
dilakukan oleh objek yang diamati (
observees
).
Dalam hal ini peneliti terlibat secara intensif
(
intensive participation).
•
Peneliti (
observers
) hanya sedikit ambil bagian
dalam kegiatan objek yang diamati. Dalam hal
ini peneliti tidak sepenuhnya terlibat, hanya
sekilas saja (
surfice
participation).
Penentuan tersebut sepenuhnya ada pada kemauan
observers.
Adapun observasi non partisipan adalah observasi
yang dilakukan di mana observers sama sekali tidak
ikut terjun dalam kegiatan objek yang diamati.
2) Observasi Sistematik - Observasi Nonsistematik
Observasi sistematik sering disebut sebagai
observasi berstruktur (
structured observation
).
Observasi sistematik adalah observasi yang dilakukan
berdasarkan kerangka pengamatan yang telah disiap-
kan sebelumnya. Di dalam kerangka pengamatan
tersebut memuat hal-hal sebagai berikut.
a) Materi yang akan diobservasi. Materi yang akan
diobservasi pada umumnya telah dibatasi , sehingga
observers tidak memiliki kebebasan dalam mela-
kukan pengamatan.
b) Cara-cara pencatatan hasil observasi. Cara pen-
catatan hasil observasi dilakukan berdasarkan
daftar pertanyaan atau permasalahan yang telah
dirumuskan terlebih dahulu, sehingga memudahkan
untuk mengadakan kuantifikasi terhadap hasil
pengamatan. Pembuatan daftar ini diawali dengan
kegiatan sebagai berikut.
x
Observasi pendahuluan.
x
Perumusan sementara (konsep).
x
Adanya uji coba (
try out
) terhadap konsep
yang telah disusun.
x
Perbaikan dari hasil uji coba.
x
Dilakukan uji coba lagi - diperbaiki - diuji co-
bakan, dan seterusnya hingga diperoleh ru-
musan yang final.
Cakrawala Budaya
Kerja lapangan (
Field-
work
) yang dilakukan
oleh seorang antro-
polog, yaitu kegiatan
eksplorasi yang siste-
matis, intensif, dan me-
lalui pengamatan lang-
sung di lapangan ter-
hadap suatu kebuda-
yaan.
Antropologi SMA Jilid 2
156
c) Hubungan antara observers dengan observees.
Dalam hal ini, perlu adanya kerja sama yang baik
antara observers dengan observees, sehingga
pengamatan dapat berlangsung dalam situasi yang
sewajarnya/tidak dibuat-buat.
Adapun observasi nonsistematik adalah observasi
yang berlangsung secara spontan/bebas tanpa adanya
kerangka pengamatan. Observasi ini sering disebut
sebagai
observasi tak berstruktur
.
3) Observasi Eksperimental - Observasi Noneksperimental
Observasi Eksperimental sering disebut sebagai
observasi dalam situasi tes. Ciri-ciri observasi eksperi-
men sebagai berikut.
a) Observers dihadapkan pada situasi perangsang
yang dibuat seseragam mungkin untuk semua
observees.
b) Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkin-
kan variasi timbulnya tingkah laku yang akan
diamati oleh observers.
c) Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observees
tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari
kegiatan observasi tersebut.
d) Observers membuat catatan-catatan dengan teliti
mengenai cara-cara observees mengadakan aksi-
reaksi, bukan hanya jumlah aksi-reaksi semata.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara
penyelidikan yang relatif murni untuk menyelidiki
pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku
manusia. Dalam hal ini, faktor-faktor yang dapat
memengaruhi tingkah laku observees telah dikontrol
secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu atau dua
faktor untuk diamati sejauh mana pengaruhnya
terhadap dimensi-dimensi tertentu dari tingkah laku.
Melalui observasi eksperimental, observers
memiliki kesempatan/peluang untuk mengamati sifat-
sifat tertentu yang jarang sekali muncul dalam situasi
normal. Sebagai contoh, ketidakjujuran, keberanian, dan
reaksi terhadap frustrasi. Observasi eksperimental
merupakan observasi yang distandardisasi secermat-
cermatnya. Dengan demikian, hasil observasi dapat
dipergunakan untuk menilai reaksi-reaksi khusus atau
perilaku istimewa dari setiap orang.
Adapun observasi noneksperimental merupakan
kebalikan dari observasi eksperimental. Hal yang pa-
ling utama dalam kegiatan observasi adalah terkum-
Studi Etnografi
157
pulnya hasil observasi sebagai bahan utama yang
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap
hasil penelitian. Agar hasil observasi dapat diperoleh
secara optimal, diperlukan beberapa alat yang diper-
gunakan untuk mengumpulkan data hasil pelaksanaan
observasi. Beberapa alat yang dipergunakan dalam
kegiatan observasi sebagai berikut.
1) Catatan anekdot (
anecdotal record
)
2) Catatan berkala
3) Daftar pengamatan (
check list
)
4) Skala pengukuran (
rating scale
)
5) Peralatan penunjang (
mechanical devices
)
Untuk memahaminya marilah kita pelajari satu persatu:
1) Catatan anekdot (
anecdotal record
)
Catatan anekdot (
anecdotal record
) sering
disebut sebagai daftar riwayat kelakuan. Catatan
anekdot (
Anecdotal record
)
merupakan catatan-
catatan yang dibuat oleh observers selama pengamatan
berlangsung mengenai kelakuan-kelakuan yang
dianggap luar biasa. Catatan tersebut dibuat secepat-
cepatnya setelah terjadi peristiwa yang dianggap
istimewa. Hal yang dicatat adalah kronologis atau
bagaimana kejadian tersebut berlangsung dan bukan
mengenai pendapatnya terhadap kejadian tersebut.
Penggunaan catatan anekdot (
anecdotal record
)
memerlukan waktu yang sangat panjang, sehingga
dinilai tidak efektif.
2) Catatan berkala
Catatan berkala dilakukan observers pada waktu
tertentu saja secara periodik. Selanjutnya observers
menuliskan kesan/pendapatnya.
3) Daftar pengamatan
(
check list
)
Daftar pengamatan (
check list
)
adalah suatu
daftar berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang
akan diselidiki. Pembuatan daftar pengamatan (
check
list
)
bermaksud agar pengamatan berlangsung secara
sistematis.
4) Skala pengukuran (
rating scale
)
Skala pengukuran (
rating scale
)
adalah
pencatatan gejala menurut tingkatan-tingkatannya.
Skala pengukuran (
rating scale
) pada umumnya terdiri
atas suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang
harus dicatat secara bertingkat. Skala pengukuran (
rat-
ing scale
) ini mirip dengan daftar pengamatan (
check
list
), karena observers tinggal memberikan tanda-tanda
Antropologi SMA Jilid 2
158
tertentu atau mengececk tingkatan tingkah laku tertentu
selama pengamatan berlangsung.
Penggunaan skala pengukur
(
rating scale
)
dalam
kegiatan observasi memiliki kelemahan. Kelemahan
tersebut dalam bentuk munculnya penyimpangan-
penyimpangan sebagai berikut.
a)
Hallo effects error
adalah bentuk penyimpangan
yang terjadi karena observees terpikat dengan
kesan-kesan umum yang baik/menyenangkan dari
observers, padahal observers tidak sedang menyeli-
diki kesan umum tersebut. Sebagai contoh, orang
memberikan nilai baik pada orang yang berpenam-
pilan rapi dan memberikan nilai kurang pada orang
yang berpenampilan kurang baik. Padahal pe-
nampilan rapi belum tentu menunjukkan sifat yang
baik dan sebaliknya penampilan yang kurang
menarik belum tentu orangnya bersifat jelek/bodoh.
b)
Generosity effects
adalah bentuk penyimpangan
yang terjadi karena adanya keinginan untuk berbuat
baik yang datang dari pihak observers. Dalam
situasi yang meragukan kadangkala pihak obser-
vers cenderung memberikan penilaian yang meng-
untungkan kepada pihak yang dinilai.
c)
Carry-over effects
adalah bentuk penyimpangan
yang muncul karena observers dalam memberikan
pencatatan terhadap gejala yang muncul terpe-
ngaruh oleh pencatatan terhadap gejala yang
muncul sebelumnya.
5) Peralatan penunjang (
mechanical devices
)
Peralatan penunjang (m
echani-
cal Devices
) adalah pemakaian
peralatan hasil kemajuan iptek yang
memungkinkan seorang observers
mampu mengabadikan segala perilaku
observees selama pengamatan ber-
langsung. Sebagai contoh, pemakaian
video untuk merekam perilaku obser-
vees selama pengamatan berlangsung,
pemakaian tape recorder untuk mere-
kam wawancara dengan observees,
dan pemakaian kamera untuk meng-
abadikan suatu peristiwa.
S
Gambar 4.3
Dengan menggunakan kamera video,
peneliti dapat mendokumentasikan secara akurat
suatu gejala yang sedang diamati, sehingga hasilnya
dapat dianalisis seteliti mungkin.
Sumber:
Ensiklopedi Nasional
Indonesia,
1997
Studi Etnografi
159
Keuntungan penggunaan peralatan penunjang (
me-
chanical devices
) ini adalah:
a ) dapat diputar kembali sewaktu-waktu, jika diperlukan;
b) dapat diamati hasilnya secara cermat;
c) dapat dipergunakan sebagai referensi dalam me-
nyusun bahan penelitian yang akan datang;
d) dapat dipergunakan untuk merevisi atau memper-
baiki hasil penelitian agar lebih cermat/teliti.
Tinggi rendahnya kadar ilmiah yang terkandung
dalam sebuah hasil observasi sangat ditentukan oleh
berbagai hal. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi
kecermatan hasil observasi sebagai berikut.
a) Adanya prasangka-prasangka dan keinginan-
keinginan tertentu yang bersumber dari observers.
b) Terbatasnya kemampuan panca indra dan kemam-
puan daya ingatan manusia.
c) Terbatasnya wilayah pandang. Kenyataan menun-
jukkan bahwa beberapa kejadian lebih sering
muncul dalam perhatian observers dibandingkan
dengan kejadian-kejadian lainnya.
d) Kemampuan manusia untuk menangkap hubungan
sebab-akibat atau kejadian-kejadian yang berturut-
turut tergantung sekali kepada keadaan.
e) Ketangkasan dalam mempergunakan alat-alat
pencatatan.
f) Kadar ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi.
g) Ketepatan alat yang dipergunakan dalam observasi.
h) Pengertian observer tentang gejala-gejala yang
diobservasi.
Penggunaan metode observasi dalam kegiatan penelitian
memiliki beberapa keunggulan sekaligus kelemahan.
Keunggulan pemakaian metode observasi sebagai berikut.
1) Observasi merupakan alat yang langsung untuk
menyelidiki berbagai macam gejala. Banyak aspek-
aspek perilaku manusia yang hanya dapat diselidiki
melalui jalan observasi secara langsung.
2) Tidak menuntut banyak kepada observees atau subjek
yang diamati, karena pengamatan bisa dilakukan tanpa
menghentikan aktivitas objek yang diamati.
3) Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala.
4) Tidak bergantung pada
self report
.
5) Banyak kejadian-kejadian penting yang hanya dapat
diamati melalui pengamatan langsung.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Akademik
dan Pengamatan
Lingkungan)
Untuk melatih pema-
kaian metode obser-
vasi, lakukan peng-
amatan terhadap kese-
nian daerah yang ada
di sekitar tempat tinggal
Anda. Susunlah hal-hal
yang akan Anda amati
dan tentukan sendiri
alat-alat dan teknik ob-
servasi yang Anda per-
gunakan. Susun la-
poran mengenai hasil
observasi Anda terse-
but untuk dipresenta-
sikan dalam diskusi
kelas.
Antropologi SMA Jilid 2
160
Kelemahan pemakaian metode observasi sebagai berikut.
1) Tidak semua kejadian dapat diamati secara langsung,
misal tentang kehidupan pribadi seseorang atau adanya
perasaan yang dirahasiakan sehingga tidak nampak
dalam perilaku secara konkret.
2) Kemungkinan perilaku yang ditunjukkan observees
tidak sebenarnya (pura-pura) karena tahu sedang
diamati/diteliti.
3) Kadangkala timbulnya kejadian sulit diramalkan,
sehingga sering muncul kejadian tanpa diketahui atau
tanpa kehadiran observers.
4) Kemungkinan adanya gangguan yang menghalangi
proses pengamatan, misal gangguan cuaca.
5) Berlangsungnya suatu kejadian yang waktunya tidak
menentu, kadang sangat cepat kadang juga memerlukan
waktu yang amat lama.
b. Metode Interview
GW Allport
, seorang
peneliti mengemukakan bahwa
metode interview merupakan
bentuk metode tanya jawab yang
dipergunakan untuk menyelidiki
pengalaman, perasaan, motif
serta motivasi rakyat. Adapun
menurut
Sutrisno Hadi
, pakar
metode penelitian di Indonesia
menyatakan bahwa interview
adalah suatu proses tanya jawab
lisan di mana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik
(
face to face
), yang satu meli-
hat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga
sendiri suaranya.
Metode interview merupakan alat pengumpul infor-
masi yang langsung memberikan beberapa jenis data sosial,
baik yang terpendam (
latent
) maupun yang nampak.
Metode interview kurang tepat untuk menyelidiki aksi-
reaksi orang dalam bentuk perilaku, namun interview
merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui
tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta
proyeksi seseorang terhadap masa depannya. Melalui in-
terview dapat digali pengalaman masa lalu seseorang serta
rahasia-rahasia yang dimiliki dalam hidupnya, sekaligus
menangkap ekspresi seseorang. Oleh karena itu, diperlukan
S
Gambar 4.4
Bagi seorang jurnalis, interview merupakan
metode penting untuk memperoleh informasi yang akurat
dari narasumber yang terpercaya.
Sumber:
Ensiklopedi Nasional Indonesia,
1997
Studi Etnografi
161
keahlian khusus bagi si pewawancara (
interviewer
atau
information hunter
) untuk memperoleh data yang lengkap
dan cermat dari narasumber (
interviewee
atau
informa-
tion supplyer
). Data yang akurat sangat penting
peranannya dalam menghasilkan penelitian yang objektif.
Pada hakikatnya fungsi interview atau wawancara
dalam suatu penelitian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.
1) Sebagai metode
primer
, inteview digunakan sebagai
metode pokok dan satu-satunya alat pengumpul data
yang diperlukan dalam suatu penelitian. Bagi seorang
jurnalis interview merupakan metode primer.
2) Sebagai
metode pelengkap
, hasil interview dimak-
sudkan untuk melengkapi data hasil pengamatan yang
telah dilakukan sebelumnya. Bagi seorang peneliti
seringkali interview dilakukan untuk melengkapi data
yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan.
3) Sebagai
kriterium
, interview dilakukan untuk menguji
kebenaran dan kemantapan suatu data yang telah
diperoleh dengan cara lain. Dalam hal ini interview
berperan sebagai alat pengukur sah tidaknya data yang
telah diperoleh sebelumnya. Teknik cek-ricek interview
dengan narasumber merupakan contoh pemakaian in-
terview sebagai kriterium.
Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin,
dalam proses interview harus terjalin suasana hubungan
yang harmonis dalam bentuk hubungan kerja sama antara
pihak pewawancara (
interviewer
) dengan pihak
narasumber atau yang diwawancarai (interviewee).
Suasana yang baik yang diperlukan dalam proses inter-
view adalah suasana yang saling mempercayai, kerja sama,
dan saling menghargai antara interviewer dengan inter-
viewee. Oleh karena itu, peran seorang interviewer bukan
sekedar sebagai pencari informasi (
information getting
)
saja, melainkan juga harus berperan sebagai motivator bagi
terbentuknya suasana interview yang sebaik-baiknya.
Peran interviewer sebagai motivator dalam proses inter-
view dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1)
Partisipasi
, yaitu interviewer turut aktif dalam ke-
giatan-kegiatan yang dilakukan oleh narasumber.
2)
Identifikasi
, yaitu interviewer memperkenalkan diri
sebagai "orang dalam" dan meyakinkan narasumber
bahwa ia adalah sahabat, atau bagian dari mereka dan
bekerja untuk membantu mereka.
Antropologi SMA Jilid 2
162
3)
Persuasi
, yaitu interviewer dengan sikap yang sopan
dan ramah tamah, menerangkan maksud dan keperluan
kedatangannya dan meyakinkan kepada narasumber
mengenai pentingnya informasi yang diperlukan
darinya.
4)
Menggunakan
"
key person
" atau
tokoh pengantar
,
yaitu interviewer mengajak seseorang tokoh yang
dikenal baik oleh narasumber. Tokoh tersebut sebagai
pengantar sekaligus meyakinkan narasumber agar
bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan secara
jujur.
Agar terjalin hubungan baik antara interviewer dengan
narasumber (
interviewee
), maka seorang interviewer
harus bersedia mengorbankan sebagian waktu interview-
nya untuk mengantarkan interaksinya ke dalam situasi in-
terview yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menciptakan
hubungan baik antara interviewer dengan interviewee
sebagai berikut.
1) Perlu diadakan pembicaraan-pembicaraan pemanasan
atau berupa basa-basi yang mencerminkan keramah-
tamahan pada awal interview.
2) Kemukakan tujuan dari penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan bahasa yang sederhana, mudah
dipahami oleh narasumber, dan dikemukakan dengan
sikap rendah hati dan bersahabat.
3) Hubungkan pokok-pokok pembicaraan dengan perha-
tian narasumber dan tariklah ke arah pokok-pokok per-
masalahan yang akan ditanyakan kepada narasumber.
4) Ciptakan suasana yang bebas, sehingga narasumber
tidak merasa tertekan dengan pertanyaan yang diajukan
interviewer. Dalam keadaan seperti itu, narasumber
secara leluasa dapat memberikan jawaban/infor-
masinya.
5) Bagi interviewer, jangan menunjukkan sikap tergesa-
gesa, sikap kurang menghargai jawaban atau kurang
percaya pada narasumber. Apa pun jawaban
narasumber harus ditanggapi oleh interviewer dengan
perhatian yang penuh.
6) Berilah dorongan kepada narasumber agar ia memiliki
perasaan sebagai orang yang dibutuhkan kerja sama
dan bantuannya untuk membantu pelaksanaan pe-
nelitian.
Studi Etnografi
163
Lancar tidaknya suatu proses wawancara sangat
bergantung pada keahlian interviewer dalam melontarkan
pertanyaan dan memancing jawaban yang sejujur-jujurnya
dari narasumber. Oleh karena itu, untuk dapat menjadi
seorang interviewer yang handal perlu adanya latihan-
latihan, terutama dalam menjalin komunikasi dengan
orang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh interviewer untuk
meningkatkan kecakapannya dalam menjalankan tugas
wawancara sebagai berikut.
1) Pertanyaan-pertanyaan pembukaan
Untuk menciptakan suasana dan hubungan yang
baik diperlukan keahlian dari pihak interviewer dalam
menjalin interaksi sosial. Pada awal wawancara
diajukan pertanyaan-pertanyaan yang netral, ringan dan
menarik minat narasumber. Hindarkan kesan awal yang
seram, tegang, penuh tekanan atau berkesan
menyelidiki/curiga. Dengan demikian, narasumber akan
menjawab dengan hangat dan akrab.
2) Gaya bicara
Gaya bicara sangat menentukan suasana wawan-
cara sekaligus memengaruhi hubungan interviewer
dengan narasumber. Berbicaralah terus terang, secara
sederhana serta hindari pembicaraan yang berbelit-belit
dan tidak jelas akar permasalahannya.
3) Nada dan irama
Suasana rileks dalam proses wawancara diten-
tukan pula oleh nada dan irama pembicaraan yang
diucapkan oleh interviewer. Hindari nada suara yang
monoton, membentak-bentak, kasar, dan cenderung
menginterogasi. Hal tersebut akan menimbulkan sua-
sana tegang dan tidak menyenangkan, sehingga dapat
mengakibatkan narasumber tidak mau diwawancarai.
Irama pertanyaan pun perlu diatur, jangan terlalu
lamban atau terlalu cepat, sehingga narasumber dapat
memahami apa yang diinginkan interviewer.
4) Sikap bertanya
Suasana yang menyenangkan dalam wawancara
adalah suasana yang rileks. Proses pembicaraan,
seperti berbicara dengan sahabat dan tidak kaku. Sikap
interviewer yang perlu dihindari dalam interview
sebagai berikut.
a) Sikap seperti seorang hakim yang sedang mengin-
terogasi terdakwa.
Praktik Antropologi
(Kecakapan Personal)
Wawancara terhadap sese-
orang harus dilakukan
secara jelas dan cakap.
Coba Anda lakukan latihan
wawancara bersama ke-
lompok Anda. Koreksilah
kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi. Lalu
ulangi lagi sampai Anda
benar-benar mahir dan
lancar.
Antropologi SMA Jilid 2
164
b) Sikap seperti guru besar sedang memberi kuliah
mahasiswanya.
c) Sikap acuh dan kurang menghargai narasumber.
d) Sikap tidak mempercayai narasumber sehingga
sering menyela jawaban atau bahkan mencelanya.
5) Mengadakan paraphrase
Kadangkala narasumber kurang memiliki ke-
mampuan untuk mengungkapkan perasaannya dalam
bentuk kata-kata yang tepat atau kalimat yang runtut.
Untuk itu, diperlukan peran interviewer untuk mem-
bantu merumuskan kalimat yang tepat yang dike-
hendaki narasumber. Dalam hal ini, interviewer
berperan seolah sebagai penterjemah bebas. Akan
tetapi, jangan sampai
paraphrasing
ini diartikan se-
bagai bentuk menarik kesimpulan dari apa yang
diungkapkan narasumber.
Paraphrasing
bukan me-
rupakan bentuk kesimpulan tetapi sekedar membantu
menterjemahkan isi hati narasumber.
6) Mengadakan
prodding
atau
probing
Prodding
atau
probing
artinya mengadakan
penggalian yang lebih dalam atau melakukan penyeli-
dikan secara menyeluruh dan saksama. Interviewer
harus mampu memancing narasumber dengan perta-
nyaan-pertanyaan yang tepat agar narasumber berse-
dia memberikan penjelasan/informasi sedalam mungkin.
7) Mengadakan pencatatan
Mencatat hasil wawancara merupakan bagian
yang penting dari suatu proses wawancara. Jika
memungkinkan, cara yang terbaik adalah melakukan
pencatatan sesegera mungkin untuk menghindari
kesesatan-kesesatan
recording
. Oleh karena itu, in-
terviewer perlu mengembangkan kecakapan mencatat
on the spot
. Di era sekarang ini pencatatan hasil wa-
wancara bisa dikesampingkan mengingat adanya
sarana perekam yang cukup canggih. Namun kadang-
kala narasumber merasa tidak nyaman, jika dalam
pelaksanaan wawancara disertai dengan adanya alat
perekam, sehingga dalam mengemukakan pendapat
atau menyampaikan informasi bisa terlalu hati-hati atau
bahkan terkesan dibatasi.
Melakukan pencatatan seketika saat wawancara
sedang berlangsung memang mengandung unsur
kelemahan. Kelemahan pencatatan seketika saat
wawancara sedang berlangsung adalah sebagai berikut.
Studi Etnografi
165
a) Kemungkinan kelancaran pembicaraan bisa
terganggu karena lawan bicaranya sibuk mencatat.
b) Kemungkinan interviewer tidak mampu menulis
cepat, sehingga kerap kali narasumber harus
mengulang pembicaraannya.
c) Kewajaran dalam proses wawancara ikut ter-
ganggu karena narasumber terpengaruh untuk
memberikan informasi yang pantas dicatat saja.
Akan tetapi, jika pencatatan hasil wawancara tidak
dilakukan sesegera mungkin atau tidak secara
on the
spot
, maka akan terjadi kelemahan sebagai berikut.
a) Kemampuan/daya ingat interviewer yang terbatas
akan mengalami kesulitan untuk mengingat hasil
wawancara menunggu sampai wawancara ber-
akhir.
b) Ekspresi narasumber saat memberikan informasi-
nya sulit diingat/direkam.
c) Memungkinkan munculnya kesalahan informasi
akibat penundaan pencatatan yang menimbulkan
lupa pada bagian-bagian tertentu.
8) Menilai jawaban
Ketelitian pencatatan dan paraphrase sangat
bergantung pada ketetapan penilaian interviewer
terhadap jawaban/informasi dari narasumber. Demi-
kian halnya perlu tidaknya mengadakan prodding atau
tepat tidaknya suatu probing sangat bergantung pada
baik buruknya interviewer menilai jawaban narasumber.
Validitas hasil wawancara merupakan fungsi dari
kebenaran penilaian jawaban. Agar penilaian jawaban
dapat dilakukan secara tepat, interviewer perlu me-
merhatikan hal-hal berikut ini.
a) Adanya sikap
phenomenologik
, yaitu kesediaan
untuk meninggalkan segala bentuk prasangka
maupun motif-motif subjektif lainnya.
b) Adanya sikap
factual
, artinya tidak terkurung oleh
alur pemikirannya sendiri dan tidak menarik
kesimpulan tanpa dilandasi fakta yang objektif.
Penerapan metode interview dalam upaya mengum-
pulkan data untuk penelitian etnografi diperlukan persiapan
yang matang, terutama bagi seorang pemula. Persiapan
yang perlu dilakukan sebelum melakukan wawancara (
in-
terview
) sebagai berikut.
Antropologi SMA Jilid 2
166
1) Menentukan topik wawancara
Topik interview disesuaikan dengan tujuan
penelitian yang hendak dicapai. Dalam hal ini peneliti
sebagai calon interviewer harus mampu menyusun kisi-
kisi yang memuat jabaran tentang data yang akan
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan penelitian.
2) Menentukan orang-orang yang akan diwawancarai
Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat,
maka diperlukan narasumber yang tepat. Misal: se-
orang peneliti ingin mengetahui berapa tingkat kelulusan
siswa setiap tahun di suatu kabupaten, maka nara-
sumber yang cocok adalah pejabat di dinas pendidikan
dan bukannya mencari data ke kelurahan. Sebaliknya
jika ingin mengetahui sejauh mana tingkat mobilitas
warga desa, narasumber yang paling tepat adalah
pejabat yang berwenang di kantor kelurahan, bukan di
kantor dinas kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan
kejelian peneliti untuk mengaitkan data dengan nara-
sumber yang tepat.
3) Mengatur waktu dan tempat pelaksanaan wawancara
Dalam merencanakan waktu dan tempat wawan-
cara, pihak interviewer harus berpedoman bahwa ia
sebagai interviewer harus secara maksimal melayani
apa kemauan narasumber. Kesibukan narasumber yang
mungkin sangat padat, maka jauh-jauh hari sebelumnya
perlu adanya janji kapan dan di mana bisa mengadakan
wawancara. Sebagai pihak yang berperan dalam
pembuatan janji ini adalah narasumber, sedangkan
inteviewer sepenuhnya bergantung pada kesediaan
narasumber saja. Oleh karena itu, ketepatan waktu
interviewer ini harus dijaga, di samping kesabaran
karena kemungkinan besar pihak narasumber karena
kesibukannya bisa mengalami keterlambatan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
memungkinkan setiap saat interviewer mengecek
kesiapan dan kesediaan narasumber untuk melakukan
interview sesuai janji yang telah disepakati sebelumnya.
4) Menyusun
interview guide
atau pedoman wawancara
Sebagai langkah terakhir dalam persiapan proses
interview adalah menyusun pedoman wawancara atau
interview guide
yang berisi daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada narasumber.
Studi Etnografi
167
Fungsi penyusunan
interview guide
sebagai berikut.
a) Sebagai pedoman atau panduan tentang pokok
pembicaraan agar tidak menyimpang dari tujuan
penelitian.
b) Menghindarkan kemungkinan terjadinya pembica-
raan yang tidak relevan, sehingga interviewer
cepat-cepat mengalihkan ke tujuan pokok.
c) Meningkatkan fungsi interview sebagai metode
yang hasilnya memenuhi prinsip komparabilitas.
Interview guide
tidak harus dalam bentuk
lembaran kertas yang terpampang di depan narasumber
atau secara
demonstratif
digunakan sebagai panduan
selama proses wawancara berlangsung, akan tetapi
bisa dihafal sebelumnya. Kadangkala bagi peneliti
pemula yang belum terbiasa melakukan interview,
pedoman wawancara bisa dibuat dalam bentuk garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pedoman
wawancara tersebut setiap saat bisa dilihat kembali
oleh interviewer selama proses wawancara untuk
mengetahui mana yang telah ditanyakan dan mana
yang belum ditanyakan kepada narasumber.
Untuk menyusun pedoman wawancara yang baik
dan lengkap, peneliti perlu mempersiapkan kisi-kisi yang
menjabarkan data-data yang akan diperlukan dalam
penelitian untuk ditanyakan kepada narasumber. Misal:
peneliti memerlukan data tentang natalitas (angka
kelahiran) penduduk, maka hal yang ditanyakan antara
lain mencakup:
a) jumlah kelahiran setiap tahun;
b) jumlah penduduk keseluruhan;
c) jumlah kematian setiap tahun;
d) jumlah puskesmas;
e) jumlah bidan;
f) dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah
kelahiran, secara lengkap sehingga dari hasil wa-
wancara tersebut peneliti dapat menganalisis data
yang berkaitan dengan data pokok yang dibutuh-
kan.
Dalam metode interview beberapa teknik yang dapat
digunakan oleh peneliti sebagai berikut.
1) Teknik interview terpimpin
Interview terpimpin sering disebut sebagai
guides
interview, structured interview, controlled interview
atau
directed interview
. Dalam interview terpimpin,
Antropologi SMA Jilid 2
168
pihak interviewer berfungsi bukan sekedar sebagai
pengumpul data saja melainkan sebagai pengumpul
data yang relevan dengan maksud-maksud penelitian
yang telah dipersiapkan secara masak sebelum kegiatan
wawancara dilaksanakan. Dalam pelaksanaan inter-
view terpimpin, ada hipotesis yang dibawa ke lapangan
untuk dibuktikan benar tidaknya, dan ada kerangka
pokok permasalahan yang akan ditanyakan berkaitan
dengan upaya pembuktian hipotesis tersebut. Jadi, in-
terview terpimpin merupakan interview yang dilakukan
dengan menggunakan pedoman yang telah ditetapkan
secara tegas. Dengan demikian pihak interviewer
seolah hanya sekedar membacakan apa yang harus
dijawab oleh narasumber.
Pelaksanaan wawancara dengan teknik interview
terpimpin memiliki kelemahan, antara lain sebagai
berikut.
a) Proses wawancara berlangsung kaku, kurang dapat
disesuaikan dengan suasana yang ada.
b) Hubungan antara interviewer dengan narasumber
berlangsung sangat formal.
c) Data yang diperoleh kurang mendalam, karena
hanya terbatas pertanyaan yang telah disiapkan dan
tidak memberikan kesempatan interviewer untuk
mengembangkan materi pertanyaan meskipun
kemungkinan terbuka peluang untuk menggali
informasi lebih dalam dari narasumber.
d) Situasi yang terjadi selama proses wawancara
cenderung mengarah ke suasana interogasi layak-
nya hubungan hakim dengan terdakwa di per-
sidangan.
Namun demikian pelaksanaan teknik interview ter-
pimpin memiliki keunggulan, antara lain sebagai berikut.
a) Adanya uniformitas (keseragaman) pertanyaan
memungkinkan pengkomparasian (perbandingan)
hasil penelitian menjadi lebih mudah.
b) Pemecahan problematika atau pembuktian hipo-
tesis akan lebih mudah diselesaikan.
c) Memungkinkan analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif.
d) Menghasilkan kesimpulan yang reliabel.
2) Teknik interview tak terpimpin
Berbeda dengan teknik interview terpimpin yang
telah tersedia pedoman khusus untuk mengarahkan
Studi Etnografi
169
proses wawancara. Dalam pelaksanaan teknik inter-
view tak terpimpin ini ditandai dengan tidak adanya
kesengajaan dari pihak interviewer untuk mengarahkan
wawancara ke pokok-pokok permasalahan yang
menjadi titik fokus dari kegiatan penyelidikan.
Teknik interview tak terpimpin sering disebut
sebagai
nondirective interview
atau
unguided inter-
view
. Teknik interview tak terpimpin merupakan bentuk
wawancara yang berlangsung spontan, banyak dikuasai
oleh keinginan atau kecenderungan interviewer tanpa
dikendalikan oleh suatu pedoman interview, sehingga
cenderung mengarah kepada pembicaraan bebas atau
free talk
.
Pelaksanaan teknik interview tak terpimpin memiliki
sejumlah kelemahan sebagai berikut.
a) Kadar ilmiahnya sangat rendah.
b) Mengakibatkan kegiatan penelitian menjadi sangat
insidental.
c) Tidak dapat dipergunakan untuk keperluan penge-
cekan secara efisien.
d) Memakan waktu yang terlalu banyak, memboros-
kan tenaga, dan biaya.
e) Hanya cocok untuk penelitian-penelitian tipe eks-
ploratif.
Meskipun demikian pelaksanaan teknik interview tak
terpimpin ini memiliki kebaikan. Kebaikan pelaksanaan
teknik interview tak terpimpin sebagai berikut.
a) Merupakan teknik interview yang cocok digunakan
pada tahap penelitian awal.
b) Tidak menuntut keahlian yang cukup mendalam bagi
seorang interviewer.
c) Tingkat kewajaran pembicaraan sangat optimal
karena kondisinya dalam suasana pembicaraan
bebas (
free talk
).
d) Memungkinkan diperoleh data yang khusus dan
mendalam, karena suasana yang bebas mengaki-
batkan narasumber merasa leluasa untuk meng-
ungkapkan apa yang ada dalam isi hatinya tanpa
ragu.
3) Teknik interview bebas-terpimpin
Teknik interview bebas-terpimpin pada hakikat-
nya merupakan gabungan dari bentuk teknik inter-
view terpimpin dan teknik interview tak terpimpin.
Dalam pelaksanaan teknik interview bebas-terpimpin,
Antropologi SMA Jilid 2
170
suasana bebas terlihat dalam proses pelaksanaan
wawancara, antara lain wawancara yang wajar, tidak
dibuat-buat, dan tidak kaku, sehingga narasumber
mampu mengungkapkan isi hatinya. Data yang
diperoleh pun menjadi lebih mendalam akibat penciptaan
suasana wawancara yang bebas tersebut. Adapun
unsur terpimpin dipertahankan dalam bentuk persiapan
panduan wawancara atau
interview guide
yang ber-
fungsi sebagai pengarah topik pembicaraan. Dengan
mempertahankan unsur terpimpin ini diharapkan hasil
wawancara tersebut mampu memenuhi prinsip-prinsip
komparabilitas dan reliabilitas.
Panduan wawancara yang disiapkan dalam
pelaksanaan teknik interview bebas-terpimpin berupa
daftar pokok pertanyaan yang mengarah pada upaya
pembuktian hipotesis penelitian yang sedang dilakukan.
Pokok-pokok pertanyaan yang disiapkan tersebut akan
menjadi kriteria pengontrolan relevan tidaknya isi in-
terview. Adapun suasana kebebasan yang diciptakan
selama proses wawancara berlangsung akan membe-
rikan kesempatan untuk mengendalikan kekakuan
selama proses interview berlangsung. Oleh karena itu,
interview bebas-terpimpin ini sering disebut sebagai
interview terkontrol atau
controlled interview
.
Dalam kegiatan-kegiatan penelitian sosial, teknik
interview bebas terpimpin paling banyak dipilih,
terutama untuk mengungkap sikap-sikap sosial dari
objek penelitian.
Merton dan Kendall menyebut teknik interview
bebas-terpimpin ini sebagai "
Focussed Interview
"
artinya wawancara yang difokuskan pada penghayatan
pribadi seseorang dalam menghadapi suatu situasi yang
khusus.
Merton dan Kendall yakin bahwa
focussed in-
terview
merupakan jenis interview yang serba guna,
karena dengan menerapkan teknik ini, peneliti dapat:
a) mengetes validitas suatu hipotesis yang bersumber
pada suatu analisis dan teori sosial psikologis;
b) memperoleh respon-respon yang tak diduga terha-
dap situasi tertentu, sehingga muncul hipotesis-
hipotesis baru yang masih segar.
Jika ditinjau dari jumlah interviewee (narasumber)
yang dihadapi, teknik interview dapat dibedakan
menjadi dua yakni interview pribadi dan interview
kelompok.
Studi Etnografi
171
a) Interview pribadi atau
personal interview
adalah
wawancara yang dilakukan secara berhadap-
hadapan atau
face to face
antara interviewer
dengan interviewee. Pelaksanaan interview pribadi
ini memberikan suasana
privacy
yang maksimal,
sehingga kemungkinan untuk memperoleh data
yang intensif sangatlah besar. Selain itu ketelitian
dan kemantapan hasil interview dapat diperoleh
secara maksimal, jika pada saat wawancara
berlangsung dilakukan cecking. Interviewer dapat
secara mudah mengawasi segala bentuk gerak-
gerik narasumber, sehingga interviewer mudah
memberikan penilaian terhadap jawaban-jawaban
yang diberikan oleh narasumber. Berdasarkan
penilaian jawaban itu, interviewer dapat
memutuskan perlu tidaknya melakukan
probing
atau tidak, melakukan paraphrasering ataukah
tidak.
b) Interview kelompok atau
group interview
adalah
wawancara yang dilakukan
oleh interviewer terhadap
beberapa orang interviewee
(narasumber) sekaligus.
Penerapan interview kelom-
pok ini sangat berguna seba-
gai alat pengumpulan data
yang sekaligus difungsikan
sebagai proses
check
-
cross
check
. Di mana para anggo-
ta dapat saling mengontrol
jawaban rekan-rekannya,
melengkapi mana yang ku-
rang dan lebih menjelaskan
mana yang nampak masih
samar-samar.
Dalam melaporkan hasil interview kadangkala terjadi
banyak kesalahan. Adapun sumber kesalahan tersebut
antara lain sebagai berikut.
1)
Error of Recognition
Error of Recognition
adalah kesalahan yang
disebabkan karena ingatan interviewer yang tidak
bekerja sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi, jika in-
terviewer adalah seorang yang pelupa, sulit mengingat
dan merekonstruksi kembali jawaban narasumber, jarak
Sumber:
Http://images.google.co.id
S
Gambar 4.5
Teknik wawancara.
Antropologi SMA Jilid 2
172
antara pelaksanaan wawancara dengan pencatatan
hasil wawancara cukup lama, adanya keinginan yang
besar dari interviewer untuk memasukkan hasil
pemikiran atau pendapatnya ke dalam hasil jawaban
narasumber, atau penyebab lain yang menyebabkan
kemampuan mengingat interviewer rendah.
2)
Error of Omission
Error of Omission
adalah kesalahan hasil
pertanyaan yang disebabkan oleh adanya hal-hal yang
seharusnya dilaporkan atau dicatat tetapi justru
dilewatkan begitu saja oleh interviewer. Hal itu bisa
terjadi jika pencatatan hasil wawancara secara
on the
spot,
sehingga terburu-buru dan banyak yang ter-
lewatkan.
3)
Error of Addition
Error of Addition
adalah kesalahan yang terjadi
karena interviewer terlalu berlebihan dalam me-
masukkan pendapatnya atau terlalu berlebihan dalam
mengolah hasil jawaban narasumber, sehingga justru
mengaburkan informasi yang sebenarnya. Hal itu terjadi
karena interviewer ingin menjadikan hasil jawaban
narasumber sebagai sesuatu yang lain, misal lebih didra-
matisir untuk menarik minat pembaca.
4.
Error of Substitution
Error of Substitution
adalah kesalahan yang
terjadi karena interviewer mengganti jawaban
narasumber yang sulit diingatnya. Hal itu terjadi karena
ada hal-hal yang terlupa pada hasil wawancara tersebut
dan diganti dengan pendapat interviewer. Penggantian
terhadap hal-hal yang terlupakan interviewer menggu-
nakan kata yang menurutnya padanan dari kata yang
terlupakan, atau karena interviewer tidak mengerti
makna istilah yang diucapkan oleh narasumber dan
diganti dengan istilah lain yang justru tidak tepat, bahkan
mengaburkan makna yang sesungguhnya.
5)
Error of Transpotition
Error of Transpotition
adalah kesalahan yang
terjadi karena ingatan interviewer tidak mampu
mereproduksi urutan kejadian menurut waktu atau
sesuai hubungan antara fakta-fakta seperti apa adanya,
tetapi interviewer menuliskan urutan atau hubungan
tersebut yang tidak sesuai apa adanya. Hal itu terjadi
jika interviewer tidak memahami kronologis suatu
kejadian dan mencoba untuk merangkai sendiri menurut
pemahamannya, padahal itu tidak benar.
Dalam melakukan peneli-
tian sering terjadi kesa-
lahan-kesalahan, misalnya
dalam teknik interview.
Coba berikan gagasan
Anda mengenai cara-cara
yang harus dilakukan agar
kesalahan-kesalahan
dalam suatu penelitian bisa
diminimalkan.
MOTIVASI
Studi Etnografi
173
Berbagai kesalahan dari hasil laporan wawancara
tersebut dapat ditekan serendah mungkin dengan menggu-
nakan alat-alat bantu audio visual yang mendokumentasi-
kan proses wawancara.
Penerapan metode interview dalam mengumpulkan data
untuk penelitian memiliki kebaikan dan kelemahan.
Kebaikan-kebaikan metode interview sebagai berikut.
1) Merupakan salah satu metode terbaik yang diperguna-
kan untuk menilai keadaan pribadi.
2) Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan
pendidikan subjek yang diteliti.
3) Dalam penelitian-penelitian sosial, metode interview
merupakan metode pelengkap yang selalu diperguna-
kan.
4) Dengan unsur fleksibilitas/keluwesan yang dimilikinya,
metode interview cocok sekali dipergunakan sebagai
kriterium atau alat verifikasi terhadap data yang
diperoleh dengan metode lain.
5) Dapat dilaksanakan sambil melakukan observasi.
Adapun kelemahan metode interview sebagai berikut.
1) Tidak efisien, memboroskan waktu, biaya, dan tenaga.
2) Sangat bergantung pada kesediaan, kemampuan dan
situasi yang ada pada interviewee (narasumber),
sehingga informasi yang diperoleh ketelitiannya kurang.
3) Proses dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-
tekanan yang mengganggu.
4) Diperlukan interviewer yang mampu menguasai bahasa
interviewee atau mampu berkomunikasi dengan baik.
5) Hanya sesuai untuk interviewee yang terbatas, sebab
jika interviewee dalam jumlah banyak dan heterogen
diperlukan banyak interviewer.
C. Penelitian Etnografi Tentang Persebaran
Bahasa Lokal
Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki
setiap suku bangsa. Bahasa dapat dijadikan sebagai salah satu
aspek yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian etnografi.
Apalagi dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari
unsur bahasa. Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu
yang sama belum tentu memiliki bahasa induk yang termasuk
satu keluarga bahasa, apalagi memiliki satu kebudayaan yang
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
melakukan penelitian
etnografi.
Antropologi SMA Jilid 2
174
tergolong satu daerah kebudayaan. Sebagai contoh: bangsa Muang
Thai, bangsa Khmer, dan bangsa Sunda, ketiganya merupakan satu
kelompok ras yang sama, yakni dari kelompok ras Paleo-Mongol-
oid. Namun bahasa induk masing-masing orang tadi termasuk
keluarga bahasa yang berlainan. Bahasa orang Muang Thai adalah
bahasa Sino-Tibetan, bahasa Khmer termasuk dalam keluarga
bahasa Austro-Asia, sedangkan bahasa Sunda termasuk keluarga
bahasa Austronesia. Demikian halnya kebudayaan dari ketiga suku
bangsa tersebut tidaklah sama. Kebudayaan Thai dan Khmer
terpengaruh dalam kebudayaan Buddha, sedangkan kebudayaan
Sunda terpengaruh kebudayaan Islam.
Akan tetapi ada pula suku bangsa yang berbeda ras namun
memiliki bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa.
Misal: orang Huwa yang tinggal di pedalaman Madagaskar, orang
Jawa di pulau Jawa, dan orang Bgu di pedalaman Papua. Ketiganya
dari ras yang berlainan, yakni orang Huwa dari ras Negroid dengan
unsur ras Kaukasoid-Arab, orang Jawa termasuk ras Mongoloid
dan orang Bgu termasuk ras Melanesoid. Namun, ketiganya
menggunakan bahasa yang berasal dari satu induk keluarga bahasa
yang sama yaitu keluarga bahasa Austronesia.
Memerhatikan fakta di atas, makin menegaskan bahwa
penelitian mengenai bahasa yang dipergunakan suatu suku bangsa
menarik untuk diteliti terutama berkaitan dengan proses persebaran
bahasa. Seperti dalam kehidupan remaja Indonesia dewasa ini,
kemajuan iptek terutama dalam bidang informasi menjadikan bahasa
Betawi menjadi salah satu ragam bahasa yang amat digemari di
kalangan pergaulan remaja. Perhatikan saja, bagaimana remaja di
pelosok tanah air khususnya yang tinggal di perkotaan
berkomunikasi, mereka terbiasa menggunakan istilah:
lu, gue, ntar,
dong
, yang merupakan kosa kata dalam bahasa Betawi. Mengapa
hal itu bisa terjadi? Mengapa bahasa Betawi yang ada di pusat ibu
kota Republik Indonesia bisa sedemikian mudah di jumpai di kota
Jayapura yang ribuan kilometer jauhnya? Hal itu merupakan
fenomena yang menarik untuk dijadikan materi penelitian tentang
persebaran bahasa lokal (dalam hal ini bahasa Betawi) menjadi
bahasa pergaulan anak-anak di seluruh Indonesia.
Pertanyaan tersebut dapat diangkat sebagai tema utama
dalam penelitian singkat mengenai etnografi khususnya tentang
persebaran bahasa lokal. Adapun bahasa lokal yang dapat diangkat
sebagai pokok persoalan dalam penelitian etnografi ini tidak terbatas
pada bahasa Betawi yang notabene sebagai bahasa pergaulan
remaja saja, melainkan juga bahasa-bahasa lokal di berbagai daerah
yang sebenarnya amat kaya dan bervariatif, sehingga menarik
untuk diteliti.
Studi Etnografi
175
Pada umumnya persebaran bahasa lokal disebabkan oleh faktor
sebagai berikut.
1.
Tingginya arus migrasi atau perpindahan penduduk, baik
melalui urbanisasi, transmigrasi maupun emigrasi. Unsur-
unsur bahasa lokal sebagai alat komunikasi lisan tetap me-
warnai dalam interaksi sosiai masyarakat pendatang di tempat
yang baru.
2.
Peran media massa, khususnya media elektronik yang banyak
menayangkan pemakaian bahasa tutur (dialog) yang diper-
gunakan para panutan masyarakat (
public figure)
sehingga
banyak ditiru oleh masyarakat luas menembus batas suku
bangsa dan wilayah.
3.
Kebijakan pemerintah. Di era otonomi daerah ini pemerintah
daerah berusaha untuk menonjolkan identitas daerahnya di
antaranya dengan mensosialisasikan pemakaian bahasa daerah
sebagai bahasa sehari-hari yang perlu dimasukkan dalam kuri-
kulum pendidikan.
Dalam pelaksanaan penelitian, beberapa hal yang perlu diper-
hatikan oleh peneliti sebagai berikut.
1.
Unsur atau masalah apa yang akan dijadikan objek penelitian.
Misal tentang persebaran bahasa lokal, perlu dibatasi mengenai
apa yang akan disoroti, antara lain tentang logat, kosakata,
persamaan atau perbedaannya, dan faktor yang menentukan
persebaran. Dalam menentukan unsur yang terkandung dalam
permasalahan ini perlu didiskusikan dengan bimbingan guru
yang berkompeten. Sebagai contoh, peneliti ingin memilih topik
tentang persebaran bahasa, maka perlu bimbingan khusus dari
guru bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
2.
Menentukan metode yang akan digunakan. Dalam hal ini dipilih
metode yang tepat untuk memperoleh data sesuai dengan
unsur-unsur yang akan diteliti.
3.
Menentukan daerah penelitian. Sesuai dengan tema, yaitu
mengenai persebaran bahasa lokal, maka daerah yang dijadikan
objek penelitian terutama daerah-daerah yang menggunakan
bahasa lokal tersebut, termasuk daerah lain yang berbatasan
dengan daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa
lokal tersebut.
4.
Menyusun kerangka dasar penelitian yang digunakan sebagai
acuan dalam kegiatan pengumpulan data.
5.
Melaksanakan kegiatan penelitian.
6.
Menyusun laporan.
Antropologi SMA Jilid 2
176
Dari keseluruhan urutan kegiatan tersebut sebelumnya
disusun proposal atau progam kerja yang dilengkapi dengan jadwal
kegiatan atau "
schedule
" pelaksanaan kegiatan. Dengan
tersusunnya program kerja, siswa dapat melaksanakan kegiatan
sesuai alokasi waktu dan target yang telah ditetapkan.
Penyusunan laporan merupakan tahap
akhir dari rangkaian kegiatan penelitian.
Kegiatan penelitian ditutup dengan presentasi,
yaitu penyajian hasil penelitian.
Adapun penyajian hasil penelitian dapat
dipaparkan dalam forum diskusi yang diikuti
seluruh siswa di kelas maupun khusus diper-
tanggungjawabkan di depan tim penguji.
Dalam presentasi tersebut dibuka kesem-
patan bagi para peserta diskusi atau tim
penguji untuk menyanggah, memberikan sa-
ran ataupun kritikan terhadap hasil penelitian
yang telah dilakukan siswa.
D. Format Laporan Hasil Penelitian
Langkah terakhir dari keseluruhan rangkaian proses penelitian
adalah menyusun laporan. Hasil laporan penelitian merupakan
upaya mengomunikasikan hasil penelitian dari peneliti kepada
khalayak umum. Melalui laporan penelitian, masyarakat luas dapat
memetik hasil dari suatu penelitian dan sekaligus memenuhi salah
satu syarat penelitian ilmiah, yaitu bersifat terbuka.
Penyusunan laporan harus ditulis menurut tata tulis penulisan
ilmiah. Banyak variasi tata tulis penulisan ilmiah, namun secara
garis besar sebuah laporan penelitian ilmiah memuat hal-hal berikut.
1.
Bagian awal, berisi tentang:
a. Halaman judul: judul ditulis dengan kalimat pernyataan
secara ringkas dengan menggunakan bahasa yang baku.
b. Halaman kata pengantar, memuat kalimat singkat yang
mengantarkan pembaca untuk menikmati hasil laporan,
disertai ucapan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian dan harapan serta kritikan
dari pembaca.
c. Halaman daftar isi, memuat judul tiap bab/subbab dan di
halaman mana bab/subbab tersebut berada.
d. Halaman daftar tabel; adakalanya laporan penelitian
memuat label hasil pengamatan /pengumpulan data. Tabel
diberi nomor urut serta judul tabel.
Tujuan pembelajaran
Anda adalah dapat
membuat format la-
poran hasil penelitian.
Sumber:
http://images.google.co.id
S
Gambar 4.6
Melalui forum diskusi, siswa mem-
presentasikan hasil penelitiannya. Forum ini merupakan
ajang pertanggungjawaban secara ilmiah dari sebuah
penelitian.
Studi Etnografi
177
e. Halaman daftar gambar: jika dalam laporan tersebut
terdapat gambar perlu diberi nomor urut dan diberi judul
gambar.
f. Halaman lampiran, memuat daftar lampiran yang mendu-
kung laporan tersebut. Adapun bukti fisik lampiran diletak-
kan di halaman bagian akhir.
2.
Bagian inti, berisi tentang:
a. Latar belakang masalah: memuat tentang alasan mengapa
peneliti memilih topik penelitian tersebut.
b. Tujuan penelitian, memuat tentang tujuan penelitian.
c. Penelaahan kepustakaan, memuat tentang asumsi dasar
yang mendukung/berkaitan dengan masalah yang diangkat
dalam penelitian tersebut.
d. Hipotesis, berupa dugaan atau kesimpulan sementara yang
akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian tersebut.
(Bagian ini tidak mutlak ada, karena ada penelitian yang
tidak memerlukan hipotesis)
e. Metodologi, mengungkapkan pendekatan dan metode yang
dipergunakan dalam penelitian tersebut.
f. Hasil pengumpulan data: memaparkan secara rinci hasil
penelitian.
g. Interpretasi hasil pengolahan data: memuat tentang proses
pengolahan data dan hasil kesimpulan dari penelitian
berdasarkan hasil pengolahan data. Dalam bab ini adaka-
lanya dipaparkan tentang implementasi hasil penelitian
dalam kehidupan sehari-hari maupun bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
3.
Bagian akhir, berisi tentang:
a. Daftar kepustakaan: memuat daftar referensi atau literatur
yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian terse-
but. Penulisan daftar kepustakaan memuat: nama penga-
rang , tahun penerbitan, judul buku, penerbit, dan kota tem-
pat penerbitan buku referensi tersebut.
b. Lampiran-lampiran: semua bukti fisik lampiran yang men-
dukung penelitian baik dalam bentuk kelengkapan admi-
nistrasi (perizinan) maupun lampiran yang dipergunakan
dalam penelitian tersebut.
Penyajian laporan tersebut dapat berupa:
1.
makalah;
2.
paper/kertas kerja;
3.
gambar-gambar hasil dokumentasi;
4.
artikel.
Sumber:
http://images.
google.co.id
S
Gambar 4.7
Laporan hasil
penelitian pada umumnya di-
dokumentasikan dalam bentuk
buku.
Antropologi SMA Jilid 2
178
RANGKUMAN
x
Studi etnografi dapat dilakukan dengan
urutan sebagai berikut.
1. Menentukan lokasi penelitian.
2. Menyusun kerangka penelitian.
3. Menentukan metodologi penelitian.
4. Melaksanakan penelitian.
5. Menyusun laporan.
6. Mengomunikasikan hasil penelitian.
x
Metode penelitian etnografi yang uta-
ma adalah metode observasi dan meto-
de interview.
x
Teknik penerapan metode observasi
sebagai berikut.
1. Teknik observasi partisipan-non-
partisipan.
2. Teknik observasi sistematik-non-
sistematik
3. Teknik observasi eksperimental-
noneksperimental
x
Alat observasi meliputi catatan anekdot
(
anecdotal record
), catatan berkala,
daftar pengamatan (
check list
), skala
pengukur (
rating scale
), dan peralatan
penunjang (
mechanical devices
).
x
Hal-hal yang perlu dikuasai oleh pe-
neliti dalam pelaksanaan metode inter-
view sebagai berikut.
1. Menyusun pertanyaan-pertanyaan
pembukaan.
2. Gaya bicara.
3. Nada dan irama dalam berbicara.
4. Sikap bertanya.
5. Mengadakan paraphrase.
6. Mengadakan prodding dan probing.
7. Mengadakan pencatatan.
8. Menilai jawaban.
x
Langkah-langkah yang perlu ditempuh
dalam melaksanakan metode interview
sebagai berikut.
1. Menentukan orang yang hendak di
interview.
2. Mengatur waktu dan tempat inter-
view.
3. Membuat pedoman interview.
4. Melaksanakan interview.
x
Teknik-teknik yang dapat dipergunakan
dalam melaksanakan metode interview
sebagai berikut.
1. Interview terpimpin
2. Interview tak terpimpin
3. Interview bebas-terpimpin
x
Menurut jumlah interviewee, proses in-
terview dapat dibedakan dalam: inter-
view pribadi dan interview kelompok.
x
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam
pelaksanaan penelitian etnografi ada-
lah sebagai berikut.
1. Menentukan lokasi penelitian.
2. Menentukan metode pengumpulan
data.
3. Menyusun kerangka penelitian.
4. Melaksanakan penelitian.
5. Menyusun pelaporan.
6. Mempresentasikan hasil pelaporan.
x
Format penyusunan laporan penelitian
sebagai berikut.
– Bagian awal, berisi:
1. Halaman Judul
2. Halaman Kata Pengantar
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Daftar Tabel (jika
ada)
5. Halaman Daftar Gambar (jika
ada)
6. Halaman Lampiran (jika ada)
Studi Etnografi
179
– Bagian inti, berisi:
1. Latar Belakang Masalah
2. Tujuan Penelitian
3. Penelaahan kepustakaan
4. Hipotesis
5. Metodologi
6. Hasil pengumpulan data
7. Interpretasi hasil pengolahan
data
– Bagian akhir, berisi:
1. Daftar Kepustakaan
2. Lampiran-lampiran (jika ada)
x
Hasil laporan penelitian dapat berbentuk
makalah, kertas kerja, gambar hasil do-
kumentasi, dan artikel.
UMPAN BALIK
Coba Anda diskusikan kembali materi bab ini dengan baik,
agar Anda menguasai dan paham tentang:
1. pengertian etnografi;
2. cara melakukan studi etnografi;
3. melakukan penelitian etnografi;
4. format laporan hasil penelitian.
Apabila ada materi yang belum Anda kuasai, tanyakan
kepada teman atau bapak/ibu guru. Sesudah paham materi bab
ini, selanjutnya pelajarilah bab berikutnya pada buku ini.
UJI KOMPETENSI
Coba kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.
A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.
1. Jenis karangan yang mengandung ba-
han pokok dari pengolahan dan analisis
antropologi adalah karangan ....
a. arkeologi
d. etnologi
b. filologi
e. etnografi
c. demografi
2. Berikut ini yang
bukan
termasuk unsur-
unsur kebudayaan universal adalah ....
a. sistem pengetahuan
b. mata pencaharian
c. sistem pendidikan
d. bahasa
e. teknologi
3. Langkah pertama yang perlu diperha-
tikan oleh peneliti saat mengadakan
penelitian etnografi adalah menentukan
....
a. asal mula sejarah suku bangsa
b. meneliti persebaran bahasa lokal
c . sistem religi yang dianut masyarakat
d. lokasi lingkungan alam dan demo-
grafi
e. metodologi dan alat pengumpulan data
Antropologi SMA Jilid 2
180
4. Penelitian ahli antropologi terhadap
kebiasan masyarakat tradisional yang
memasukkan unsur mistis dalam
upacara untuk meningkatkan hasil
buruan merupakan masalah yang
berkaitan dengan ....
a. tenaga kerja
b. distribusi makanan
c. sumber daya alam
d. teknologi produksi
e. konsumsi
5. Berikut ini cara-cara yang digunakan
untuk meningkatkan ingatan dalam
proses observasi,
kecuali
....
a. memperbanyak objek yang diamati
b. menambah bahan apersepsi tentang
objek
c . menggunakan alat mekanik
d. menggunakan lebih banyak observer
e. mengadakan pencatatan biasa
6. Observasi partisipan merupakan tehnik
pengamatan yang banyak digunakan
dalam penelitian yang bersifat ....
a. eksploratif
b. kuantitatif
c . evaluatif
d. kualitatif
e. deskriptif
7. Observasi sistematik sering disebut se-
bagai observasi ....
a. lapangan
b. tindakan
c. terencana
d. intensif
e. berkerangka
8. Keterpikatan peneliti terhadap penampil-
an objek penelitian sehingga menimbul-
kan kesesatan dalam pencatatan hasil
observasi disebut ....
a.
Carry-over effects
b.
hallo effects
c.
sound-effects
d.
generosity effects
e.
insidental effects
9. Narasumber dalam pelaksanaan meto-
de interview sering disebut sebagai ....
a. instruktur
b. interviewer
d. internal sistem
c. integrator
e. interviewee
10. Membantu orang yang diwawancarai
dalam mengungkapkan isi hatinya se-
cara tepat merupakan tugas peneliti da-
lam wawancara, yaitu mengadakan ....
a. interpretasi
b. paraphrase
c. analisis data
d. verifikasi data
e. penilaian jawaban
B . Jawablah soal-soal berikut dengan jawaban yang tepat.
1. Apakah yang dimaksud etnografi?
2. Sebutkan langkah yang ditempuh dalam
melaksanakan penelitian etnografi?
3. Jelaskan kebaikan dan kelemahan
metode observasi.
4. Bagaimanakah format penyusunan
laporan penelitian etnografi?
5. Bagaimanakah cara mengomunikasikan
hasil penelitian etnografi?
Studi Etnografi
181
STUDI KASUS
Warga Antusias Ikuti Labuhan
Bantul
–Labuhan alit tinggalan dalem
Jumenengan Sri Sultan HB X dimulai pagi
kemarin di Pantai Parangkusumo. Berba-
gai uba rampe berupa layon sekar Kanjeng
Kyai Ageng Pleret, pengajeng (selendang
cinde dan sebagainya), pendherek (jarit
berbagai jenis) dan uang, dilabuh ke Laut
Selatan.
Sementara uba rampe berupa lorodan
baju Sultan, seperti kaos, baju, surjan,
blangkon (iket), serta potongan kuku dan
rambut sang raja, dikubur di pojok barat
Cepuri, Parangkusumo.
Ritual labuhan ini merupakan tradisi
rutin yang digelar Keraton Jogja sebagai
peringatan naik tahta Sri Sultan HB X se-
bagai Raja Keraton Jogja. Tinggalan dalem
Jumenengan raja ke-10 Keraton Ngayog-
yakarta Hadiningrat ini jatuh tanggal Jawa
30 Rejeb 1939.
“Jadi ini digelar setiap setahun sekali.
Labuhan ini disebut alit (kecil). Kalau
labuhan ageng (besar) diadakan setiap
tahun Dal, yang jatuh delapan tahun sekali,”
terang Juru Kunci Pantai Selatan Raden
Panewu (RP) Suraksotarwono di sela-sela
labuhan, kemarin.
Prosesi labuhan dimulai dengan
penyerahan uba rampe dari pihak Keraton
Jogja yang dipimpin KRT Candra Wijaya
kepada Bupati Bantul yang diwakili Dinas
Pariwisata Bantul di Pendopo Kecamatan
Kretek.
Usai upacara serah-serahan, uba
rampe itu diusung ke Pendopo Cepuri Pa-
rangkusumo untuk diserahkan kepada sang
juru kunci Pantai Selatan untuk dilakukan
pembacaan doa-doa keselamatan untuk
sang raja, rakyat Jogja, dan bangsa ini.
Pembacaan doa yang disertai
pembakaran kemenyan dan dupa bubuk itu
berlangsung singkat, tapi khidmat. Warga
yang mengikuti prosesi itu pun dengan
sabar menanti berkah dari barang-barang
yang akan dilarung.
Tak sampai 30 menit, semua uba
rampe diusung ke pantai untuk segera
dilabuh ke laut. Sebelum turun ke laut, RP
Surakso kembali berdoa dan memohon ke-
pada penguasa Laut Kidul untuk menyerah-
kan barang-barang dari Keraton Jogja.
Diikuti ratusan masyarakat dan
wisatawan, barang-barang labuhan itu
dibawa ke tengah air laut. Sontak para
warga pun berebut uba rampe yang ke-
banyakan layon sekar (kembang sesaji
pusaka keraton), meski air laut cukup
besar. Sehingga, Tim SAR Parangtritis
terpaksa bekerja lebih keras untuk meng-
awasi para pengunjung labuhan itu.
“Kami percaya saja, barang-barang
ini bisa untuk keselamatan. Kami datang
sejak kemarin sore (Kamis, Red),” papar
Polikin yang mengaku asal Kendal sambil
menggenggam layon sekar.
Sementara bagi Dinas Pariwisata
Bantul, ritual tahunan ini sudah menjadi
agenda wisata di Kabupaten Bantul. Upa-
cara semacam ini, kata Kasubdin Objek
Wisata dan Daya Tarik Wisata Dispar
Bantul Ir. Ign. Bambang Sugiantoro, meru-
pakan momen unggulan bagi wisatawan
pantai.
Hanya saja, Bambang tak menyebut-
kan jumlah pengunjung terpengaruh oleh
gempa tiga bulan lalu, pada labuhan kali
ini. “Parangtritis masih layak dikunjungi.
Labuhan ini sebagai upaya menggairahkan
kembali pariwisata pantai”.
Sumber:
Jawa Pos,
2006
Antropologi SMA Jilid 2
182
Bacalah contoh pelaksanaan tradisi kebudayaan pada kutipan
artikel di atas. Coba Anda tuliskan permasalahan yang tepat untuk
penelitian etnografi berdasarkan pada isi kutipan artikel di atas.
PROFIL
Koentjaraningrat (1923–1999)
Koentjaraningrat
adalah seorang ahli
antropologi Indonesia
yang berkelas inter-
nasional. Ia dilahirkan
di Jogjakarta pada
tanggal 15 Juni 1923.
Gelar sarjana ia raih
dari Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada, tahun 1952.
Koentjaraningrat mulai tertarik terhadap
antropologi sejak menjadi asisten G.J. Held,
Guru Besar Antropologi Universitas Indo-
nesia. Selanjutnya ia meneruskan pendidik-
an bidang antropologi di Universitas Yale,
New Haven, Amerika Serikat. Pada tahun
1958, Koentjaraningrat mendapatkan gelar
doktor dalam bidang antropologi dari
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Penelitian-penelitian dalam bidang
antropologi sudah banyak dilakukan oleh
Koentjaraningrat, antara lain di Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, dan
Irian Jaya. Penelitian di luar negeri juga
pernah ia lakukan, antara lain penelitian
terhadap masyarakat nelayan yang hidup
di Teluk Ijsselmer (Belanda) dan masya-
rakat multietnis di bekas negara Yugosla-
via. Beberapa karya ilmiahnya, antara lain
Pengantar Ilmu Antropologi (1979), bebe-
rapa Pokok Antropologi Sosial (1967), dan
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia
(1970). Melalui disertasinya yang berjudul
“Beberapa Metode Antropologi Penjelidik-
an Masjarakat dan Kebudajaan di Indone-
sia”, Koentjaraningrat dianggap sebagai
peletak dasar antropologi di Indonesia.
Berkat pemikiran dan karya ilmiah-
nya, Koentjaraningrat memperoleh dua kali
penghargaan Satya Lencana Dwija Sistha.
Ia juga memperoleh gelar
doctor honoris
causa
dari Universitas Utrecht, Belanda
pada tahun 1976. Koentjaraningrat me-
ninggal dunia di Jakarta pada tanggal 23
Maret 1999.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar,
2005
Ulangan Akhir
183
ULANGAN AKHIR
Coba kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.
A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.
1. Seni rupa merupakan kesenian yang
dapat dinikmati melalui indra mata
sehingga sifatnya ....
a. fiktif
b. audio
c. atraktif
d. audio visual
e. visual
2. Kesenian pada zaman modern menggu-
nakan semboyan "
l'art pour l'homme
",
yang artinya ....
a. seni merupakan bagian dari kese-
nangan
b. seni untuk manusia
c . seni untuk dinikmati
d. seni merupakan bagian kebudayaan
e. seni adalah keindahan
3. Perkembangan kesenian pada zaman
kuno bersemboyan "
l'art pour l'art
"
yang artinya ....
a. seni adalah suci
b. seni untuk hidup
c. seni untuk seni
d. seni bagi semua
e. seni itu indah
4. Affandi termasuk pelukis yang beraliran
....
a. ekspresionisme
b. kubisme
c. naturalisme
d. naif-primitivisme
e. pluralisme
5. Seni sastra merupakan wujud lain karya
manusia. Istilah sastra menurut bahasa
Sanskerta "
castra
" yang berarti ....
a. keindahan
b. tulisan
c. harus dipelajari
d. cerita lama
e. untuk dinikmati
6. Agama mengandung tiga inti pokok/
dasar, yaitu ....
a. keimanan, keinsafan, dan pertobatan
b. keimanan, kepasrahan, dan perbuat-
an
c . iman, amal, dan insaf
d. sujud, syukur, ampun
e. keimanan, ibadat, akhlak
7. Upacara tabuik merupakan salah satu
upacara tradisional yang dapat dijumpai
dalam sistem religi adat suku bangsa ....
a. Sunda
b. Bugis
c. Minangkabau
d. Batak
e. Dayak
8. Sistem religi dalam kerangka budaya
suatu masyarakat memiliki tiga unsur
utama, yaitu ....
a. umat yang menganut agama, sistem
keyakinan, dan sistem upacara ke-
agamaan
b. sistem ritus keagamaan, peralatan
ritus keagamaan, dan sistem keya-
kinan
c . sistem keyakinan, kekuatan hal-hal
yang gaib dan akhlak
d. umat beragama, sistem upacara ke-
agamaan, dan peribadatan
e. ibadat, sistem keyakinan dan sistem
ritus upacara keagamaan
9. Talempong pacik merupakan alat musik
khas tradisional masyarakat ....
a. Batak
b. Minangkabau
c. Sunda
d. Dayak
e. Bugis
Antropologi SMA Jilid 2
184
10. Fetishism merupakan bentuk religi
berdasarkan kepercayaan bahwa ....
a. di sekitar manusia terdapat berbagai
macam roh
b. kekuatan sakti berada dalam segala
hal yang luar biasa
c. untuk pemujaan terhadap roh-roh
leluhur perlu dibuatkan lambang
tertentu
d. adanya jiwa dalam benda-benda
tertentu
e. benda dan tumbuhan di sekitar ma-
nusia memiliki jiwa
11. Studi ilmiah modern tentang semua
aspek bahasa adalah ....
a. Etnologi
b. Linguistik
c . Etnografi
d. Fonetik
e. Filologi
12. Perkembangan teknologi suatu suku
bangsa dapat dilihat dari segi ....
a. kemampuan berkomunikasi
b. jenis-jenis mata pencaharian
c . proses persebaran bahasa lokal
d. peralatan hidup yang digunakan
e. tingkat penguasaan pengetahuan
13. Salah satu hal yang menghambat per-
kembangan iptek dalam suatu kehi-
dupan suku bangsa adalah ....
a. pesatnya urbanisasi
b. modernisasi
c. adanya migrasi
d. etnosentrisme
e. difusi
14. Berikut ini faktor-faktor yang mendo-
rong perkembangan iptek didalam
kehidupan suatu suku bangsa,
kecuali
....
a. sistem pendidikan yang maju
b. menyadari kekurangan kebudayaan
sendiri
c . kontak kebudayaan dengan masya-
rakat lain
d. masyarakat yang sifatnya terbuka
e. mengagungkan kebudayaan sendiri
15. Salah satu dampak negatif dari kema-
juan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah ....
a. bergesernya nilai-nilai budaya tradi-
sional
b. meningkatnya arus urbanisasi
c . tingginya angka pengangguran
d. beralihnya pola kehidupan yang lebih
modern
e. rendahnya tingkat mobilitas pendu-
duk
16. Pengetahuan tentang alam flora merupa-
kan salah satu pengetahuan yang ber-
kaitan erat dengan sistem mata penca-
harian ....
a. berburu
b. berdagang
c. nelayan
d. berlayar
e. bercocok tanam
17. Seorang dukun yang mampu menyem-
buhkan penyakit dalam kehidupan
manusia pada zaman kuno merupakan
orang yang menguasai pengetahuan
tentang ....
a. alam sekitarnya
b. hubungan antarsesama manusia
c. benda-benda yang ada di sekitarnya
d. tubuh manusia
e. ruang dan waktu
18. Meneliti kehidupan anak jalanan dengan
cara membaur dalam kehidupan mereka
merupakan bentuk penerapan teknik ....
a. observasi eksperimental
b. observasi non partisipan
c. observasi partisipan
d. observasi sistematik
e. observasi noneksperimental
19. Pencatatan hasil pengamatan yang
dilakukan menurut urutan kejadian
merupakan bentuk pencatatan ....
a.
on the spot
b. insidental
c. sistematik
d. periodik
e. kronologis
Ulangan Akhir
185
20. Hubungan baik antara interviewer
dengan interviewee dapat dilakukan
dengan memperkenalkan diri sebagai
sahabat dari pihak yang diwawancarai
yang disebut ....
B . Jawablah soal-soal berikut dengan jawaban yang tepat.
1. Bagaimanakah bentuk perkembangan
seni sastra adat suku bangsa Minang-
kabau?
2. Jelaskan hubungan antara karya seni,
pelaku seni, dan masyarakat.
3. Bagaimanakah sejarah kepercayaan
adat suku bangsa Nias? Lalu kaitkan
perkembangannya dengan kondisi saat
ini.
4. Jelaskan pengaruh iptek terhadap per-
kembangan kebudayaan pada saat ini.
Uraikan pendapat Anda.
5. Sebutkan kendala yang menghambat
perkembangan iptek dalam kehidupan
masyarakat? Apa pendapat Anda
mengenai hal tersebut.
a. identifikasi
b. partisipasi
c. persuasi
d. adaptasi
e.
key person
Antropologi SMA Jilid 3
186
DAFTAR PUSTAKA
Baker, JWM, SJ. 1988.
Filsafat Kebudayaan Sebuah Pe-
ngantar
. Jakarta: Kanisius.
Hadi, Sutrisno, Drs. Prof. MA. 1983.
Metodologi Research 2
.
Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.
Haviland, William A. Alih bahasa: Soekadijo, RG. 1999.
Antro-
pologi jilid 2
. Jakarta: Erlangga.
–––––––
. Alih bahasa: Soekadijo, RG. 1999.
Antropologi jilid
1
. Jakarta: Erlangga.
Jenoda and Cook. 1959.
Research Methods in Social Relations
:
Basic Process Vol 1. New York: The Dryden Press.
Keesing, Roger M. dan Samuel Gunawan, Drs. MA. 1999.
Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer
.
Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat, Prof. Dr. 1980.
Beberapa Pokok Antropologi
Sosial
. Jakarta: Dian Rakyat.
–––––––. 1974.
Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan
.
Jakarta: Gramedia.
–––––––
. 1976.
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia
.
Jakarta: Balai Pustaka.
–––––––
. 1985.
Pengantar Ilmu Antropologi
. Jakarta: Aksara
Baru.
–––––––
. 1986.
Pengantar Antropologi Sosial dan Budaya
.
Jakarta: Karunika.
–––––––. 1996.
Pengantar Antropologi I
. Jakarta: Rineka Cipta.
Naim, Sahidi. 1983.
Kerukunan Antarumat Beragama
. Jakarta:
Gunung Agung.
Rummel. 1958.
An Introduction to Research Prosedures in
Education
. New York: Harper & Brother Publisher.
Soekanto, Soerjono. 1982.
Sosiologi Suatu Pengantar
. Jakarta:
Rajawali.
Soekmono. 1993.
Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia
I
. Jogjakarta: Kanisius.
Suryabrata, Sumadi, BA. Drs. MA. Ed.S,Ph D. 1983.
Metodologi
Penelitian
. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susanto, Astrid, S. Dr. Phil. 1980.
Komunikasi Sosial di
Indonesia
. Jakarta: Binacipta.
Widyosiswoyo, Supartono, Drs. 1992.
Ilmu Budaya Dasar
.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Yad Mulyadi. 1999.
Antropologi
. Jakarta: Depdikbud.
Glosarium
187
GLOSARIUM
age of reason
: masa abad pemikiran
akulturasi
: percampuran kebudayaan yang mengha-
silkan bentuk kebudayaan baru
alih teknologi
: pewarisan teknologi dari generasi ke gene-
rasi atau dari masyarakat/bangsa yang satu
ke masyarakat/bangsa lain
animisme
: kepercayaan kepada roh yang mendiami
benda (batu, sungai, gunung, dan sebagai-
nya)
apresiasi
: tanggapan positif
bgu
: orang asli Papua
birokrasi
: sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai pemerintah karena telah berpe-
gang pada hierarki dan jejang jabatan
demonstratif
: bersifat mempertunjukkan (mempertonton-
kan) secara menyolok
deskripsi
: pemaparan
dinamisme
: kepercayaan bahwa segala sesuatu mem-
punyai kekuatan gaib
dirigen
: pemimpin suatu pertunjukan musik
discovery
: penemuan yang sama sekali baru
doktrin
: ajaran yang mengandung kebenaran bersi-
fat mutlak
ekspresi
: penggambaran
error
: kesalahan, penyimpangan
etnografi
: tulisan tentang kebudayaan suatu suku
bangsa
etnosentrisme
: sikap mengagung-agungkan kebudayaan
sendiri dan menggangap rendah kebuda-
yaan lain.
fumeripits
: dewa dalam mitologi suku Asmat di Papua
hipotesis
: dugaan, kesimpulan sementara
holistik
: menyeluruh
inovasi
: pembaharuan menuju penemuan baru yang
lebih baik
instingtif
: berdasarkan naluri
interogasi
: pemeriksaan terhadap seseorang melalui
pertanyaan lisan yang bersistem
Antropologi SMA Jilid 2
188
insidental
: terjadi atau dilakukan pada kesempatan
atau waktu tertentu saja
instrumen
: alat musik
interview
: wawancara
interviewee
: orang yang diwawancarai, narasumber
interviewer
: pewawancara
intuitif
: perasaan, kata hati
invention
: penemuan yang merupakan hasil penyem-
purnaan dari penemuan yang telah ada se-
belumnya
kolaborasi
: perpaduan kerja sama
kolektif
: secara kelompok
komparasi
: perbandingan
migrasi
: perpindahan penduduk
mitologi
: cerita yang dilandaskan kepada keperca-
yaan terhadap hal-hal yang tidak masuk
akal
mitoni
: upacara hamil tujuh bulan pada kehamilan
anak pertama
mitos
: cerita yang berlatarbelakang kepercayaan
mobilitas
: perubahan gerak, perpindahan
modin
: pemimpin upacara selamatan (di Jawa Te-
ngah)
mortalitas
: angka kematian
motif
: corak
multikultural
: masyarakat majemuk, yang terdiri atas ber-
bagai kebudayaan
namer ow
: sebutan untuk dukun di Papua
natalitas
: angka kelahiran
natalitas
: laju kelahiran yang memperlihatkan jumlah
keturunan yang dihasilkan oleh setiap
perempuan dalam suatu populasi persatuan
waktu tertentu
ngruwat
: selamatan pada saat-saat tertentu
observasi
: pengamatan
osbopan
: sebutan untuk roh jelek dalam masyarakat
Papua
presentasi
: penyajian, pertanggung jawaban hasil kerja
profan
: duniawi
proto sejarah
: masa sejarah
reliabel
: ajeg
Glosarium
189
relief
: pahatan yang menampilkan perbedaan
bentuk dan gambar dari permukaan rata di
sekitarnya
religi
: sistem kepercayaan pada hal-hal gaib di luar
jangkauan akal manusia
repertoar
: lagu-lagu
retouching
: penyempurnaan bentuk
ritual
: tata cara peribadatan
solidaritas
: kesetiakawanan
sukerta
: pembawa sial
teater
: kelompok seni pertunjukan di bidang seni
drama
short message
: layanan jasa pengiriman pesan melalui
service
handphone
tembikar
: peralatan yang terbuat dari tanah liat
trance
: situasi seseorang dalam keadaan tidak sa-
darkan diri karena pengaruh suatu hal
uniformitas
: keseragaman
valid
: canggih
yi-ow
: sebutan untuk roh baik dalam masyarakat
Papua
zending
: lembaga penyiaran agama Nasrani
yupa
: tugu yang bertuliskan prasasti pada masa
kerajaan-kerajaan Kutai
Antropologi SMA Jilid 2
190
INDEKS ISTILAH
Adiktif, 122
Age of reason, 128
Animisme, 76
Astrologi, 51
Beverages, 122
Bgu, 82, 83
Birokrasi, 120
Chipping, 120
Coiling technique, 122
Creed, 79
Demonstatif, 167
Deta/destar, 39, 56
Dinamisme, 76
Eksploratif, 149
Encek, 93
Ethnos, 143
Etnis, 33, 41
Etnografi, 147, 148, 149, 150, 151, 174
Ewoh, 58
Flying shuttle, 128
Food, 122
Geguritan, 51
Geologi, 149
Geomorfologi, 149
Gonjong, 38
Good raport, 154
Grinding, 120
Hikayat, 17, 18, 23
Holistik, 145
Interview guide, 167, 170
Interviewee, 157, 158
Interviewer, 157
Kolosal, 57
Lenong, 45
Indeks
191
Liturgi, 72
Maestro, 26, 28
Modeling technique, 122
Modin, 92
Moko, 10
Natural religion, 79
Ngruwat, 93
Observees, 150, 154
Ogung, 37
On the spot, 160
Pakhuizen, 20
Peragi, 26
Percussion flaking, 120
Pile dwelling, 123
Polytheisme, 78
Pondasi, 34
Pottery wheel technique, 122
Pottery, 121
Prehistori, 121
Pressure flaking, 120
Primbon, 51
Primitif, 8
Proto sejarah, 127
Religion in action, 104
Reliabel, 169
Repertoar, 44
Retouching, 120
Revealed religion, 80
Saluar, 39
Sampyong, 45
Samrah, 42, 43, 44
Self report, 155
Semi sub terranian dwelling, 123
Short message service, 130
Sledge, 125
Societeit Concordia, 22
Spices, 122
Antropologi SMA Jilid 2
192
Stimulant, 122
Stoneboilling technique, 122
Stratifikasi, 51
Suji, 36
Sukerta, 94
Suluk, 17, 18
Surfice dwelling, 123
Syal, 43
Tarikh, 17
Teenakers, 19
Trance, 52
Travois, 125
Try out, 156
Tsyem, 62
Ulos, 35
Yupa, 99
Indeks
193
INDEKS PENGARANG
Astrid, S. Susanto, 135, 136
Baker, 127
Jenoda and Cook, 153
Koentjaraningrat, 4, 5, 6, 29, 30, 31, 33, 36, 38, 39, 70
Roger M. Keesing dan Samuel Gunawan, 6, 7
Rummel, 152
Sahibi Naim, 69
Soekmono, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16
Soepartono Widyosiswoyo, 14, 16, 17, 23
Sumadi Suryabrata, 148, 149
Sutrisno Hadi, 160
Yad Mulyadi, 147
Antropologi SMA Jilid 2
194
A n t r o p o l o g i 2
Untuk Kelas XII SMA dan MA
Emmy Indriyawati
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan
layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 34 Tahun 2008 tanggal 10 Juli 2008 tentang Penetapan Buku Teks yang Memenuhi
Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam proses pembelajaran.
Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp. 10.535,-
ISBN 978-979-068-229-0 (no.jld.lengkap)
ISBN 978-979-068-227-6