Gambar Sampul Antropologi  · Bab 3 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Antropologi · Bab 3 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Emmy Indriyawati

22/08/2021 08:16:31

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Sebelum manusia mengenal mesin, kereta

kuda merupakan sarana angkutan darat yang

cukup handal. Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tak

lagi mengandalkan hewan sebagai alat

transportasi. Berbagai jenis alat transportasi

modern kini berhasil ditemukan, sehingga jarak

tempuh yang jauh terasa makin pendek. Sejauh

manakah pengaruh perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi terhadap kehidupan

manusia? Untuk lebih jelasnya, pelajarilah

materi pada bab ini dengan baik.

BAB 3

ILMU PENGETAHUAN DAN

TEKNOLOGI DALAM KEHIDUPAN

MANUSIA

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:

x

dapat menjelaskan perkembangan IPTEK;

x

dapat menganalisis pengaruh IPTEK terhadap masyarakat dan

perkembangan budaya;

x

dapat mendeskripsikan proses pewarisan IPTEK;

x

dapat menjelaskan faktor penghambat perkembangan IPTEK;

x

dapat menghargai hasil karya IPTEK.

Kata-Kata Kunci

x

IPTEK

x

Perkembangan IPTEK

x

Pengaruh IPTEK

Sumber:

Dok. Penerbit

Antropologi SMA Jilid 2

116

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

117

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tek-

nologi

Setiap kebudayaan mengandung unsur pengetahuan dan

teknologi. Keduanya merupakan unsur yang berbeda namun terkait

satu sama lain. Pengetahuan cenderung kepada suatu bentuk

kerangka berpikir, sedangkan teknologi merupakan buah pemikiran

hasil suatu pengetahuan. Pengetahuan lebih mengarah ke hal-hal

yang bersifat teoritis, sedangkan teknologi lebih mengarah kepada

penerapan praktis. Misal:

1.

pengetahuan tentang berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat

untuk obat memunculkan teknologi pengobatan tradisional;

2.

pengetahuan tentang adanya muatan listrik positif dan negatif

memunculkan teknologi elektronika, dan sebagainya.

Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh

suatu suku bangsa tidaklah sama, sehingga

teknologi yang dikuasai setiap suku bangsa pun

berbeda. Tinggi rendahnya peradaban suatu

kebudayaan selalu dikaitkan dengan sejauh

mana penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dimiliki oleh bangsa tersebut.

Ruang lingkup pengetahuan suatu suku bangsa

berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.

1.

Alam sekitarnya.

2.

Alam flora di daerah tempat tinggalnya.

3.

Alam fauna di daerah tempat tinggalnya.

4.

Zat- zat, bahan mentah, dan benda-benda

dalam lingkungannya.

5.

Tubuh manusia.

6.

Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manu-

sia.

7.

Ruang dan waktu.

Pengetahuan yang berkaitan dengan alam sekitar, antara lain

pengetahuan tentang musim, sifat-sifat, dan gejala alam yang ada

di sekitarnya. Pengetahuan-pengetahuan tersebut berkaitan erat

dengan kebutuhan praktis yang digunakan untuk berlayar, berburu,

bercocok tanam maupun aktivitas lain yang memerlukan perhi-

tungan kondisi alam. Pengetahuan tentang alam tersebut kemudian

memunculkan berbagai deskripsi mengenai asal usul kejadian alam,

seperti asal usul alam semesta, terjadinya gempa, dan terjadinya

hujan. Hal tersebut sejak awal mengilhami pola pikir manusia,

sehingga muncul

mitologi

.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menjelaskan perkem-

bangan IPTEK.

S

Gambar 3.1

Ketergantungan nelayan tradisional

terhadap situasi alam sangatlah besar. Dengan penge-

tahuan yang cukup tentang cuaca, posisi bintang di langit,

dan arah angin, nelayan mampu menentukan ke arah

mana ia harus berlayar.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

Antropologi SMA Jilid 2

118

Mitologi merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang

dilandaskan pada keterbatasan pengetahuan yang sifatnya

intuitif

dan

instingtif

tanpa disertai penelitian ilmiah.

Pengetahuan tentang alam flora merupakan pengetahuan

yang berkaitan dengan mata pencaharian pokok, seperti bercocok

tanam, beternak, dan perikanan, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Di samping itu, pengetahuan tentang alam flora memunculkan

pengetahuan tentang jenis rempah-rempah maupun dedaunan yang

berkhasiat sebagai obat. Jenis rempah-rempah maupun dedaunan

tersebut digunakan untuk sarana dalam upacara keagamaan, ilmu

dukun dan sebagainya.

Pengetahuan tentang alam fauna merupakan pengetahuan

dasar bagi suku-suku bangsa yang hidup berburu, maupun yang

mengandalkan mata pencahariannya di sektor pertanian. Mengapa

demikian? Petani perlu memahami adanya berbagai jenis hewan

yang merupakan musuh bagi tanaman, sehingga petani mampu

menjaga tanamannya dengan baik.

Pengetahuan tentang ciri dan sifat bahan mentah benda-benda

di sekelilingnya menjadikan manusia mampu membuat peralatan

yang diperlukan bagi kehidupannya. Melalui pemahaman itulah

manusia menemukan teknologi yang berkaitan dengan pembuatan

alat-alat yang diperlukan bagi hidupnya. Pada zaman batu, manusia

memanfaatkan benda yang ada di sekelilingnya, yakni bebatuan

sebagai alat bantu untuk membunuh hewan buruan, membuat api,

bahkan memotong-motong daging hewan buruannya.

Pengetahuan tentang tubuh manusia memunculkan pemaham-

an mengenai ilmu pengobatan tradisional, seperti tukang pijat, urut,

sampai pada ilmu totok darah. Ilmu totok darah merupakan peng-

obatan tradisional bangsa Cina jauh sebelum manusia mengem-

bangkan ilmu kedokteran.

Pengetahuan tentang sesama manusia juga memunculkan

pengetahuan psikologi kuno. Pengetahuan psikologi kuno berkaitan

dengan: tipe wajah, guratan garis tangan, sampai dengan

pengetahuan yang berkaitan dengan tata sopan santun pergaulan.

Pengetahuan tentang ruang dan waktu berpengaruh dalam

memunculkan pengetahuan ilmu pasti modern. Keberhasilan ma-

nusia pada masa lampau dalam membuat candi maupun Piramida

merupakan bukti konkret bahwa mereka telah mampu menimbang

dan menghitung bangun ruang, sehingga menghasilkan karya

arsitektur monumental.

S

Gambar 3.2

Berbagai

peralatan dari batu yang

dibuat manusia purba me-

rupakan bentuk penerapan

pengetahuan tentang sifat

bahan mentah/benda yang

ada di sekelingnya. Hal itu

merupakan awal dari per-

kembangan teknologi.

Sumber:

Indonesian

Heritage,

2002

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

119

Dengan pengetahuan yang dimiliki, manusia berusaha me-

nerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, muncul

teknologi yang ditandai dengan kemampuan manusia menguasai

cara-cara memproduksi, memakai, dan memelihara segala per-

alatan yang dipergunakan ke dalam kehidupannya.

Teknologi muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut.

1.

Cara-cara manusia melaksanakan mata pencaharian hidup-

nya.

2.

Cara-cara manusia mengorganisasi masyarakatnya.

3.

Cara-cara manusia mengekspresikan rasa keindahan dalam

memproduksi hasil-hasil keseniannya.

Seperti halnya sistem pengetahuan yang berkembang dari

pengetahuan sederhana, perkembangan teknologi juga berawal dari

teknologi tradisional. Teknologi tradisional berkaitan dengan alat-

alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian,

dan alat-alat transportasi.

1. Alat-alat produksi

Manusia memerlukan alat-alat produksi untuk melaksana-

kan suatu pekerjaan. Berawal dari alat sederhana terbuat dari

batu yang dipergunakan sekedar untuk menumbuk padi atau

biji-bijian (bahan makanan) sampai dengan alat-alat yang agak

kompleks, seperti alat untuk membuat kain (menenun).

Berdasarkan bahannya, alat-alat produksi dibedakan

sebagai berikut.

a. Alat-alat batu

(

terbuat dari batu

)

Alat-alat dari batu masih digunakan masyarakat tradisional

sampai sekarang, misalnya tungku dari batu.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Akademik)

Perkembangan ilmu

pengetahuan dan

teknologi menunjuk-

kan makin tingginya

kebudayaan umat

manusia. Coba Anda

tuliskan contoh-con-

toh hasil kebudayaan

akibat perkembangan

ilmu pengetahuan

dan teknologi. Lalu

analisislah salah satu

contoh tersebut dari

segi kebudayaannya,

misalnya dampak ter-

hadap kebudayaan.

Kumpulkan hasil kerja

Anda kepada bapak/

ibu guru.

W

Gambar 3.3 Para ahli

arsitektur modern sam-

pai kini masih terka-

gum-kagum dengan

candi Borobudur yang

pada masa pembangun-

annya hanya mengan-

dalkan kemampuan

fisik manusia.

Sumber:

http://images.google.co.id.

Antropologi SMA Jilid 2

120

Alat-alat batu dapat dikerjakan dengan teknik sebagai

berikut.

1) Teknik pemukulan (

percussion flaking

).

2) Teknik penekanan (

pressure flaking

).

3) Teknik pemecahan (

chipping

).

4) Teknik penggilingan (

grinding

).

b. Alat-alat tulang

Alat-alat tulang adalah peralatan yang terbuat dari tulang.

Peralatan ini dipergunakan manusia pada zaman purba.

Teknik pembuatan alat tulang lebih bersifat pembentukan

lebih lanjut dari bentuk yang sudah ada agar tercapai bentuk

yang diinginkan. Teknik pembuatan tersebut dinamakan

retouching

.

c. Alat-alat kayu

Alat-alat kayu adalah peralatan yang terbuat dari bahan

kayu. Sampai kini masih banyak dipergunakan oleh ma-

syarakat tradisional dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

centong dan pengaduk roti.

d. Alat-alat bambu

Alat-alat bambu adalah peralatan yang terbuat dari bambu.

Peralatan tersebut masih banyak digunakan oleh masyara-

kat tradisional untuk mencari ikan, mengolah lahan per-

tanian, dan peralatan rumah tangga.

e. Alat-alat logam

Manusia mengenal logam sejak zaman perunggu.

Teknik pembuatan peralatan dari logam dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu teknik menandai dan teknik me-

nuang.

Berdasarkan fungsinya alat-alat produksi dapat dibedakan

sebagai berikut.

1) Alat potong.

2) Alat penusuk dan pembuat lubang.

3) Alat pukul.

S

Gambar 3.4

Tulang hewan

dimanfaatkan manusia purba

sebagai alat untuk memotong.

Sumber:

Sejarah Nasional

Indonesia,

1993

W

Gambar 3.5

Kapak

corong, merupakan

contoh peralatan

manusia purba yang

terbuat dari perunggu.

Sumber:

Sejarah Nasional Indonesia,

1993

Praktik Antropologi

(Kecakapan Sosial dan

Akademik)

Lakukan pengamatan

terhadap hasil-hasil

kebudayaan yang

terbuat dari logam di

lingkungan sekitar

Anda, misalnya cang-

kul, sabit, parang, dan

sebagainya. Ban-

dingkan fungsi per-

alatan tersebut pada

masa kini dan pada

masa lampau. Tinjau-

lah dari segi budaya-

nya. Untuk mendu-

kung hasil penga-

matan Anda gunakan

pula literatur-literatur

mengenai hasil-hasil

kebudayaan pada

masa prasejarah. La-

porkan hasil penga-

matan Anda dalam

diskusi kelas.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

121

4) Alat penggiling.

5) Alat untuk menyalakan api.

6) Alat untuk meniup api.

7) Tangga.

Adapun dari sudut lapangan pekerjaannya, alat-alat pro-

duksi dapat dibedakan sebagai berikut.

1) Alat-alat rumah tangga.

2) Alat pemintal dan tenun.

3) Alat-alat pertanian.

4) Alat penangkap ikan.

5) Jerat perangkap.

2. Senjata

Menurut fungsinya, senjata memiliki beberapa jenis sebagai

berikut.

a. Senjata potong.

b. Senjata tusuk.

c. Senjata lempar.

d. Senjata penolak.

Menurut lapangan pemakaiannya, senjata dibedakan sebagai

berikut.

a. Senjata untuk berburu.

b. Senjata untuk menangkap ikan.

c. Senjata untuk berkelahi dan berperang.

3. Wadah

Manusia sejak zaman purba memerlukan wadah atau

tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang.

Berbagai jenis wadah dapat diklasifikasikan menurut bahan

mentahnya, yaitu kayu, bambu, kulit kayu, tempurung, serat-

seratan, dan tanah liat.

Wadah yang terbuat dari tanah liat sering disebut tembikar

atau dalam bahasa Inggris disebut "

pottery

". Tembikar meru-

pakan jenis wadah yang banyak mendapat perhatian dari para

ahli prehistori.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik)

Buatlah kliping yang

menunjukkan hasil-

hasil kebudayaan pa-

da masa prasejarah.

Pajanglah hasilnya

pada majalah dinding

sekolah.

S

Gambar 3.6

Tombak merupakan

salah satu senjata lempar.

Sumber:

http://images.google.co.id.

S

Gambar 3.7

Keris merupakan

salah satu senjata tusuk

Antropologi SMA Jilid 2

122

Tehnik pembuatan tembikar ada tiga macam, yaitu:

a. teknik menyusun gumpalan-gumpalan tanah liat

yang ditumpuk-tumpuk (

coiling technique

);

b. teknik membentuk satu gumpalan lempung yang

besar (

modelling technique

);

c. teknik membentuk segumpal lempung yang dipu-

tar-putar dengan roda (

pottery- wheel- technique

).

Di samping berfungsi sebagai wadah, alat-alat

dari tanah liat (

tembikar

) juga digunakan sebagai alat

pengangkut, misal mengangkut air dari sumber air

untuk dibawa ke rumah, dan juga berfungsi untuk alat

memasak. Sebagai contoh, masyarakat tradisional

mengenal tungku perapian dan kuali dari tanah liat

untuk memasak.

4. Makanan

Dalam ilmu Antropologi, makanan merupakan bagian dari

benda hasil kebudayaan. Kebudayaan fisik yang berkaitan de-

ngan teknologi, yaitu cara memasak, mengolah, dan menyajikan

makanan. Masing-masing bangsa memiliki keunikan dalam

mengolah, memasak, dan menyajikan makanan dan minuman.

Ditinjau dari bahan mentahnya, makanan

dapat dibedakan antara lain sayur-sayuran,

buah-buahan, dan biji-bijian. Adapun ditinjau

dari cara memasaknya, makanan dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. menggunakan api;

b. menggunakan batu-batu panas (

stone-

boilling technique

).

Menurut tujuan konsumsinya, makanan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Makanan dalam arti khusus (

food

).

b. Minuman (

beverages

).

c. Bumbu-bumbuan (

spices

).

d. Bahan untuk kenikmatan (

stimulant

atau

adiktif

), misal

tembakau.

5. Pakaian

Pakaian merupakan salah satu benda kebudayaan yang

sangat penting. Menurut bahannya, pakaian dapat diklasifika-

sikan sebagai berikut.

a. Pakaian dari kulit pohon.

b. Pakaian dari bahan tenun.

c. Pakaian dari kulit binatang.

S

Gambar 3.8

Dari penggalian makam

kuno sering ditemukan berbagai bentuk

wadah dari tanah liat. Hal itu menan-

dakan bahwa kehidupan masyarakat

masa purba telah mengenal tempat me-

nyimpan berbagai benda keperluan

sehari-hari.

Sumber:

Indonesian Heritage,

2002

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 3.9

Makanan termasuk bagian dari

benda hasil kebudayaan. Makanan dihasilkan dari

serangkaian proses yaitu cara memasak,

mengolah, dan menyajikan.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

123

Teknik pembuatan kain dilakukan dengan cara memintal

dan menenun. Cara menghias pakaian dapat dilakukan antara

lain dengan teknik ikat, teknik celup, dan

teknik sulam.

Ditinjau dari fungsinya, pakaian dapat

dibedakan sebagai berikut.

a. Pakaian yang semata-mata digunakan

untuk menahan pengaruh dari alam

sekitarnya.

b. Pakaian sebagai lambang keunggulan

dan gengsi.

c. Pakaian sebagai lambang yang diang-

gap suci.

d. Pakaian sebagai perhiasan badan.

6. Tempat berlindung (perumahan)

Manusia purba memilih tinggal di dalam goa-goa untuk

berlindung dari berbagai bahaya. Berbagai macam tempat

berlindung (perumahan) menyesuaikan dengan lingkungan dan

sekaligus menunjukkan tingkat peradaban

atau penguasaan teknologi. Bentuk tempat

berlindung berbagai suku bangsa dapat

dibedakan menurut bahan mentahnya,

seperti dari tanah liat, kayu, serat, jerami,

bambu, maupun tenda-tenda yang terbuat

dari kulit binatang, serta balok es yang

keras di daerah Eskimo (Kanada Utara).

Bentuk pokok rumah-rumah yang ada di

seluruh dunia dapat dibedakan sebagai

berikut.

a. Rumah yang setengah di bawah tanah

(

semi subterranian dwelling

).

b. Rumah di atas tanah (

surfice dwell-

ing

).

c. Rumah di atas tiang (

pile dwelling

).

Menurut pemakaiannya, tempat berlin-

dung sebagai berikut.

a. Tadah angin.

b. Tenda atau gubug yang mudah dilepas dan didirikan lagi

(bongkar-pasang).

c. Rumah untuk menetap.

S

Gambar 3.10

Para wisudawan mengenakan toga. Toga

merupakan pakaian yang melambangkan keunggulan.

Sumber:

Dokumen Penerbit

S

Gambar 3.11

Rumah panggung didirikan di atas

tiang-tiang. Jenis rumah ini cocok untuk daerah di dekat

hutan maupun di daerah rawa-rawa. Penghuninya aman

dari kemungkinan serangan hewan liar maupun bahaya

banjir.

Sumber:

Ensiklopedi Populer Anak,

1998

Antropologi SMA Jilid 2

124

Jika dipandang dari fungsi sosialnya rumah

untuk menetap dibedakan menjadi enam

macam, yaitu:

a. rumah tempat tinggal keluarga kecil,

b. rumah tempat tinggal keluarga besar,

c. rumah suci,

d. rumah pemujaan,

e. rumah tempat berkumpul,

f. rumah pertahanan.

7. Alat transportasi atau alat pengangkutan

Pada zaman purba kehidupan manusia senantiasa aktif

berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan

tersebut berkaitan erat dengan pencarian makanan demi

kelangsungan hidupnya. Kebiasaan mereka berburu memaksa

mereka terus mencari daerah-daerah perburuan yang baru.

Pada era manusia mengenal bercocok tanam mereka

melakukan sistem perladangan berpindah untuk mencari lahan

pertanian baru yang masih subur. Kebiasaan berpindah tempat

untuk mencari makanan menyebabkan terjadinya proses

penyebaran manusia ke berbagai pelosok dunia. Proses

perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain yang

berjarak puluhan bahkan ribuan kilometer memerlukan alat

transportasi atau alat pengangkutan. Alat transportasi

digunakan untuk membawa benda-benda yang diperlukan bagi

kebutuhan hidupnya maupun untuk mempercepat atau

mempermudah perjalanan.

Berdasarkan fungsinya, alat-alat transportasi yang digunakan

antara lain sepatu, binatang, alat seret, kereta beroda, rakit,

dan perahu.

a. Sepatu

Para ahli antropologi sepakat bahwa pada awalnya,

sepatu berfungsi sebagai salah satu alat transportasi.

Perkembangan selanjutnya sepatu menjadi salah satu

unsur pakaian. Sebagai alat transportasi, sepatu melindungi

telapak kaki saat manusia harus melalui medan yang sukar

dilewati, misal kawasan yang penuh duri, kerikil yang tajam

atau pun pasir yang panas karena terik matahari. Dengan

bersepatu manusia mampu mempermudah perjalanan di

tempat yang membahayakan.

Berbagai bentuk sepatu yang pernah dipergunakan

manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Prinsip

moccasin

, di mana kaki seolah-olah dibungkus.

2) Prinsip sandal, di mana kaki hanya diberi perlindungan

pada bagian telapak saja.

Sumber:

Ensiklopedi Nasional

Indonesia,

1997

S

Gambar 3.12

Suku bangsa

Indian di masa lampau hidup

nomaden. Dengan tenda-

tenda besar mereka tinggal

untuk sementara waktu di

suatu tempat secara berpin-

dah-pindah. Model perumah-

an, seperti sekarang ini ditiru

oleh rombongan sirkus beserta

keluarganya yang mengada-

kan pertunjukan keliling dari

satu kota ke kota lainnya.

Sumber:

http://

images.google.co.id

S

Gambar 3.13

Sebagai alat

transportasi, sepatu melindungi

telapak kaki dari duri, kerikil,

atau pun pasir yang panas ka-

rena terik matahari. Perkem-

bangan selanjutnya sepatu men-

jadi salah satu unsur pakaian.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

125

Saat ini, sepatu modern menggabungkan dua prinsip

tersebut.

b. Binatang

Binatang merupakan jenis alat transportasi

utama pada masa lampau. Selain dinaiki,

binatang juga dimuati barang bawaan. Unta dan

kuda merupakan binatang pengangkut tertua

dalam sejarah kehidupan manusia. Kedua

binatang tersebut memiliki tenaga yang kuat dan

tahan di medan yang sulit.

Selain unta dan kuda, hewan yang digunakan

sebagai alat transportasi sejak zaman purba

adalah sapi, rusa reindeer (alat angkut utama

di daerah bersalju), anjing, kerbau, keledai, dan

gajah.

c. Alat seret (sledge)

Pada suku-suku bangsa yang belum

mengenal roda, mereka menggunakan alat seret

(

sledge

). Alat seret (

sledge

) oleh suku bangsa

Indian di Amerika Utara disebut

travois

.

Travois adalah alat yang terdiri atas rangka

kayu berbentuk seperti brancard dengan salah

satu ujungnya menyempit untuk dikaitkan di

punggung hewan sedangkan bagian lainnya

terseret di tanah.

d. Kereta beroda

Manusia mengenal roda kurang lebih 3.000 tahun SM

pada zaman keemasan Mesopotamia. Kereta beroda yang

ditarik oleh kuda mulai digunakan sebagai alat transportasi

utama di darat dan sekaligus menandai awal kegiatan

manusia memperbaiki jalan-jalan sebagai sarana trans-

portasi. Hal itu dilakukan karena kereta

beroda hanya akan efektif digunakan di

jalan yang rata. Oleh karena itu, suku-suku

bangsa yang mengenal kereta beroda

sebagai alat transportsi utamanya memiliki

jalan-jalan yang luas, rata, dan rapi.

Berbeda dengan kebudayaan suku bangsa

yang tidak mengenal kereta beroda, seperti

suku bangsa Inca di Peru (Amerika

Selatan), suku bangsa Maya di Yukatan

(Amerika Tengah), bangsa Baganda

(Afrika), dan juga suku-suku bangsa yang

menggunakan air sebagai sarana trans-

portasi utama.

S

Gambar 3.14

Di samping tahan di tempat

yang kering dan panas, unta mampu mendeteksi

letak sumber air. Hewan ini tepat digunakan

sebagai alat transportasi di daerah padang pasir.

Sumber:

Negara dan Bangsa,

2002

S

Gambar 3.15

Travois anjing

merupakan alat seret yang

menggunakan anjing sebagai

penyeret beban bawaan. Alat ini

banyak digunakan oleh suku

bangsa Indian di Amerika Utara

pada masa purba karena mere-

ka belum mengenal roda.

Sumber:

Negara dan Bangsa,

2002

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 3.16

Sejak manusia mengenal roda or-

ang mulai membuat alat transportasi menggunakan

roda. Salah satunya kereta beroda. Kereta beroda

biasanya ditarik oleh kuda.

Antropologi SMA Jilid 2

126

Selain sebagai alat transportasi, kereta beroda juga ber-

fungsi sebagai sarana berperang.

e. Rakit

Bagi suku-suku bangsa yang tinggal di tepi sungai,

danau, maupun berada di kepulauan, rakit merupakan alat

transportasi yang utama. Rakit terbuat dari bahan yang

ringan namun kuat dan mampu mengapung di air. Rakit

dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, serat rumput yang

diikat menjadi satu, ataupun batang pohon pisang.

f. Perahu

Perahu merupakan alat transportasi air yang tekno-

loginya lebih maju dibandingkan rakit. Sebelum manusia

mengenal mesin, perahu menggunakan layar yang dige-

rakkan oleh angin, atau dikayuh dengan menggunakan

dayung. Perahu tradisional terbuat dari batang kayu, tetapi

ada juga suku bangsa yang menggunakan bahan lain, seperti

kulit kayu (bangsa Indian di Amerika Utara) dan kulit

binatang dengan rangka kayu atau tulang belulang dan

sambungannya ditutup dengan getah ataupun dedaunan

(pada bangsa Eskimo).

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Sosial)

Diskusikan bersama ke-

lompok belajar Anda

mengenai keberadaan rakit

di Indonesia. Identifika-

sikan daerah mana saja di

Indonesia yang masih

memanfaatkan rakit. Apa

saja fungsi rakit di daerah

tersebut. Laporkan hasil

diskusi Anda di depan

kelas.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal

dan Sosial)

Buatlah diagram mengenai

perkembangan alat-alat

transportasi dari bentuk

yang sederhana sampai

bentuk modern saat ini.

Lengkapilah pula dengan

gambar-gambar yang se-

suai. Kumpulkan hasil

kerja Anda kepada bapak/

ibu guru.

S

Gambar 3.17

Rakit merupakan alat transportasi sederhana di perairan

yang relatif dangkal. Untuk mengemudikannya digunakan batang kayu

yang panjangnya lebih dari kedalaman perairan.

Sumber:

http://images.google.co.id.

W

Gambar 3.18

Tinggi rendahnya

kemajuan teknologi dalam kebudayaan

suatu suku bangsa memengaruhi jenis dan

kemampuan perahu yang dihasilkan.

Sumber:

http://images.google.co.id.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

127

B. Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

terhadap Perkembangan Kebudayaan

Perkembangan pengetahuan manusia ditunjukkan dengan

meningkatnya penemuan baru di berbagai bidang, khususnya dalam

pengadaan peralatan bagi kelangsungan hidup manusia. Tinggi

rendahnya kemampuan suatu bangsa dalam hal penguasaan

teknologi merupakan tolok ukur tinggi rendahnya kebudayaan

bangsa tersebut. Sejarah kehidupan manusia yang diawali dari masa

prehistori atau

proto sejarah

ditandai dengan masih sangat

sederhananya tingkat kebudayaan manusia pada masa itu.

Kesederhanaan itu dapat dilihat dari segi penguasaan teknologi

yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan

kebudayaan manusia mengarah kepada pola kebudayaan modern

yang ditandai dengan makin kompleksnya sistem teknologi yang

dikuasai manusia. Pola perkembangan kebudayaan suatu bangsa

bersifat spesifik, artinya kemajuan yang dicapai oleh suatu bangsa

belum tentu dikuasai oleh bangsa lain. Dalam arti modernisasi,

pola kebudayaan sifatnya bukan serentak melainkan tahap demi

tahap sesuai kondisi setiap bangsa.

Apabila kita tinjau masih banyak suku terasing di pedalaman

yang masih statis terhadap kemajuan teknologi. Hal itu menun-

jukkan bahwa era kehidupan modern belum mampu menjangkau

seluruh penjuru di bumi. Keterasingan suatu suku bangsa bisa

disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

1.

Kondisi lingkungan alam yang benar-benar terisolir, sehingga

menutup segala bentuk akses dari luar.

2.

Kondisi lingkungan budaya atau tradisi yang sangat kuat, se-

hingga masyarakatnya membentengi segala bentuk pengaruh

dari luar. Kondisi ini bukan karena terisolir melainkan sengaja

mengisolasikan diri dengan tujuan tetap menjaga kemurnian

adat kebudayaannya.

3.

Tidak meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan

yang dicapai.

4.

Sikap etnosentrisme yang kuat melekat pada anggota ma-

syarakat. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagung-

agungkan kebudayaan sendiri dan menganggap rendah

kebudayaan bangsa lain. Akibatnya mereka tidak mau mene-

rima kebudayaan dari luar.

Pembangunan merupakan bentuk perubahan yang direncana-

kan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu

tolok ukur peningkatan kesejahteraan adalah penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dengan menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi diharapkan manusia mampu memenuhi kebutuhan

hidupnya secara mudah.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menganalisis pengaruh

IPTEK terhadap per-

kembangan kebuda-

yaan.

Praktik Antropologi

(Apresiasi terhadap

keanekaragaman

agama)

Indonesia merupakan ne-

gara yang terdiri atas ber-

macam-macam agama. Se-

luruh warga negara menga-

nut agama sesuai dengan

kepercayaannya masing-

masing. Kita harus saling

hormat menghormati guna

menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa. Di era

globalisasi sekarang ini, apa

yang harus dilakukan agar

tercipta hidup yang har-

monis antarumat beragama

di Indonesia?

Bagaimana Anda menyi-

kapi pengaruh perkem-

bangan IPTEK saat ini?

Kumpulkan hasil kerja An-

da kepada bapak/ibu guru.

Antropologi SMA Jilid 2

128

Perkembangan kebudayaan manusia secara umum mulai

menunjukkan perubahan yang drastis dengan adanya berbagai

bentuk penemuan baru atau inovasi di berbagai segi kehidupan,

terutama yang berkaitan dengan penemuan teknologi baru.

Menurut sifatnya, proses penemuan dibedakan sebagai berikut.

1.

Discovery

adalah penemuan yang benar-benar baru. Sebagai

contoh keberhasilan manusia purba membuat peralatan dari

batu pada zaman batu karena sebelumnya manusia sama sekali

belum mengenal peralatan apa pun.

2.

Invention

adalah penemuan baru yang merupakan bentuk

penyempurnaan dari penemuan yang telah ada sebelumnya.

Manusia purba yang membuat peralatan dari logam pada

zaman logam, merupakan bentuk invention dari penemuan alat-

alat batu yang telah ada.

Penemuan baru yang akhirnya mengubah pola kebudayaan

manusia diawali dengan terjadinya revolusi industri di Inggris yang

didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Sekitar abad ke-

16, Inggris memasuki abad pemikiran (

Age of Reason

), di mana

banyak ilmuwan terkemuka di Inggris bermunculan. Ilmuwan

terkemuka di Inggris, antara lain

Isaac Newton, James Watt,

Edward Jenner,

dan

Henry Bessemer

. Berdasarkan gagasan-

gagasan baru (kebudayaan ideal) yang dikemukakan oleh para

ilmuwan tersebut, maka diciptakan peralatan-peralatan yang sangat

meringankan pekerjaan manusia. Oleh karena itu, muncul temuan-

temuan baru berupa mesin-mesin yang sekaligus sebagai awal

mulainya revolusi industri di Inggris.

Sejarah perkembangan teknologi baru pada awal revolusi industri

di Inggris sebagai berikut.

1.

Pada tahun 1733,

John Key

menemukan mesin tenun berna-

ma

flying shuttle

. Mesin tenun ini digerakkan oleh tenaga

manusia dan dapat menghasilkan tenunan yang lebih halus

dan lebih cepat, sehingga diperlukan pemintal benang yang

lebih banyak untuk mengimbangi kecepatan kerja mesin

tersebut.

S

Gambar 3.19 Pembangunan dan hasil-hasilnya yang tidak merata mengakibatkan kesenjangan

sosial budaya masyarakat.

Sumber:

Dokumen Penerbit

Praktik Antropologi

(Kecakapan Sosial dan

Akademik)

Untuk menguji kebenaran

hipotesis yang menyata-

kan bahwa televisi telah

mengubah budaya memba-

ca menjadi budaya menon-

ton, lakukanlah survei

pada 100 anak yang Anda

jumpai. Tanyakan kepada

mereka, mana yang mereka

sukai,

menonton film

kartun di televisi

atau

membaca komik kartun

.

Presentasikan hasil survei

Anda untuk dibandingkan

dengan hasil survei teman

Anda yang lain. Buatlah

kesimpulan dari hasil

keseluruhan survei dengan

teman Anda sekelas.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

129

2.

Pada tahun 1763,

James Watt

berhasil menemukan mesin

uap yang merupakan bentuk penyempurnaan dari hasil

penemuan mesin uap oleh

Thomas Newcomen

. Mesin uap

temuan Thomas Newcomen semula hanya digunakan untuk

memompa air di tambang batu bara. Berkat penemuan James

Watt inilah, pola kebudayaan bangsa Inggris dalam bekerja

mengalami perubahan drastis. Semula mereka mengandalkan

tenaga manusia maupun hewan sebagai sumber tenaga, kini

kedudukan mereka diganti oleh mesin uap temuan James Watt

tersebut.

Mesin uap oleh James Watt membawa pengaruh besar pada

sektor industri. Sektor industri merupakan mata pencaharian utama

di Inggris waktu itu. Mesin-mesin industri bekerja lebih maksimal

dengan hasil yang lebih baik dan lebih produktif dibandingkan dengan

menggunakan tenaga manusia atau tenaga binatang.

Di samping itu, dalam bidang transportasi pun ikut berkembang

pesat, di antaranya pembangunan kanal, jalan raya, dan rel kereta

api. Semula alat transportasi mengandalkan tenaga hewan, setelah

ditemukannya mesin uap, manusia mulai menggunakan kapal uap

dan kereta api yang dijalankan oleh lokomotif uap.

Demikian halnya dengan mata pencaharian masyarakat yang

semula banyak terjun ke dunia pertanian sebagai petani beralih ke

sektor industri sebagai buruh pabrik. Hal itu disebabkan oleh

adanya penemuan mesin-mesin yang mengakibatkan bermunculan-

nya pabrik-pabrik, sehingga banyak menye-

rap tenaga kerja.

Pesatnya perkembangan ilmu pengeta-

huan dan teknologi dari waktu ke waktu di-

ikuti dengan ditemukannya berbagai tekno-

logi canggih. Hal tersebut mengakibatkan

perubahan pola kebudayaan manusia di ber-

bagai segi.

Perkembangan ilmu pengetahuan di-

tandai dengan makin banyaknya penemuan-

penemuan alat-alat teknologi yang serba

canggih. Hal itu mengakibatkan perubahan

kebudayaan pada masyarakat. Perubahan

kebudayaan pada masyarakat ditunjukkan

dalam bentuk perubahan perilaku berikut ini.

1.

Pesatnya perkembangan industri penyiaran televisi menyebab-

kan masyarakat cenderung menghabiskan waktu luang di

depan televisi, sehingga menghilangkan budaya mengobrol

dengan tetangga maupun budaya membaca.

S

Gambar 3.20 Modernisasi di bidang transportasi makin

menggusur keberadaan andong, karena tak lagi diminati

masyarakat. Kemajuan iptek merubah budaya masyarakat

yang cenderung memilih alat transportasi yang cepat,

karena modernisasi membawa pola pikir masyarakat

cenderung efisien waktu.

Sumber:

Ensiklopedi Nasional Indonesia,

1997

Antropologi SMA Jilid 2

130

2.

Perkembangan industri teknologi komunikasi, dimana telepon

genggam (

handphone

) bukan lagi barang mewah telah

memunculkan budaya mengirim berita lewat layanan pesan

singkat atau sms (

short message service

) menggantikan

budaya menulis surat. Demikian pula makin mudahnya

masyarakat mengakses internet memunculkan jasa layanan

internet sebagai bentuk mata pencaharian baru.

3.

Perkembangan industri perakitan komputer telah mengubah

pola kerja manual bergeser menuju pola kerja komputerisasi

yang lebih efektif dan efisien. Banyaknya masyarakat yang

membutuhkan jasa komputer membuka peluang munculnya

mata pencaharian baru, yakni jasa persewaan, perbaikan, dan

pengetikan komputer.

4.

Perkembangan layanan jasa perbankan telah mengubah

budaya menyimpan uang tunai beralih pada pemakaian kartu

kredit, kartu ATM (Auto Teller Machine), serta meninggalkan

budaya mengirim uang melalui jasa wesel pos beralih ke jasa

transfer antarbank.

Sumber:

http://images.google.co.id

W

Gambar 3.22

Perkembangan teknologi informatika

memunculkan jenis mata pencaharian baru di bidang jasa

layanan internet yang banyak diminati masyarakat luas.

Sumber:

http://images.google.co.id

W

Gambar 3.23

Suasana sebuah rental komputer.

Sumber:

http://images.google.co.id

W

Gambar 3.21

Kehadiran televisi banyak

mengurangi kebiasaan masyarakat berinteraksi dengan

tetangga karena waktu luang banvak dihabiskan

menikmati tayangan televisi yang menyajikan

banyak pilihan.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

131

Demikian halnya dengan kebiasaan masyarakat pedesaan

sekarang ini, banyaknya kendaraan umum yang beroperasi sampai

di desa-desa, maka jarang sekali dijumpai kebiasaan jalan kaki

yang dilakukan masyarakat dalam bepergian. Mereka lebih suka

naik angkutan umum atau bahkan mereka telah memiliki kendaraan

bermotor. Penemuan mesin motor berpengaruh besar terhadap

perilaku masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan

transportasi.

C. Pewarisan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan kebudayaan masyarakat di bidang teknologi

tidak lepas dari adanya upaya penyebarluasan teknologi dalam

bentuk pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masyarakat

yang satu atau bangsa yang satu ke masyarakat atau bangsa yang

lain. Pada masyarakat tradisional, proses pewarisan ilmu

pengetahuan dan teknologi dilakukan secara tertutup melalui jalur

keturunan atau keluarga. Dengan demikian, penyebarluasan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dikuasai masyarakat tradisional

cenderung terbatas. Oleh karena itu, dalam

kehidupan masyarakat tradisional kemampuan

penguasaan

iptek

(ilmu pengetahuan dan

teknologi) hanya dimiliki oleh kalangan keluarga

tertentu secara turun temurun. Sebagai contoh,

kemampuan mengobati yang dimiliki oleh se-

seorang diperoleh karena warisan dari orang tua.

Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam kehidupan masyarakat modern

dilakukan secara terbuka melalui

jalur pen-

didikan

, baik pendidikan fomal maupun nonfor-

mal, baik yang diselenggarakan oleh lembaga

pendidikan pemerintah maupun oleh masyarakat.

Oleh karena itu, penyebarluasan ilmu pengetahuan

dan teknologi lebih cepat dan setiap orang dari

Sumber:

http://images.google.co.id

W

Gambar 3.24

Kemajuan di bidang ekonomi

khususnya perbankan memunculkan budaya

pemakaian kartu kredit dalam kepemilikan uang tunai.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

mendeskripsikan

pewarisan ilmu penge-

tahuan dan teknologi.

S

Gambar 3.25

Melalui lembaga pendidikan, proses

pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi

berlangsung secara cepat dan merata ke segenap

lapisan masyarakat.

Sumber:

Dokumen Penerbit

Antropologi SMA Jilid 2

132

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,

2005

S

Gambar 3.27 Masyarakat dengan pola kebu-

dayaan yang terbuka akan mudah mewariskan

IPTEK.

berbagai suku bangsa atau kelompok masyarakat memiliki peluang

yang sama untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara umum proses pewarisan ilmu pengetahuan dan

teknologi (

transmission of science and technology

) berlangsung

sepanjang masa dari generasi ke generasi secara berkesinam-

bungan, selama masyarakat pendukung ilmu pengetahuan dan

teknologi tersebut masih ada. Proses pewarisan ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam kehidupan masyarakat melalui sarana sebagai

berikut.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama

yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seseorang.

Dalam lingkungan keluarga, seorang individu mengenal ilmu

pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara langsung

dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, seorang anak

memahami pengetahuan tentang pentingnya menjaga keber-

sihan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari proses pembiasaan

hidup bersih yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya.

Seorang ayah yang memiliki keahlian membuat anyaman rotan

mengajarkan kepada anaknya tentang bagaimana menganyam

rotan yang benar, sehingga kelak setelah anak dewasa mampu

menguasai keahlian seperti yang dikuasai ayahnya. Pendek

kata banyak hal yang dapat dikuasai anak berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari yang diperoleh dari lingkungan keluarga.

2. Masyarakat

Dalam proses sosialisasi, seseorang dari

lingkungan keluarga akan masuk ke kancah

pergaulan yang lebih luas, yakni masyarakat.

Di tengah masyarakat banyak pengetahuan

dan teknologi yang dapat digali yang tidak

ditemukan dalam keluarga. Pengetahuan

yang berkaitan dengan pergaulan dan hidup

bersama orang lain dengan berbagai karakter,

hanya dijumpai di tengah kehidupan

masyarakat. Melalui lingkungan masyarakat,

kepribadian anak akan terbentuk secara op-

timal. Perbedaan yang berkaitan dengan nilai

dan norma yang berlaku di dalam keluarga

dengan di tengah masyarakat menjadikan

anak tumbuh dewasa, mandiri dan mampu

bertanggung jawab baik kepada dirinya,

keluarga, maupun kepada masyarakat luas.

Sumber:

Ensiklopedi Umum

untuk Pelajar,

2005

S

Gambar 3.26

Di dalam ke-

luarga, seorang individu menge-

nal IPTEK yang diterapkan

secara langsung dalam ke-

hidupan sehari-hari.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

133

Berkaitan dengan proses pewarisan ilmu pengetahuan

dan teknologi, masyarakat berperan besar dalam mengupaya-

kan kelangsungan proses alih teknologi. Pola kebudayaan

masyarakat yang terbuka sangat memengaruhi berlangsung-

nya proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebaliknya, pola kebudayaan masyarakat yang cenderung

tertutup, dan menaruh kecurigaan terhadap hal-hal yang baru,

serta sikap masyarakat yang etnosentrisme, yakni sikap

memandang rendah kebudayaan lain merupakan faktor

penghambat keberlangsungan proses alih teknologi.

Sejarah membuktikan bahwa kemajuan Jepang dalam

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berawal sejak

Restorasi Meiji

pada tahun 1850. Pada saat Jepang yang

semula tertutup bagi bangsa asing membuka diri dan menerima

pengaruh asing dalam kehidupan masyarakat, hal itu termasuk

proses alih teknologi. Akhirnya, Jepang menjadi salah satu

negara di Asia yang memiliki penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang cukup tinggi.

Peran serta masyarakat dalam pewaris-

an ilmu pengetahuan dan teknologi dapat kita

temukan dalam bentuk berikut ini.

a. Menjamurnya lembaga kursus keteram-

pilan di bidang penguasaan bahasa asing

dan teknologi yang diselenggarakan

masyarakat telah membuka kesempatan

bagi masyarakat luas untuk menguasai

pengetahuan dan teknologi melalui pendi-

dikan nonformal.

b. Tingginya kesadaran masyarakat akan

pentingnya pendidikan yang tampak pada

banyaknya animo masyarakat untuk

melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

3. Organisasi sosial

Di tengah kehidupan masyarakat tumbuh berbagai

macam organisasi sosial sebagai bentuk lembaga sosial. Lem-

baga sosial yang berperan penting dalam proses pewarisan

ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut.

a. Sekolah

Sekolah merupakan salah satu sarana sosialisasi yang

paling efektif bagi seorang individu. Melalui sekolah

seseorang akan belajar mengenal berbagai pengetahuan

dan keterampilan sebagai bekal hidupnya kelak. Melalui

sekolah terjadilah proses pewarisan ilmu pengetahuan dan

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 3.28

Besarnya animo masyarakat

memperebutkan kursi perguruan tinggi negeri

merupakan salah satu indikator tingginya kesadaran

masyarakat akan penguasaan iptek untuk menjawab

tantangan globalisasi.

Antropologi SMA Jilid 2

134

S

Gambar 3.29 Dewasa ini adalah era informasi.

Teknologi internet mampu menjadikan dunia

begitu sempit dan amat mudah terjangkau dalam

sekejap.

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,

2005

teknologi secara formal yang dibakukan sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

b. Perkumpulan atau asosiasi

Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan dari

sekelompok individu yang terikat satu sama lain oleh suatu

aturan untuk mencapai suatu kepentingan bersama.

Kepentingan tersebut berkaitan dengan bidang tertentu

yang menjadi tujuan dari dibentuknya perkumpulan tersebut.

Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

berlangsung dalam suatu asosiasi atau perkumpulan yang

berkaitan erat dengan pengetahuan dan teknologi tertentu.

Sebagai contoh perkumpulan sepak bola. Dalam perkum-

pulan tersebut seseorang akan memperoleh pengetahuan

yang tepat dalam bermain bola dan mampu menguasai

teknik bermain bola yang baik.

c. Lembaga-lembaga keterampilan

Lembaga-lembaga keterampilan merupakan jalur

pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pe-

merintah maupun oleh masyarakat. Berbagai bentuk kursus

keterampilan didirikan untuk mempercepat proses pe-

warisan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui jenjang

nonformal. Balai Latihan Kerja (BLK) yang dibentuk oleh

Departemen Tenaga Kerja, merupakan salah satu upaya

pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi

masyarakat dalam rangka pewarisan ilmu pengetahuan dan

teknologi, khususnya dalam bidang keterampilan.

4. Media massa

Media massa baik media cetak maupun elektronik, turut

ambil bagian dalam proses pewarisan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Perkembangan teknologi infor-

masi yang begitu pesat pada awal abad ke-

21 membuka peluang yang amat lebar bagi

segenap manusia untuk mengenal dan

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

secara cepat, mudah, dan murah. Misalnya

melalui internet, seseorang dapat meng-

akses berbagai informasi dan pengetahuan

dari berbagai tempat di dunia secara

langsung cukup di rumah atau tanpa banyak

mengeluarkan biaya. Demikian halnya

melalui surat kabar masyarakat dapat

memperoleh informasi dan pengetahuan

yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

MOTIVASI

Apa saja yang dapat Anda

lakukan di sekolah Anda

berkaitan dengan sekolah

sebagai sebuah lembaga

pendidikan yang sangat

efektif dalam proses

pewarisan IPTEK?

Tuangkan ide Anda secara

tertulis, lalu diskusikan

bersama kelompok belajar

Anda.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

135

D. Faktor Penghambat Perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

Pada saat sekarang perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sangat pesat. Hal itu tidak terlepas dari proses perkem-

bangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebelumnya. Perkem-

bangan tersebut terjadi karena manusia dengan kemampuan akal

yang dimilikinya berupaya untuk mengembangkan, menemukan,

dan mengadakan penelitian-penelitian di bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi. Upaya-upaya tersebut didasari oleh adanya keinginan

manusia untuk dapat memenuhi segala kebutuhan atau keinginan

hidupnya di segala bidang.

Adapun faktor-faktor yang menghambat proses pewarisan

ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai berikut.

1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbeda-

an persepsi dan sudut pandang

Salah satu hal yang mempercepat proses alih teknologi

adalah melalui pendidikan. Menyadarkan masyarakat akan

pentingnya pendidikan bukanlah hal yang mudah, meskipun

hasil pendidikan dapat dirasakan langsung. Adanya pemaham-

an yang salah bahwa pendidikan hanya untuk golongan tertentu

merupakan hambatan serius dalam membangkitkan semangat

belajar pada masyarakat. Usaha aktivis perempuan untuk

menuntut kesetaraan gender dalam berbagai bidang merupakan

salah satu upaya untuk memberantas hambatan budaya yang

berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan

yang menyimpang terhadap hak-hak perempuan. Masyarakat

tradisional Jawa, misalnya masih memiliki pandangan yang

kuat bahwa kaum perempuan tidak perlu menuntut ilmu terlalu

tinggi agar tidak melawan kodratnya sebagai perempuan.

2. Sikap tradisional yang berprasangka buruk

terhadap hal-hal baru

Pengalaman pahit masa penjajahan selama ratusan tahun

di bawah belenggu bangsa asing telah menimbulkan trauma

di kalangan masyarakat tradisional. Mereka cenderung

antipati terhadap hal-hal baru yang berbau asing. Menurut

pandangan masyarakat tradisional, kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi dari negara asing merupakan bentuk penjajahan

baru, maka harus dihindari. Sikap berprasangka buruk terhadap

hal-hal yang baru/asing ini sangat menghambat proses alih

teknologi. Kenyataannya, bangsa kita masih tertinggal jauh

dengan bangsa asing dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menjelaskan faktor

penghambat perkem-

bangan IPTEK.

Antropologi SMA Jilid 2

136

3. Sikap etnosentrisme

Sikap etnosentrisme adalah sikap mengagung-agungkan

kebudayaan sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain.

Sikap ini selain menunjukkan kesombongan diri sekaligus

merugikan diri sendiri. Sejarah membuktikan bahwa sifat

tertutup bangsa Cina dan Jepang di masa lampau telah meng-

akibatkan ketertinggalan mereka dengan bangsa-bangsa lain

yang telah maju. Kesadaran yang tepat dalam menanggapi

kelemahan diri membuat Cina dan Jepang membuka diri dan

akhirnya mampu mengejar ketinggalan dengan negara lain.

Bahkan kini Jepang berhasil muncul sebagai salah satu negara

maju di dunia. Bangga terhadap kebudayaan bangsa memang

wajib dimiliki oleh setiap komponen bangsa, tetapi janganlah

kebanggaan menjadi bumerang yang menyebabkan keterpuru-

kan bangsa akibat ketertinggalan dengan bangsa lain.

Menyadari bahwa setiap kebudayaan memiliki kelemahan dan

kelebihan merupakan sikap yang bijak dalam menanggapi

berbagai pengaruh kebudayaan asing. Hal-hal positif harus

kita serap dan kita kuasai, sedangkan hal-hal yang negatif

perlu dihindari.

4. Rendahnya etos kerja

Rendahnya etos kerja seseorang ditandai dengan sikap

mental yang menghambat

proses perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi antara lain sebagai berikut.

a. Sikap pasrah terhadap nasib

Adakalanya sikap pasrah memang diperlukan untuk

mengurangi tekanan jiwa dalam menghadapi suatu

permasalahan yang rumit dan datang bertubi-tubi. Namun

jika sikap pasrah menjadi suatu karakter, maka menye-

babkan orang akan enggan bekerja keras. Padahal tan-

tangan globalisasi menghendaki setiap orang mampu

bersaing secara sehat dan ini diperlukan usaha kerja keras.

Sikap pasrah akan menyebabkan manusia cepat merasa

puas dengan apa yang dimiliki. Sikap pasrah sering identik

dengan sikap malas. Jika hal ini menjangkiti setiap orang

maka tidak mengherankan jika dalam era perdagangan

bebas akan menjadi budak orang asing di negeri sendiri.

b. Sikap kurang disiplin

Budaya tidak tepat waktu atau jam karet merupakan

salah satu indikator ketidakdisiplinan seseorang dalam

menghargai waktu. Sikap tidak disiplin dalam penerapannya

merembet bukan hanya masalah ketidaktepatan waktu,

melainkan juga ketidaktekunan dalam mempelajari sesuatu

hal serta ketidakmampuan menggunakan waktu secara

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal,

Akademik, dan

Wawasan untuk

Mengatasi Tantangan)

Di era teknologi seperti

saat ini, kita dituntut untuk

mampu menyesuaikan de-

ngan perkembangan tek-

nologi yang ada. Zaman

makin lama makin maju,

sehingga kita harus mampu

menjawab tantangan yang

datang.

1. Apa yang harus Anda

lakukan terhadap per-

kembangan IPTEK

selama ini? Tentukan

sikap Anda.

2. Pandangan-pandangan

budaya yang bagai-

manakah yang harus

ditinggalkan?

Kumpulkan hasil kerja An-

da kepada bapak/ibu guru.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

137

efektif dan efisien. Kebiasaan remaja hanya menghabiskan

waktu di depan televisi atau bermain merupakan salah satu

contoh ketidakmampuan remaja memanfaatkan waktu

untuk hal-hal yang produktif misalnya untuk belajar.

Terbatasnya waktu belajar yang banyak tersita dengan

kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya rekreatif menunjukkan

ketidaktekunan seseorang dalam belajar. Dalam belajar

diperlukan waktu pembiasaan atau pelatihan untuk men-

capai suatu keberhasilan.

c. Ketidakmandirian

Naluri manusia sebagai mahkluk

sosial secara ekstrim menumbuhkan sikap

ketergantungan yang tinggi pada orang lain

sehingga menumbuhkan sikap tidak

mandiri. Ketergantungan suatu negara

terhadap negara lain merupakan dampak

dari ketidakmandirian penduduk di suatu

negara. Salah satu upaya untuk membentuk

kemandirian masyarakat suatu bangsa

adalah dengan alih teknologi, berusaha

menguasai teknologi dari negara maju,

sehingga sejajar dengan negara maju.

E. Menghargai Hasil Karya Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

1. Peranan IPTEK dalam penyebaran bahasa lokal

Menurut Astrid Susanto, pakar Komunikasi Sosial me-

nyatakan bahwa bahasa adalah suatu alat untuk menyampaikan

pikiran dan alat kontak sosial. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pengertian bahasa adalah sistem perlambang bunyi

yang berartikulasi yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk

melahirkan perasaan dan pikiran manusia.

Salah satu keunikan bahasa adalah perlambang bunyi

yang berartikulasi tersebut dikombinasikan sedemikian rupa,

sehingga menjadi satuan-satuan kata yang bermakna. Satuan-

satuan kata itu kemudian dikonstruksikan dalam satuan kalimat

sebagai pesan atau pernyataan yang utuh dalam konteks

komunikasi sosial.

Sebagai salah satu unsur sistem sosial budaya, bahasa

memiliki berbagai fungsi dan karakteristik yang sejalan dengan

perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Bahasa

berfungsi sebagai alat komunikasi, sosialisasi, artikulasi, dan

berbagai kegiatan sosial lainnya.

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk Pelajar,

2005

S

Gambar 3.30

Etos kerja yang rendah merupakan

salah satu faktor penghambat perkembangan

IPTEK.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menghargai hasil karya

ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Antropologi SMA Jilid 2

138

Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki

karakteristik bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan

mereka sehari-hari. Dalam hal ini dikenal adanya istilah

bahasa

ibu

, yaitu bahasa yang dipelajari semenjak masa bayi dan

diperoleh dari lingkungan keluarga tempat ia berasal. Bahasa

ibu merupakan bentuk bahasa daerah yang menjadi ciri khas

suatu suku bangsa. Indonesia merupakan negara kepulauan

yang terdiri atas ribuan pulau yang dihuni masyarakat yang

multikultural. Berbagai suku bangsa dengan bahasa daerah

yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan masyarakat Indo-

nesia yang dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Bahasa In-

donesia sebagai suatu bahasa muda memiliki banyak

kelemahan di antaranya kesukaran untuk menemukan padanan

kata yang tepat dalam mengungkapkan apa yang tersirat di

dalam lubuk hati maupun pikiran seseorang. Karena itulah

keberadaan bahasa daerah atau bahasa lokal sebagai bahasa

ibu memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Banyak kosakata

dalam bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa daerah atau

bahasa lokal.

Pengadopsian kata-kata dari bahasa lokal untuk diangkat

ke dalam kosakata bahasa Indonesia didasarkan pada berbagai

pertimbangan. Salah satunya adalah faktor penyebaran bahasa

lokal tersebut yang sedemikian luas sehingga mudah dikenali

dan dijumpai di berbagai daerah.

Menentukan luas batas daerah persebaran bahasa lokal

memang bukanlah hal yang mudah. Itu disebabkan antara

terjadi hubungan yang sangat intensif, sehingga terjadi proses

saling memengaruhi antara unsur-unsur bahasa dari kedua

belah pihak.

Di samping itu, bahasa dari suatu suku bangsa terutama

suatu suku bangsa yang besar selalu menunjukkan variasi yang

ditentukan oleh perbedaan daerah secara geografis maupun

oleh lapisan serta lingkungan sosial dalam masyarakat suku

bangsa tersebut.

Misal: Bahasa Jawa yang dipakai orang Solo berbeda dengan

yang dipakai orang Brebes maupun orang Surabaya.

Perbedaan-perbedaan bahasa khusus seperti itu, oleh ahli

bahasa disebut sebagai perbedaan

logat

atau

dialek

.

Faktor- faktor yang memengaruhi persebaran bahasa lokal

sebagai berikut.

a. Persebaran penduduk pemakai bahasa lokal

Pelaksanaan program transmigrasi merupakan salah

satu faktor pendukung terjadinya proses persebaran bahasa

Praktik Antropologi

(Apresiasi terhadap

Keanekaragaman

Budaya)

Cobalah Anda temukan

kata-kata dalam bahasa In-

donesia yang diambil dari

bahasa lokal. Kemukakan

temuan Anda dalam diskusi

kelas.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

139

lokal dari satu pulau ke pulau lain. Di mana warga trans-

migran di daerah transmigrasi tetap menggunakan bahasa

lokal asal mereka sebagai sarana komunikasi lisan dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga di tempat mereka yang

baru bahasa lokal tetap terpelihara. Dalam pergaulan an-

tara warga transmigran dengan warga pribumi terjadilah

proses difusi. Proses difusi, yaitu penyebaran kebudayaan

dari warga transmigran yang sedikit demi sedikit akan

berpengaruh terhadap kebudayaan warga pribumi, ataupun

sebaliknya. Oleh karena itu, lama-kelamaan akan terjadi

akulturasi antara kebudayaan warga transmigran (penda-

tang) dengan kebudayaan warga pribumi. Termasuk di

dalamnya mengenai bahasa yang dipergunakan dalam

komunikasi menunjukkan adanya perubahan yang meng-

arah pada penyesuaian antara bahasa lokal warga trans-

migran dengan bahasa lokal warga pribumi. Misal: bahasa

Jawa yang dipergunakan di daerah transmigran di Sumatra

dalam beberapa hal berbeda dengan bahasa Jawa yang

dipergunakan masyarakat Jawa di daerah Jawa Tengah

atau Jawa Timur tempat para transmigran itu berasal.

b. Pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi

Kemajuan iptek terutama yang berkaitan dengan

teknologi informatika, dapat dipergunakan sebagai media

untuk persebaran bahasa lokal. Penggunaan media massa,

baik media cetak maupun media elektronik merupakan

sarana yang paling ampuh untuk memperkenalkan ragam

bahasa lokal kepada masyarakat di luar daerah tempat

bahasa tersebut berasal. Sekarang ini orang bisa mengakses

berita yang dikemas dalam bahasa lokal tertentu melalui

situs internet.

Pada hakikatnya proses persebaran bahasa lokal sangat

erat kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hal itu nampak pada daerah-daerah yang terisolasi

dari luar yang sekaligus menunjukkan keterlambatan per-

kembangan iptek. Oleh karena itu, bahasa lokal hanya berlaku

di daerah tersebut, karena tidak ada akses yang memung-

kinkan terjadinya proses persebaran bahasa lokal ke luar

daerah. Berbeda dengan daerah-daerah yang perkembangan

ipteknya relatif lebih maju. Hal itu ditandai dengan makin

mudahnya akses yang menghubungkan daerah tersebut dengan

daerah lainnya. Persebaran bahasa lokal pun makin terbuka

seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk.

Antropologi SMA Jilid 2

140

2. Menghargai hasil karya iptek

Ibaratnya pisau bermata dua demikianlah hasil-hasil iptek.

Jika pemakaiannya tidak dilandasi kebijaksanaan/kearifan, hal-

hal yang seharusnya bermanfaat justru akan menjadi boomer-

ang yang mematikan. Demikian halnya dengan iptek. Berbagai

bentuk peralatan yang serba canggih dan modern berhasil

diciptakan pada saat ini. Di satu sisi dapat bermanfaat sebagai

sarana untuk memudahkan manusia mencapai kesejahteraan.

Namun jika keliru dalam menyikapinya, maka hasil iptek justru

akan membawa bencana yang bukan hanya merusak diri

sendiri melainkan juga dapat memusnahkan manusia dan

peradabannya.

Tarik ulur penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi

alternatif merupakan contoh konkret tentang bentuk kekha-

watiran manusia akan kemungkinan penyalahgunaan iptek.

Nuklir jika dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab akan

berguna bagi pemenuhan kebutuhan energi. Namun jika energi

nuklir dipergunakan sebagai persenjataan, maka merupakan

sarana paling ampuh dalam menghancurkan bahkan memus-

nahkan segala bentuk kehidupan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyikapi hasil-hasil

iptek sebagai berikut.

1. Memanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

Dewasa ini banyak orang tua yang mengeluh karena

anak-anaknya betah berada di depan televisi. Kondisi ini

menunjukkan bahwa keberadaan televisi sebagai sarana

hiburan sudah berubah fungsi menjadi sarana pemasungan

bagi aktivitas anak. Hal ini dikarenakan orang tua kurang

mampu mengarahkan kepada anak bahwa manusia mem-

punyai banyak kebutuhan, dan hiburan hanya merupakan

bagian kecil dari kebutuhan itu.

2. Memerhatikan lingkungan se-

bagai bentuk sistem yang saling

ketergantungan,

sehingga perlu

diupayakan adanya unsur ke-

seimbangan

Pemakaian bahan-bahan kimia

dalam proses produksi menggantikan

bahan alami merupakan salah satu

bentuk kemajuan iptek yang bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan

manusia dalam hal pemenuhan ke-

butuhan material. Namun jika penggu-

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 3.31

Plastik merupakan bahan kimia yang

tidak bisa hancur secara alamiah. Jika tidak dilakukan daur

ulang maka dunia ini akan penuh sampah plastik.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

141

naannya tidak mempertimbangkan keadaan lingkungan seki-

tarnya, maka pemakaian bahan-bahan kimia tersebut akan

menghasilkan pencemaran yang membahayakan kelestarian

lingkungan.

3. Tetap berlandaskan pada pandangan hidup bangsa

Kemajuan teknologi terutama teknologi informatika

dewasa ini sangatlah pesat. Orang dengan mudah dapat

mengakses berita dari berbagai penjuru dunia secara cepat

melalui jasa layanan internet. Hal yang perlu disadari adalah

bahwa tidak semua informasi yang ada sesuai dengan nilai-

nilai dan norma kebudayaan kita. Pemanfaatan informasi yang

tidak sesuai dengan pola kebudayaan yang kita miliki akan

merapuhkan sendi-sendi kebudayaan bangsa yang pada

akhirnya akan menghancurkan kehidupan bangsa itu sendiri.

Era globalisasi memang memaksa manusia secara individual

maupun bersama-sama agar mengikuti perkembangan dunia.

Namun bukan berarti kita akan melepaskan diri dari kebu-

dayaan asli yang merupakan identitas bangsa. Kita harus

mampu memilih dan memilah mana yang sesuai dan mana

yang tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa kita, yaitu

Pancasila.

RANGKUMAN

x

Ilmu pengetahuan dan teknologi meru-

pakan bagian dari unsur-unsur kebuda-

yaan universal.

x

Ruang lingkup pengetahuan suatu suku

bangsa berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut.

1. Alam sekitarnya.

2. Alam flora di daerah tempat ting-

galnya.

3. Alam fauna di daerah tempat ting-

galnya.

4. Zat-zat, bahan mentah, dan benda-

benda dalam lingkungannya.

5. Tubuh manusia.

6. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama

manusia.

7. Ruang dan waktu.

x

Teknologi muncul dalam bentuk:

– cara-cara manusia melaksanakan

mata pencaharian hidup;

– cara-cara manusia mengorganisasi

masyarakat;

– cara-cara manusia mengekspresi-

kan rasa keindahan dalam mempro-

duksi hasil-hasil kesenian.

x

Perkembangan teknologi berawal dari

teknologi tradisional. Teknologi tradisio-

nal berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut.

1. Alat-alat produktif.

2. Senjata.

3. Wadah.

4. Alat-alat menyalakan api.

5. Makanan, minuman, dan jamu- ja-

muan.

Antropologi SMA Jilid 2

142

UMPAN BALIK

Coba Anda diskusikan kembali materi bab ini dengan baik,

agar Anda menguasai dan paham tentang:

1. perkembangan IPTEK;

2. pengaruh IPTEK;

3. proses pewarisan IPTEK;

4. faktor penghambat perkembangan IPTEK;

5. peranan IPTEK dalam penyebaran bahasa lokal.

Apabila ada materi yang belum Anda kuasai, tanyakan

kepada teman atau bapak/ibu guru. Sesudah paham materi pada

bab ini, pelajarilah bab berikutnya pada buku ini.

UJI KOMPETENSI

Coba kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.

A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.

6. Pakaian dan perhiasan.

7. Tempat berlindung dan perumahan.

8. Alat-alat transportasi.

x

Pesatnya perkembangan ilmu pengeta-

huan dan teknologi dari waktu ke waktu

diikuti dengan ditemukannya berbagai

teknologi canggih. Penemuan teknologi

canggih telah mengakibatkan perubah-

an pola kebudayaan manusia dalam

berbagai segi.

x

Proses pewarisan ilmu pengetahuan dan

teknologi dari generasi ke generasi beri-

kutnya dilakukan melalui media: ke-

luarga, masyarakat, organisasi sosial,

dan media massa.

x

Faktor-faktor yang menghambat per-

kembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagai berikut.

1. Adanya hambatan budaya berupa

perbedaan persepsi dan sudut pan-

dang.

2. Sikap tradisional yang berprasangka

buruk terhadap segala sesuatu yang

baru/berasal dari luar masyarakat-

nya.

3. Sikap etnosentrisme.

4. Rendahnya etos kerja.

1. Kemampuan nenek moyang kita me-

ngarungi samudra dengan peralatan yang

sangat sederhana menunjukkan bahwa

mereka telah mengenal sistem penge-

tahuan yang berkaitan dengan ....

a. ruang dan waktu

b. alam flora di sekitarnya

c. sifat dan perilaku sesama manusia

d. alam sekitarnya

e. benda-benda di sekitarnya

2. Kemampuan petani mengantisipasi ta-

namannya agar terhindar dari serangan

hama, merupakan bentuk penerapan

pengetahuan yang berkaitan dengan ....

a. tubuh manusia

b. alam fauna sekitarnya

c. ruang dan waktu

d. alam flora di sekitarnya

e. zat yang berguna atau tidak

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kehidupan Manusia

143

3. Munculnya dukun pada kehidupan ma-

nusia purba sebagai sosok yang mampu

menyembuhkan berbagai penyakit,

merupakan bentuk perwujudan adanya

penerapan pengetahuan terhadap ....

a. zat- zat yang bermanfaat atau tidak

b. jalinan interaksi sosial

c. alam flora di sekitarnya

d. alam sekitarnya

e. tubuh manusia

4. Bangsa Yunani Kuno telah mengenal

perhitungan kalender berdasarkan

peredaran matahari, padahal mereka

sama sekali belum memiliki peralatan

yang memadai. Hal itu menunjukkan

bahwa mereka telah mengenal sistem

pengetahuan yang berkaitan dengan ....

a. ruang dan waktu

b. benda-benda di sekitarnya

c. tubuh manusia

d. alam flora dan fauna

e. interaksi sosial

5. Bangsa Indonesia pada masa Mataram

Kuno berhasil membangun Candi Boro-

budur yang sangat monumental. Hal itu

menunjukkan bahwa nenek moyang

bangsa Indonesia telah memiliki sistem

pengetahuan yang berkaitan dengan ....

a. lingkungan alam sekitarnya

b. alam flora dan fauna

c. zat-zat dan bahan mentah

d. hubungan antarsesama manusia

e. ruang dan waktu

6. Prinsip

moccasin

merupakan bentuk

teknologi purba yang berkaitan dengan

peralatan ....

a. sepatu

b. tempat berlindung

c. senjata

d. makanan

e. wadah

7.

Surfice dwelling

dan

pile dwelling

me-

rupakan sebutan bentuk-bentuk pokok

dari teknologi ....

a. persenjataan

b. tempat berlindung

c. pakaian dan perlengkapannya

d. upacara ritual

e. alat-alat transportasi

8.

Pressure flaking

merupakan salah satu

tehnik pembuatan alat-alat produktif

dengan cara ....

a. pemecahan

b. pemukulan

c. pembentukan kembali

d. penggilingan

e. penekanan

9. Penemuan mesin uap oleh James Watt

pada tahun 1763 merupakan bentuk ....

a. discovery

b. evolusi

c. invention

d. revolusi

e. akulturasi

10. Salah satu faktor yang menghambat

proses perkembangan iptek di tengah

kehidupan masyarakat adalah ....

a. etnosentrisme

b. inovasi

c. akulturasi

d. modernisasi

e. sinkretisme

B . Jawablah soal berikut dengan jawaban yang tepat.

1. Bagaimanakah pengaruh iptek terhadap

persebaran bahasa lokal? Uraikan

pendapat Anda.

2. Bagaimanakah peranan keluarga dalam

proses pewarisan iptek? Uraikan pen-

dapat Anda.

3. Bagaimanakah teknik pembuatan alat-

alat dari logam pada masa kehidupan

manusia purba? Bandingkan dengan

teknik pembuatan pada masa sekarang.

Antropologi SMA Jilid 2

144

4. Sebutkan bidang yang termasuk dalam

teknologi tradisional masyarakat pede-

saan. Jelaskan pendapat Anda.

5. Berkaitan dengan apakah sistem penge-

tahuan yang dikuasai nenek moyang kita

pada masa lampau? Mengapa demikian?

Uraikan pendapat Anda.

STUDI KASUS

Lagi, Bocah Menjadi Korban Smack Down

BANDUNG

-Tayangan

smack

down

kembali memakan korban. Dua

siswa SDN Babakan Surabaya mengalami

memar di kaki, tangan, leher, dan kemaluan

setelah

di-smack down

tiga rekannya

kemarin.

Kedua korban itu adalah Ahmad Fir-

daus, 9, dan Angga Rakasiwi, 10, penduduk

Gang Desa, Jalan Kiaracondong, Bandung.

Oleh pihak sekolah, Ahmad Firdaus dibawa

ke Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk

mendapatkan pertolongan pertama.

Angga Rakasiwi yang menderita luka

di pelipis kanan lantaran dibenturkan ke

tembok oleh rekannya terpaksa dilarikan

ke rumah sakit. Siswa kelas V SDN Ba-

bakan Surabaya itu harus mendapat lima

jahitan.

Kapolresta Bandung Tengah AKBP

Mashudi menyatakan, pihaknya hanya bisa

mengimbau agar sekolah, baik SD maupun

SMP, melarang murid-muridnya melakukan

smack down.

Sebab, perkelahian yang

meniru tontonan di televisi tersebut berba-

haya. “Hingga saat ini, kami belum

menerima laporan resmi terkait aksi

smack

down

yang dilakukan anak-anak. Tapi,

kami mendengar ada korban

smack down

di SDN Babakan Surabaya, Kiara-

condong,” kata Mashudi. Sikap Lativi yang

keukeuh

(ngotot) menayangkan

smack

down

membuat geram pihak Komisi

Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa

Barat. Mereka siap menuntut dan me-

nempuh jalur hukum untuk mendesak agar

stasiun televisi swasta itu menghentikan

tayangan gulat profesional yang telah

merenggut nyawa siswa kelas tiga SD di

Kabupaten Bandung.

“Kami berencana menuntut pihak

Lativi

apabila tidak ada itikad baik untuk

menghentikan acara tersebut,” tegas

Ketua KPID Jabar Dadang Rahmat

Hidayat setelah menerima pihak

Lativi

di

kantornya, Jalan Diponegoro.

Sumber:

Jawa Pos

, 2006

Bacalah contoh kasus pada kutipan artikel di atas.

Kemajuan IPTEK telah menimbulkan dampak positif dan negatif.

Berikan komentar, pendapat, atau saran Anda mengenai pengaruh

kemajuan teknologi informasi terhadap pola perilaku generasi muda

dan perkembangan kebudayaan nasional.

Kehidupan manusia purba dan kebuda-

yaannya dapat diketahui oleh para ahli pur-

bakala melalui penelitiannya terhadap fosil-

fosil manusia purba yang berhasil ditemukan.

Hingga saat ini penelitian tentang kehidupan

manusia yang berkaitan dengan perkembang-

an kebudayaannya masih terus dilakukan.

Penelitian kebudayaan manusia bukan hanya

BAB 4

STUDI ETNOGRAFI

Tujuan pembelajaran Anda pada bab ini adalah:

x

dapat menjelaskan pengertian etnografi;

x

dapat menjelaskan cara melakukan studi etnografi;

x

dapat melakukan penelitian etnografi tentang persebaran

bahasa lokal;

x

dapat membuat format laporan hasil penelitian.

Kata-Kata Kunci

x

Etnografi

x

Penelitian

Sumber:

Ensiklopedi Nasional Indonesia,

1997

bisa dilakukan oleh para ahli purbakala atau

ahli sejarah, setiap orang yang mempunyai

minat terhadap kebudayaan masyarakat di

sekitarnya pun bisa melakukannya. Tak ter-

kecuali para siswa SMA.

Agar Anda lebih paham dan mengerti

mengenai studi etnografi, pelajarilah materi

pada bab ini dengan baik.

Antropologi SMA Jilid 2

146

Studi Etnografi

147

Kebudayaan merupakan sesuatu yang dinamis, selalu berkem-

bang seiring dengan pola perilaku manusia yang terus menerus

berubah. Perubahan-perubahan perilaku manusia, baik disengaja

atau tidak, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek

kehidupan manusia termasuk didalamnya adalah kebudayaan

manusia itu sendiri.

Jika kita renungkan sejenak mengenai bagaimana potret

kehidupan masyarakat Indonesia pada masa lampau, sepuluh tahun

yang lalu misalnya, tentu sangat berbeda dengan pola kehidupan

yang sekarang, bukan? Coba Anda teliti kira-kira apakah yang

berubah pada kehidupan masyarakat di sekitar Anda selama

sepuluh tahun terakhir?

Sebagai contoh, mungkin sepuluh tahun yang lalu alat

komunikasi yang dipergunakan masyarakat di sekitarmu tidak

seperti yang sekarang? Mungkin juga, alat transportasi yang

menjadi andalan masyarakat luas sepuluh tahun yang lalu berbeda

dengan yang sekarang, ataupun sistem pemerintahan yang

diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat sepuluh tahun yang

lalu berbeda dengan sekarang, dan seterusnya.

Dari perbedaan-perbedaan tersebut, pada hakikatnya telah

menunjukkan terjadinya perubahan kebudayaan. Pengamatan yang

kita lakukan untuk membandingkan kondisi kebudayaan masyarakat

di sekitar kita sepuluh tahun yang lalu dengan kebudayaan

masyarakat yang sekarang merupakan contoh dari penelitian

sederhana yang berkaitan dengan kebudayaan manusia.

Nah, tidak sulit kiranya bagi para siswa SMA untuk melakukan

penelitian yang berkaitan dengan kebudayaan. Hasil penelitian

tersebut, jika dituangkan dalam bentuk karangan atau uraian

merupakan deskripsi mengenai kebudayaan masyarakat yang

disebut

etnografi

.

A. Pengertian Etnografi

Istilah etnografi berasal dari kata

ethnos

yang berarti bangsa

dan

graphy

yang berarti tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalah

deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa pendapat ahli antropo-

logi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.

1.

Menurut pendapat

Spradley

dalam Yad Mulyadi (1999),

etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu

kebudayaan.

2.

Menurut pendapat

Spindler

dalam Yad Mulyadi (1999),

etnografi adalah kegiatan antropologi di lapangan.

3.

Menurut pendapat

Koentjaraningrat

(1985), isi karangan

etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu

suku bangsa.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menjelaskan pengerti-

an etnografi.

Antropologi SMA Jilid 2

148

B. Studi Etnografi

Cara untuk melakukan studi tentang etnografi, bukanlah hal

yang mudah karena berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan yang

dilakukan oleh anggota suatu suku bangsa. Padahal ada suku bangsa

yang anggotanya sangat banyak bahkan mencapai jutaan pendu-

duk. Oleh karena itu, seorang ahli antropologi yang menulis tentang

sebuah etnografi tentu tidak mampu mencakup keseluruhan pen-

duduk anggota dari suku bangsa yang besar tersebut dalam des-

kripsinya.

Dalam penulisan etnografi, pada umumnya seorang peneliti

membatasi objek penelitian dengan mengambil salah satu unsur

kebudayaan yang diteliti pada sekelompok masyarakat tertentu.

Misal: meneliti sistem kesenian tradisional masyarakat daerah

tertentu, meneliti tentang macam-macam upacara adat yang

berkembang dalam masyarakat di suatu daerah.

Jika daerah yang dijadikan objek pengamatan terlalu luas pada

umumnya peneliti membatasi dengan mengambil bagian kecil dari

daerah tersebut yang dianggap dapat mewakili keadaan di seluruh

daerah pengamatan. Misal: untuk mengamati adat istiadat masya-

rakat suku Jawa diambil daerah penelitian pada masyarakat pe-

desaan di wilayah Kabupaten Klaten – Surakarta yang dianggap

dapat mewakili keseluruhan perilaku khas orang Jawa.

Pada zaman sekarang memang tidak mudah untuk mem-

peroleh daerah yang penduduknya hanya dihuni oleh suku bangsa

asli, apalagi jika penelitian dilakukan di kota besar atau desa yang

memungkinkan hadirnya kaum pendatang menetap di daerah

tersebut.

Dalam penyusunan sebuah karangan etnografi, kita dapat meng-

gunakan tahapan sebagai berikut.

1. Pemilihan lokasi penelitian

Menurut

J.A. Clifton

dalam bukunya yang berjudul

In-

troduction to Cultural Anthropology

, batasan lokasi yang

akan dipergunakan sebagai penelitian sebagai berikut.

a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau

lebih.

b. Kesatuan masyarakat yang terdiri atas penduduk yang

mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa yang

sama.

c Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu

daerah politik-administratif.

d. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa

identitas penduduknya sendiri.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

menjelaskan cara mela-

kukan studi etnografi.

Studi Etnografi

149

e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah

geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik.

f. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan

ekologi.

g. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami

satu pengalaman sejarah yang sama.

h. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi

interaksinya satu dan lainnya merata tinggi.

i. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam

atau homogen.

Dalam karangan etnografi, lokasi pe-nelitian yang telah

ditentukan perlu di deskripsikan. Deskripsi lokasi penelitian

mengenai hal-hal berikut.

a . Ciri-ciri geografis, yaitu mengenai iklim (misal: tropis,

sedang, mediteran, dan kutub), sifat daerah (misal:

pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi,

kepulauan, rawa-rawa, hutan tropikal, sabana, stepa,

gurun, dan sebagainya), keadaan suhu rata-rata dan

curah hujan.

b. Ciri-ciri geologi dan geomorfologi yang berkaitan

dengan kondisi tanah.

c. Keadaan flora dan fauna.

d. Data demografi yang berkaitan dengan kependu-

dukan. Misalnya mengenai: data jumlah penduduk,

jenis kelamin, laju natalitas, mortalitas, dan data

mengenai migrasi atau mobilitas penduduk.

e. Catatan tentang asal mula sejarah terbentuknya suku

bangsa (penduduk di lokasi pengamatan tersebut).

Untuk melengkapi deskripsi mengenai lokasi penelitian

perlu dilengkapi dengan peta-peta yang memenuhi syarat

ilmiah. Peta-peta tersebut melukiskan keadaan lokasi pe-

nelitian.

2 . Menyusun kerangka etnografi

Setelah lokasi ditetapkan, maka langkah berikutnya

adalah menentukan bahan mengenai kesatuan kebudayaan

suku bangsa di lokasi yang dipilih tersebut. Hal itu merupakan

kerangka etnografi.

Penelitian etnografi merupakan penelitian yang bersifat

holistik

atau menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak

hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau

beberapa variabel tertentu saja. Hal itu didasarkan pada

pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem

yang terdiri atas bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Sumber:

http://images.google.co.id.

S

Gambar 4.1

Seorang antropolog

sedang mengadakan penelitian.

Antropologi SMA Jilid 2

150

Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapat

dijadikan sebagai kerangka etnografi sebagai berikut.

a. Bahasa.

e. Sistem pengetahuan.

b. Sistem teknologi.

f. Kesenian.

c. Sistem ekonomi.

g. Sistem religi.

d. Organisasi sosial.

Keseluruhan unsur-unsur di atas bersifat universal, artinya

semua kebudayaan suku bangsa pasti terdapat unsur-unsur

tersebut. Mengenai urutan mana yang menjadi prioritas

penelitian dari keseluruhan unsur kebudayaan tersebut

bergantung sepenuhnya kepada peneliti. Namun, sistem urutan

yang biasa dipergunakan dalam studi etnografi diawali dari

hal-hal yang bersifat konkret menuju ke hal-hal yang paling

abstrak. Dalam hal ini unsur bahasa merupakan salah satu

unsur kebudayaan yang paling konkret, karena hal pertama

yang kita jumpai dalam penelitian terhadap penduduk di suatu

daerah adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan sehari-

hari. Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan

bahasa isyarat saat pertama bertemu dengan orang asing. Hal

yang lazim dilakukan oleh orang saat pertama bertemu dengan

orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi

dengan bahasa lisan yang biasa ia gunakan.

Dengan mengamati interaksi sesama penduduk, dapat

ditemukan jenis bahasa lokal yang mereka gunakan sebagai

komunikasi lisan sehari-hari. Dengan menjumpai pemakaian

bahasa ini, peneliti dapat menganalisis tentang kedudukan

bahasa lokal dikaitkan dengan bahasa resmi yang diperguna-

kan sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi lisan antar-

penduduk suku bangsa yang berbeda.

Dengan mengamati sistem teknologi yang berkembang

di dalam kehidupan penduduk, peneliti dapat memfokuskan

perhatiannya kepada benda-benda kebudayaan dan alat-alat

kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret. Berkaitan dengan

sistem ekonomi yang menjadi perhatian dalam penulisan

etnografi, hal yang perlu mendapatkan perhatian dari peneliti

adalah jenis mata pencaharian utama yang dilakukan penduduk

dalam upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Unsur kebudayaan menyangkut tentang organisasi sosial.

Unsur kebudayaan sebagai bahan deskripsi kebudayaan,

antara lain berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut,

sistem pemerintahan, pembagian kerja, ataupun aktivitas sosial

yang sifatnya kolektif dan mencerminkan suatu birokrasi.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik)

Kunjungilah perpus-

takaan di sekolah Anda

atau di sekitar daerah

Anda. Bacalah buku-

buku penelitian menge-

nai kebudayaan yang

ada di Indonesia.

Buatlah rangkuman

mengenai pelaksana-

an penelitian etnografi.

Kumpulkan hasil kerja

Anda kepada bapak/ibu

guru.

Studi Etnografi

151

Penulisan deskripsi kebudayaan yang menyangkut sistem

pengetahuan adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya

penduduk untuk mempertahankan dan mengembangkan

kebudayaannya, termasuk dalam hal ini adalah bagaimana

penduduk berupaya melakukan adaptasi terhadap lingkungan

alam sekitarnya. Sebagai contoh, untuk meningkatkan produksi

pertanian, penduduk mengembangkan sistem pertanian

hidrophonik dengan memanfaatkan setiap jengkal tempat yang

kosong untuk ditanami sayuran atau pun buah-buahan di dalam

pot tanpa menggantungkan tersedianya lahan pertanian yang

luas.

Deskripsi tentang sistem kesenian yang ada dalam

kehidupan masyarakat mencakup tentang berbagai bidang seni

yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa

tersebut. Bidang seni yang menunjukkan identitas khas

masyarakat/suku bangsa, antara lain seni bangunan, seni lukis,

seni tari, seni musik tradisional, dan seni vokal.

Deskripsi tentang sistem religi yang dianut masyarakat/

suku bangsa di daerah penelitian berkaitan dengan keperca-

yaan, gagasan, ataupun keyakinan-keyakinan yang berkem-

bang di dalam kehidupan masyarakat/suku bangsa tersebut.

Oleh karena itu, peneliti harus tanggap terhadap unsur dalam

sistem religi tersebut.

3. Menentukan metodologi penelitian

Studi etnografi tidak terlepas dari teknik yang dipergu-

nakan dalam melaksanakan penelitian etnografi, karena

etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara

teoritis. Oleh karena itu, seorang peneliti di lapangan terlebih

dahulu harus menguasai metode-metode yang terkait dengan

kegiatan penelitiannya.

Banyak metode yang dapat dipilih dalam melaksanakan

studi etnografi. Metode yang paling tepat digunakan, antara

lain

metode observasi

dan

metode interview

.

a. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu

metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam arti

sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-

fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi meru-

pakan proses yang kompleks dan tersusun dari berbagai

proses biologis maupun psikologis. Dalam metode obser-

vasi yang terpenting adalah proses

pengamatan

dan

ingatan

.

Antropologi SMA Jilid 2

152

Kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi

dalam proses pengamatan dapat diatasi dengan cara seba-

gai berikut.

1) Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat

melihat objek yang komplek dari berbagai segi secara

berulang-ulang.

2) Menggunakan orang ( petugas pengamat/

observers

)

yang lebih banyak untuk melihat objeknya dari segi-

segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil penyeli-

dikan mereka agar diperoleh gambaran tentang kese-

luruhan objeknya.

3) Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam

jangka waktu yang terbatas dapat disoroti objek-objek

itu dari segi-segi yang berbeda-beda oleh penyelidik

yang terbatas jumlahnya.

Untuk mengatasi keterbatasan ingatan dalam proses

observasi dapat diantisipasi dengan cara sebagai berikut.

1) Mengadakan pencatatan biasa atau dengan mengguna-

kan

check list

.

2) Menggunakan alat-alat mekanik (

mechanical device

)

seperti tape recorder, kamera, dan video. Alat-alat ter-

sebut berfungsi mengabadikan fenomena yang sedang

diamati.

3) Menggunakan lebih banyak observers.

4) Memusatkan perhatian pada data yang relevan.

5) Mengklasifikasikan gejala-gejala secara tepat.

6) Menambah bahan apersepsi tentang objek yang akan

diamati.

Menurut

Rummel

, beberapa petunjuk yang dapat diikuti

dalam melaksanakan observasi sebagai berikut.

1) Terlebih dahulu mencari informasi mengenai hal-hal

yang akan diamati.

2) Tetapkan tujuan- tujuan umum dan tujuan-tujuan khusus

yang akan dicapai melalui observasi tersebut.

3) Tetapkan suatu cara tertentu untuk mencatat hasil-hasil

observasi.

4) Lakukan pembatasan terhadap macam-macam tingkat

kategori yang akan dipergunakan.

5) Lakukan observasi secermat-cermatnya.

6) Catatlah setiap gejala yang muncul secara terpisah.

7) Pelajarilah secara baik dan kuasai cara pemakaian alat-

alat pencatatan dan tata cara mencatat hasil peng-

amatan sebelum melakukan observasi.

Cakrawala Budaya

Etnografi bisa diartikan

sebagai deskripsi ter-

tulis dan analisis ten-

tang suatu kebudayaan

yang didapatkan me-

lalui kerja lapangan

(

fieldwork

) seorang

antropolog.

Studi Etnografi

153

Menurut

Jehoda

, observasi menjadi alat penelitian ilmiah,

apabila:

1) mengabdi kepada tujuan-tujuan penelitian yang telah

dirumuskan,

2) direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara

tidak teratur,

3) dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan

proposisi-proposisi yang lebih umum, dan tidak hanya

dilaksanakan untuk memenuhi rasa ingin tahu saja, dan

4) dapat dicheck dan dikontrol validitas, reliabilitas, dan

ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya.

Menurut

Good

, observasi dalam metodologi penelitian

mengandung enam ciri sebagai berikut.

1) Obervasi memiliki arah yang khusus.

2) Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah siste-

matik.

3) Observasi bersifat kuantitatif.

4) Observasi mengadakan pencatatan dengan segera.

5) Observasi menuntut adanya keahlian.

6) Hasil-hasil observasi dapat dicheck dan dibuktikan

untuk menjamin reliabilitas dan validitasnya.

Untuk melaksanakan metode observasi, peneliti dapat

memilih teknik-teknik observasi yang tepat sesuai dengan

situasi dan kondisi. Adapun teknik observasi yang dapat

dipilih, antara lain:

1) observasi partisipan - observasi nonpartisipan;

2) observasi sistematik - observasi nonsistematik;

3) observasi eksperimental - observasi noneksperimental.

Untuk memahami, marilah kita pelajari satu persatu:

1) Observasi Partisipan - Observasi Nonpartisipan

Observasi partisipan pada umumnya diperguna-

kan dalam penelitian yang sifatnya

eksploratif

, ter-

masuk dalam menyusun karangan etnografi. Observasi

partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana

observers atau orang yang melakukan observasi turut

ambil bagian dalam kehidupan masyarakat yang diob-

servasi. Sebagai contoh, untuk meneliti pola kehidupan

kaum gelandangan maka observers turut membaur da-

lam kehidupan para gelandangan tersebut.

Dalam menggunakan teknik observasi partisipan ini,

seorang observers perlu memerhatikan masalah-masa-

lah sebagai berikut.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik)

Kunjungilah perpustakaan

di sekolahmu. Bacalah bu-

ku-buku mengenai metode

observasi. Catatlah meto-

de-metode yang dikemu-

kakan oleh para ahli. La-

porkan hasilnya di depan

kelas.

Antropologi SMA Jilid 2

154

a) Materi apa saja yang akan diobservasi. Untuk

keperluan ini, observers dapat menyiapkan daftar

mengenai hal-hal yang akan diamati.

b) Waktu dan bentuk pencatatan. Saat pencatatan

yang terbaik adalah model "

on the spot

", yaitu

melakukan pencatatan segera saat pengamatan

berlangsung. Tiap pencatatan dapat dilakukan

dalam dua bentuk, yaitu bentuk kronologis dan

bentuk sistematik. Bentuk kronologis didasarkan

pada urutan kejadiannya, sedangkan bentuk siste-

matik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam

kategori-kategori masing-masing tanpa memerha-

tikan urutan kejadiannya.

c) Hubungan baik antara observers dengan objek yang

diamati (

observees

). Untuk mewujudkan hu-

bungan yang baik antara observers dengan ob-

servees dapat dilakukan dengan cara:

x

mencegah timbulnya kecurigaan-kecurigaan;

x

mengadakan

good raport

, yaitu hubungan

antarpribadi yang ditandai oleh semangat kerja

sama, saling mempercayai, dan saling mem-

bantu antara observers dengan observees;

x

menjaga agar situasi dalam masyarakat yang

diamati tetap dalam situasi yang wajar.

d) Intensi dan ekstensi keterlibatan observers dalam

partisipasi, yaitu sejauh mana keterlibatan obser-

vers dalam observasi partisipan. Dalam hal ini ob-

servers dapat mengambil bagian

dalam kegiatan observasi, yaitu

dengan cara sebagai berikut.

Peneliti (

observers

) mengikuti

kegiatan objek yang diamati

(

observees

) hanya pada saat-

saat tertentu saja yang oleh

peneliti dianggap penting. Hal

itu sering disebut sebagai parti-

sipasi sebagian (

partial par-

ticipation

)

Peneliti (

observers

) mengikuti

seluruh kegiatan objek yang

diamati (

observees

) dari awal

sampai akhir kegiatan peneli-

tian tersebut. Hal itu sering

disebut sebagai partisipasi penuh (

full partici-

pation).

Sumber:

Dokumen Penerbit

S

Gambar 4.2

Untuk meneliti tentang kehidupan

pengamen dengan menggunakan teknik observasi

partisipan, peneliti turut terjun membaur dalam

kehidupan pengamen. Peneliti secara langsung

menjadi bagian dari kelompok pengamen tersebut.

Studi Etnografi

155

Adapun sejauh mana tingkat keterlibatan atau

partisipasi peneliti (

observers

) dalam setiap

kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut.

Peneliti (

observers

) semaksimal mungkin turut

terlibat atau mengikuti setiap kegiatan yang

dilakukan oleh objek yang diamati (

observees

).

Dalam hal ini peneliti terlibat secara intensif

(

intensive participation).

Peneliti (

observers

) hanya sedikit ambil bagian

dalam kegiatan objek yang diamati. Dalam hal

ini peneliti tidak sepenuhnya terlibat, hanya

sekilas saja (

surfice

participation).

Penentuan tersebut sepenuhnya ada pada kemauan

observers.

Adapun observasi non partisipan adalah observasi

yang dilakukan di mana observers sama sekali tidak

ikut terjun dalam kegiatan objek yang diamati.

2) Observasi Sistematik - Observasi Nonsistematik

Observasi sistematik sering disebut sebagai

observasi berstruktur (

structured observation

).

Observasi sistematik adalah observasi yang dilakukan

berdasarkan kerangka pengamatan yang telah disiap-

kan sebelumnya. Di dalam kerangka pengamatan

tersebut memuat hal-hal sebagai berikut.

a) Materi yang akan diobservasi. Materi yang akan

diobservasi pada umumnya telah dibatasi , sehingga

observers tidak memiliki kebebasan dalam mela-

kukan pengamatan.

b) Cara-cara pencatatan hasil observasi. Cara pen-

catatan hasil observasi dilakukan berdasarkan

daftar pertanyaan atau permasalahan yang telah

dirumuskan terlebih dahulu, sehingga memudahkan

untuk mengadakan kuantifikasi terhadap hasil

pengamatan. Pembuatan daftar ini diawali dengan

kegiatan sebagai berikut.

x

Observasi pendahuluan.

x

Perumusan sementara (konsep).

x

Adanya uji coba (

try out

) terhadap konsep

yang telah disusun.

x

Perbaikan dari hasil uji coba.

x

Dilakukan uji coba lagi - diperbaiki - diuji co-

bakan, dan seterusnya hingga diperoleh ru-

musan yang final.

Cakrawala Budaya

Kerja lapangan (

Field-

work

) yang dilakukan

oleh seorang antro-

polog, yaitu kegiatan

eksplorasi yang siste-

matis, intensif, dan me-

lalui pengamatan lang-

sung di lapangan ter-

hadap suatu kebuda-

yaan.

Antropologi SMA Jilid 2

156

c) Hubungan antara observers dengan observees.

Dalam hal ini, perlu adanya kerja sama yang baik

antara observers dengan observees, sehingga

pengamatan dapat berlangsung dalam situasi yang

sewajarnya/tidak dibuat-buat.

Adapun observasi nonsistematik adalah observasi

yang berlangsung secara spontan/bebas tanpa adanya

kerangka pengamatan. Observasi ini sering disebut

sebagai

observasi tak berstruktur

.

3) Observasi Eksperimental - Observasi Noneksperimental

Observasi Eksperimental sering disebut sebagai

observasi dalam situasi tes. Ciri-ciri observasi eksperi-

men sebagai berikut.

a) Observers dihadapkan pada situasi perangsang

yang dibuat seseragam mungkin untuk semua

observees.

b) Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkin-

kan variasi timbulnya tingkah laku yang akan

diamati oleh observers.

c) Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observees

tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari

kegiatan observasi tersebut.

d) Observers membuat catatan-catatan dengan teliti

mengenai cara-cara observees mengadakan aksi-

reaksi, bukan hanya jumlah aksi-reaksi semata.

Observasi eksperimental dipandang sebagai cara

penyelidikan yang relatif murni untuk menyelidiki

pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku

manusia. Dalam hal ini, faktor-faktor yang dapat

memengaruhi tingkah laku observees telah dikontrol

secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu atau dua

faktor untuk diamati sejauh mana pengaruhnya

terhadap dimensi-dimensi tertentu dari tingkah laku.

Melalui observasi eksperimental, observers

memiliki kesempatan/peluang untuk mengamati sifat-

sifat tertentu yang jarang sekali muncul dalam situasi

normal. Sebagai contoh, ketidakjujuran, keberanian, dan

reaksi terhadap frustrasi. Observasi eksperimental

merupakan observasi yang distandardisasi secermat-

cermatnya. Dengan demikian, hasil observasi dapat

dipergunakan untuk menilai reaksi-reaksi khusus atau

perilaku istimewa dari setiap orang.

Adapun observasi noneksperimental merupakan

kebalikan dari observasi eksperimental. Hal yang pa-

ling utama dalam kegiatan observasi adalah terkum-

Studi Etnografi

157

pulnya hasil observasi sebagai bahan utama yang

dipergunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap

hasil penelitian. Agar hasil observasi dapat diperoleh

secara optimal, diperlukan beberapa alat yang diper-

gunakan untuk mengumpulkan data hasil pelaksanaan

observasi. Beberapa alat yang dipergunakan dalam

kegiatan observasi sebagai berikut.

1) Catatan anekdot (

anecdotal record

)

2) Catatan berkala

3) Daftar pengamatan (

check list

)

4) Skala pengukuran (

rating scale

)

5) Peralatan penunjang (

mechanical devices

)

Untuk memahaminya marilah kita pelajari satu persatu:

1) Catatan anekdot (

anecdotal record

)

Catatan anekdot (

anecdotal record

) sering

disebut sebagai daftar riwayat kelakuan. Catatan

anekdot (

Anecdotal record

)

merupakan catatan-

catatan yang dibuat oleh observers selama pengamatan

berlangsung mengenai kelakuan-kelakuan yang

dianggap luar biasa. Catatan tersebut dibuat secepat-

cepatnya setelah terjadi peristiwa yang dianggap

istimewa. Hal yang dicatat adalah kronologis atau

bagaimana kejadian tersebut berlangsung dan bukan

mengenai pendapatnya terhadap kejadian tersebut.

Penggunaan catatan anekdot (

anecdotal record

)

memerlukan waktu yang sangat panjang, sehingga

dinilai tidak efektif.

2) Catatan berkala

Catatan berkala dilakukan observers pada waktu

tertentu saja secara periodik. Selanjutnya observers

menuliskan kesan/pendapatnya.

3) Daftar pengamatan

(

check list

)

Daftar pengamatan (

check list

)

adalah suatu

daftar berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang

akan diselidiki. Pembuatan daftar pengamatan (

check

list

)

bermaksud agar pengamatan berlangsung secara

sistematis.

4) Skala pengukuran (

rating scale

)

Skala pengukuran (

rating scale

)

adalah

pencatatan gejala menurut tingkatan-tingkatannya.

Skala pengukuran (

rating scale

) pada umumnya terdiri

atas suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku yang

harus dicatat secara bertingkat. Skala pengukuran (

rat-

ing scale

) ini mirip dengan daftar pengamatan (

check

list

), karena observers tinggal memberikan tanda-tanda

Antropologi SMA Jilid 2

158

tertentu atau mengececk tingkatan tingkah laku tertentu

selama pengamatan berlangsung.

Penggunaan skala pengukur

(

rating scale

)

dalam

kegiatan observasi memiliki kelemahan. Kelemahan

tersebut dalam bentuk munculnya penyimpangan-

penyimpangan sebagai berikut.

a)

Hallo effects error

adalah bentuk penyimpangan

yang terjadi karena observees terpikat dengan

kesan-kesan umum yang baik/menyenangkan dari

observers, padahal observers tidak sedang menyeli-

diki kesan umum tersebut. Sebagai contoh, orang

memberikan nilai baik pada orang yang berpenam-

pilan rapi dan memberikan nilai kurang pada orang

yang berpenampilan kurang baik. Padahal pe-

nampilan rapi belum tentu menunjukkan sifat yang

baik dan sebaliknya penampilan yang kurang

menarik belum tentu orangnya bersifat jelek/bodoh.

b)

Generosity effects

adalah bentuk penyimpangan

yang terjadi karena adanya keinginan untuk berbuat

baik yang datang dari pihak observers. Dalam

situasi yang meragukan kadangkala pihak obser-

vers cenderung memberikan penilaian yang meng-

untungkan kepada pihak yang dinilai.

c)

Carry-over effects

adalah bentuk penyimpangan

yang muncul karena observers dalam memberikan

pencatatan terhadap gejala yang muncul terpe-

ngaruh oleh pencatatan terhadap gejala yang

muncul sebelumnya.

5) Peralatan penunjang (

mechanical devices

)

Peralatan penunjang (m

echani-

cal Devices

) adalah pemakaian

peralatan hasil kemajuan iptek yang

memungkinkan seorang observers

mampu mengabadikan segala perilaku

observees selama pengamatan ber-

langsung. Sebagai contoh, pemakaian

video untuk merekam perilaku obser-

vees selama pengamatan berlangsung,

pemakaian tape recorder untuk mere-

kam wawancara dengan observees,

dan pemakaian kamera untuk meng-

abadikan suatu peristiwa.

S

Gambar 4.3

Dengan menggunakan kamera video,

peneliti dapat mendokumentasikan secara akurat

suatu gejala yang sedang diamati, sehingga hasilnya

dapat dianalisis seteliti mungkin.

Sumber:

Ensiklopedi Nasional

Indonesia,

1997

Studi Etnografi

159

Keuntungan penggunaan peralatan penunjang (

me-

chanical devices

) ini adalah:

a ) dapat diputar kembali sewaktu-waktu, jika diperlukan;

b) dapat diamati hasilnya secara cermat;

c) dapat dipergunakan sebagai referensi dalam me-

nyusun bahan penelitian yang akan datang;

d) dapat dipergunakan untuk merevisi atau memper-

baiki hasil penelitian agar lebih cermat/teliti.

Tinggi rendahnya kadar ilmiah yang terkandung

dalam sebuah hasil observasi sangat ditentukan oleh

berbagai hal. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi

kecermatan hasil observasi sebagai berikut.

a) Adanya prasangka-prasangka dan keinginan-

keinginan tertentu yang bersumber dari observers.

b) Terbatasnya kemampuan panca indra dan kemam-

puan daya ingatan manusia.

c) Terbatasnya wilayah pandang. Kenyataan menun-

jukkan bahwa beberapa kejadian lebih sering

muncul dalam perhatian observers dibandingkan

dengan kejadian-kejadian lainnya.

d) Kemampuan manusia untuk menangkap hubungan

sebab-akibat atau kejadian-kejadian yang berturut-

turut tergantung sekali kepada keadaan.

e) Ketangkasan dalam mempergunakan alat-alat

pencatatan.

f) Kadar ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi.

g) Ketepatan alat yang dipergunakan dalam observasi.

h) Pengertian observer tentang gejala-gejala yang

diobservasi.

Penggunaan metode observasi dalam kegiatan penelitian

memiliki beberapa keunggulan sekaligus kelemahan.

Keunggulan pemakaian metode observasi sebagai berikut.

1) Observasi merupakan alat yang langsung untuk

menyelidiki berbagai macam gejala. Banyak aspek-

aspek perilaku manusia yang hanya dapat diselidiki

melalui jalan observasi secara langsung.

2) Tidak menuntut banyak kepada observees atau subjek

yang diamati, karena pengamatan bisa dilakukan tanpa

menghentikan aktivitas objek yang diamati.

3) Memungkinkan pencatatan yang serempak dengan

terjadinya suatu gejala.

4) Tidak bergantung pada

self report

.

5) Banyak kejadian-kejadian penting yang hanya dapat

diamati melalui pengamatan langsung.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Akademik

dan Pengamatan

Lingkungan)

Untuk melatih pema-

kaian metode obser-

vasi, lakukan peng-

amatan terhadap kese-

nian daerah yang ada

di sekitar tempat tinggal

Anda. Susunlah hal-hal

yang akan Anda amati

dan tentukan sendiri

alat-alat dan teknik ob-

servasi yang Anda per-

gunakan. Susun la-

poran mengenai hasil

observasi Anda terse-

but untuk dipresenta-

sikan dalam diskusi

kelas.

Antropologi SMA Jilid 2

160

Kelemahan pemakaian metode observasi sebagai berikut.

1) Tidak semua kejadian dapat diamati secara langsung,

misal tentang kehidupan pribadi seseorang atau adanya

perasaan yang dirahasiakan sehingga tidak nampak

dalam perilaku secara konkret.

2) Kemungkinan perilaku yang ditunjukkan observees

tidak sebenarnya (pura-pura) karena tahu sedang

diamati/diteliti.

3) Kadangkala timbulnya kejadian sulit diramalkan,

sehingga sering muncul kejadian tanpa diketahui atau

tanpa kehadiran observers.

4) Kemungkinan adanya gangguan yang menghalangi

proses pengamatan, misal gangguan cuaca.

5) Berlangsungnya suatu kejadian yang waktunya tidak

menentu, kadang sangat cepat kadang juga memerlukan

waktu yang amat lama.

b. Metode Interview

GW Allport

, seorang

peneliti mengemukakan bahwa

metode interview merupakan

bentuk metode tanya jawab yang

dipergunakan untuk menyelidiki

pengalaman, perasaan, motif

serta motivasi rakyat. Adapun

menurut

Sutrisno Hadi

, pakar

metode penelitian di Indonesia

menyatakan bahwa interview

adalah suatu proses tanya jawab

lisan di mana dua orang atau lebih

berhadap-hadapan secara fisik

(

face to face

), yang satu meli-

hat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga

sendiri suaranya.

Metode interview merupakan alat pengumpul infor-

masi yang langsung memberikan beberapa jenis data sosial,

baik yang terpendam (

latent

) maupun yang nampak.

Metode interview kurang tepat untuk menyelidiki aksi-

reaksi orang dalam bentuk perilaku, namun interview

merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui

tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta

proyeksi seseorang terhadap masa depannya. Melalui in-

terview dapat digali pengalaman masa lalu seseorang serta

rahasia-rahasia yang dimiliki dalam hidupnya, sekaligus

menangkap ekspresi seseorang. Oleh karena itu, diperlukan

S

Gambar 4.4

Bagi seorang jurnalis, interview merupakan

metode penting untuk memperoleh informasi yang akurat

dari narasumber yang terpercaya.

Sumber:

Ensiklopedi Nasional Indonesia,

1997

Studi Etnografi

161

keahlian khusus bagi si pewawancara (

interviewer

atau

information hunter

) untuk memperoleh data yang lengkap

dan cermat dari narasumber (

interviewee

atau

informa-

tion supplyer

). Data yang akurat sangat penting

peranannya dalam menghasilkan penelitian yang objektif.

Pada hakikatnya fungsi interview atau wawancara

dalam suatu penelitian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu

sebagai berikut.

1) Sebagai metode

primer

, inteview digunakan sebagai

metode pokok dan satu-satunya alat pengumpul data

yang diperlukan dalam suatu penelitian. Bagi seorang

jurnalis interview merupakan metode primer.

2) Sebagai

metode pelengkap

, hasil interview dimak-

sudkan untuk melengkapi data hasil pengamatan yang

telah dilakukan sebelumnya. Bagi seorang peneliti

seringkali interview dilakukan untuk melengkapi data

yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan.

3) Sebagai

kriterium

, interview dilakukan untuk menguji

kebenaran dan kemantapan suatu data yang telah

diperoleh dengan cara lain. Dalam hal ini interview

berperan sebagai alat pengukur sah tidaknya data yang

telah diperoleh sebelumnya. Teknik cek-ricek interview

dengan narasumber merupakan contoh pemakaian in-

terview sebagai kriterium.

Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin,

dalam proses interview harus terjalin suasana hubungan

yang harmonis dalam bentuk hubungan kerja sama antara

pihak pewawancara (

interviewer

) dengan pihak

narasumber atau yang diwawancarai (interviewee).

Suasana yang baik yang diperlukan dalam proses inter-

view adalah suasana yang saling mempercayai, kerja sama,

dan saling menghargai antara interviewer dengan inter-

viewee. Oleh karena itu, peran seorang interviewer bukan

sekedar sebagai pencari informasi (

information getting

)

saja, melainkan juga harus berperan sebagai motivator bagi

terbentuknya suasana interview yang sebaik-baiknya.

Peran interviewer sebagai motivator dalam proses inter-

view dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1)

Partisipasi

, yaitu interviewer turut aktif dalam ke-

giatan-kegiatan yang dilakukan oleh narasumber.

2)

Identifikasi

, yaitu interviewer memperkenalkan diri

sebagai "orang dalam" dan meyakinkan narasumber

bahwa ia adalah sahabat, atau bagian dari mereka dan

bekerja untuk membantu mereka.

Antropologi SMA Jilid 2

162

3)

Persuasi

, yaitu interviewer dengan sikap yang sopan

dan ramah tamah, menerangkan maksud dan keperluan

kedatangannya dan meyakinkan kepada narasumber

mengenai pentingnya informasi yang diperlukan

darinya.

4)

Menggunakan

"

key person

" atau

tokoh pengantar

,

yaitu interviewer mengajak seseorang tokoh yang

dikenal baik oleh narasumber. Tokoh tersebut sebagai

pengantar sekaligus meyakinkan narasumber agar

bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan secara

jujur.

Agar terjalin hubungan baik antara interviewer dengan

narasumber (

interviewee

), maka seorang interviewer

harus bersedia mengorbankan sebagian waktu interview-

nya untuk mengantarkan interaksinya ke dalam situasi in-

terview yang diharapkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menciptakan

hubungan baik antara interviewer dengan interviewee

sebagai berikut.

1) Perlu diadakan pembicaraan-pembicaraan pemanasan

atau berupa basa-basi yang mencerminkan keramah-

tamahan pada awal interview.

2) Kemukakan tujuan dari penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan bahasa yang sederhana, mudah

dipahami oleh narasumber, dan dikemukakan dengan

sikap rendah hati dan bersahabat.

3) Hubungkan pokok-pokok pembicaraan dengan perha-

tian narasumber dan tariklah ke arah pokok-pokok per-

masalahan yang akan ditanyakan kepada narasumber.

4) Ciptakan suasana yang bebas, sehingga narasumber

tidak merasa tertekan dengan pertanyaan yang diajukan

interviewer. Dalam keadaan seperti itu, narasumber

secara leluasa dapat memberikan jawaban/infor-

masinya.

5) Bagi interviewer, jangan menunjukkan sikap tergesa-

gesa, sikap kurang menghargai jawaban atau kurang

percaya pada narasumber. Apa pun jawaban

narasumber harus ditanggapi oleh interviewer dengan

perhatian yang penuh.

6) Berilah dorongan kepada narasumber agar ia memiliki

perasaan sebagai orang yang dibutuhkan kerja sama

dan bantuannya untuk membantu pelaksanaan pe-

nelitian.

Studi Etnografi

163

Lancar tidaknya suatu proses wawancara sangat

bergantung pada keahlian interviewer dalam melontarkan

pertanyaan dan memancing jawaban yang sejujur-jujurnya

dari narasumber. Oleh karena itu, untuk dapat menjadi

seorang interviewer yang handal perlu adanya latihan-

latihan, terutama dalam menjalin komunikasi dengan

orang lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh interviewer untuk

meningkatkan kecakapannya dalam menjalankan tugas

wawancara sebagai berikut.

1) Pertanyaan-pertanyaan pembukaan

Untuk menciptakan suasana dan hubungan yang

baik diperlukan keahlian dari pihak interviewer dalam

menjalin interaksi sosial. Pada awal wawancara

diajukan pertanyaan-pertanyaan yang netral, ringan dan

menarik minat narasumber. Hindarkan kesan awal yang

seram, tegang, penuh tekanan atau berkesan

menyelidiki/curiga. Dengan demikian, narasumber akan

menjawab dengan hangat dan akrab.

2) Gaya bicara

Gaya bicara sangat menentukan suasana wawan-

cara sekaligus memengaruhi hubungan interviewer

dengan narasumber. Berbicaralah terus terang, secara

sederhana serta hindari pembicaraan yang berbelit-belit

dan tidak jelas akar permasalahannya.

3) Nada dan irama

Suasana rileks dalam proses wawancara diten-

tukan pula oleh nada dan irama pembicaraan yang

diucapkan oleh interviewer. Hindari nada suara yang

monoton, membentak-bentak, kasar, dan cenderung

menginterogasi. Hal tersebut akan menimbulkan sua-

sana tegang dan tidak menyenangkan, sehingga dapat

mengakibatkan narasumber tidak mau diwawancarai.

Irama pertanyaan pun perlu diatur, jangan terlalu

lamban atau terlalu cepat, sehingga narasumber dapat

memahami apa yang diinginkan interviewer.

4) Sikap bertanya

Suasana yang menyenangkan dalam wawancara

adalah suasana yang rileks. Proses pembicaraan,

seperti berbicara dengan sahabat dan tidak kaku. Sikap

interviewer yang perlu dihindari dalam interview

sebagai berikut.

a) Sikap seperti seorang hakim yang sedang mengin-

terogasi terdakwa.

Praktik Antropologi

(Kecakapan Personal)

Wawancara terhadap sese-

orang harus dilakukan

secara jelas dan cakap.

Coba Anda lakukan latihan

wawancara bersama ke-

lompok Anda. Koreksilah

kesalahan-kesalahan yang

mungkin terjadi. Lalu

ulangi lagi sampai Anda

benar-benar mahir dan

lancar.

Antropologi SMA Jilid 2

164

b) Sikap seperti guru besar sedang memberi kuliah

mahasiswanya.

c) Sikap acuh dan kurang menghargai narasumber.

d) Sikap tidak mempercayai narasumber sehingga

sering menyela jawaban atau bahkan mencelanya.

5) Mengadakan paraphrase

Kadangkala narasumber kurang memiliki ke-

mampuan untuk mengungkapkan perasaannya dalam

bentuk kata-kata yang tepat atau kalimat yang runtut.

Untuk itu, diperlukan peran interviewer untuk mem-

bantu merumuskan kalimat yang tepat yang dike-

hendaki narasumber. Dalam hal ini, interviewer

berperan seolah sebagai penterjemah bebas. Akan

tetapi, jangan sampai

paraphrasing

ini diartikan se-

bagai bentuk menarik kesimpulan dari apa yang

diungkapkan narasumber.

Paraphrasing

bukan me-

rupakan bentuk kesimpulan tetapi sekedar membantu

menterjemahkan isi hati narasumber.

6) Mengadakan

prodding

atau

probing

Prodding

atau

probing

artinya mengadakan

penggalian yang lebih dalam atau melakukan penyeli-

dikan secara menyeluruh dan saksama. Interviewer

harus mampu memancing narasumber dengan perta-

nyaan-pertanyaan yang tepat agar narasumber berse-

dia memberikan penjelasan/informasi sedalam mungkin.

7) Mengadakan pencatatan

Mencatat hasil wawancara merupakan bagian

yang penting dari suatu proses wawancara. Jika

memungkinkan, cara yang terbaik adalah melakukan

pencatatan sesegera mungkin untuk menghindari

kesesatan-kesesatan

recording

. Oleh karena itu, in-

terviewer perlu mengembangkan kecakapan mencatat

on the spot

. Di era sekarang ini pencatatan hasil wa-

wancara bisa dikesampingkan mengingat adanya

sarana perekam yang cukup canggih. Namun kadang-

kala narasumber merasa tidak nyaman, jika dalam

pelaksanaan wawancara disertai dengan adanya alat

perekam, sehingga dalam mengemukakan pendapat

atau menyampaikan informasi bisa terlalu hati-hati atau

bahkan terkesan dibatasi.

Melakukan pencatatan seketika saat wawancara

sedang berlangsung memang mengandung unsur

kelemahan. Kelemahan pencatatan seketika saat

wawancara sedang berlangsung adalah sebagai berikut.

Studi Etnografi

165

a) Kemungkinan kelancaran pembicaraan bisa

terganggu karena lawan bicaranya sibuk mencatat.

b) Kemungkinan interviewer tidak mampu menulis

cepat, sehingga kerap kali narasumber harus

mengulang pembicaraannya.

c) Kewajaran dalam proses wawancara ikut ter-

ganggu karena narasumber terpengaruh untuk

memberikan informasi yang pantas dicatat saja.

Akan tetapi, jika pencatatan hasil wawancara tidak

dilakukan sesegera mungkin atau tidak secara

on the

spot

, maka akan terjadi kelemahan sebagai berikut.

a) Kemampuan/daya ingat interviewer yang terbatas

akan mengalami kesulitan untuk mengingat hasil

wawancara menunggu sampai wawancara ber-

akhir.

b) Ekspresi narasumber saat memberikan informasi-

nya sulit diingat/direkam.

c) Memungkinkan munculnya kesalahan informasi

akibat penundaan pencatatan yang menimbulkan

lupa pada bagian-bagian tertentu.

8) Menilai jawaban

Ketelitian pencatatan dan paraphrase sangat

bergantung pada ketetapan penilaian interviewer

terhadap jawaban/informasi dari narasumber. Demi-

kian halnya perlu tidaknya mengadakan prodding atau

tepat tidaknya suatu probing sangat bergantung pada

baik buruknya interviewer menilai jawaban narasumber.

Validitas hasil wawancara merupakan fungsi dari

kebenaran penilaian jawaban. Agar penilaian jawaban

dapat dilakukan secara tepat, interviewer perlu me-

merhatikan hal-hal berikut ini.

a) Adanya sikap

phenomenologik

, yaitu kesediaan

untuk meninggalkan segala bentuk prasangka

maupun motif-motif subjektif lainnya.

b) Adanya sikap

factual

, artinya tidak terkurung oleh

alur pemikirannya sendiri dan tidak menarik

kesimpulan tanpa dilandasi fakta yang objektif.

Penerapan metode interview dalam upaya mengum-

pulkan data untuk penelitian etnografi diperlukan persiapan

yang matang, terutama bagi seorang pemula. Persiapan

yang perlu dilakukan sebelum melakukan wawancara (

in-

terview

) sebagai berikut.

Antropologi SMA Jilid 2

166

1) Menentukan topik wawancara

Topik interview disesuaikan dengan tujuan

penelitian yang hendak dicapai. Dalam hal ini peneliti

sebagai calon interviewer harus mampu menyusun kisi-

kisi yang memuat jabaran tentang data yang akan

dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan penelitian.

2) Menentukan orang-orang yang akan diwawancarai

Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat,

maka diperlukan narasumber yang tepat. Misal: se-

orang peneliti ingin mengetahui berapa tingkat kelulusan

siswa setiap tahun di suatu kabupaten, maka nara-

sumber yang cocok adalah pejabat di dinas pendidikan

dan bukannya mencari data ke kelurahan. Sebaliknya

jika ingin mengetahui sejauh mana tingkat mobilitas

warga desa, narasumber yang paling tepat adalah

pejabat yang berwenang di kantor kelurahan, bukan di

kantor dinas kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan

kejelian peneliti untuk mengaitkan data dengan nara-

sumber yang tepat.

3) Mengatur waktu dan tempat pelaksanaan wawancara

Dalam merencanakan waktu dan tempat wawan-

cara, pihak interviewer harus berpedoman bahwa ia

sebagai interviewer harus secara maksimal melayani

apa kemauan narasumber. Kesibukan narasumber yang

mungkin sangat padat, maka jauh-jauh hari sebelumnya

perlu adanya janji kapan dan di mana bisa mengadakan

wawancara. Sebagai pihak yang berperan dalam

pembuatan janji ini adalah narasumber, sedangkan

inteviewer sepenuhnya bergantung pada kesediaan

narasumber saja. Oleh karena itu, ketepatan waktu

interviewer ini harus dijaga, di samping kesabaran

karena kemungkinan besar pihak narasumber karena

kesibukannya bisa mengalami keterlambatan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini

memungkinkan setiap saat interviewer mengecek

kesiapan dan kesediaan narasumber untuk melakukan

interview sesuai janji yang telah disepakati sebelumnya.

4) Menyusun

interview guide

atau pedoman wawancara

Sebagai langkah terakhir dalam persiapan proses

interview adalah menyusun pedoman wawancara atau

interview guide

yang berisi daftar pertanyaan yang

akan ditanyakan kepada narasumber.

Studi Etnografi

167

Fungsi penyusunan

interview guide

sebagai berikut.

a) Sebagai pedoman atau panduan tentang pokok

pembicaraan agar tidak menyimpang dari tujuan

penelitian.

b) Menghindarkan kemungkinan terjadinya pembica-

raan yang tidak relevan, sehingga interviewer

cepat-cepat mengalihkan ke tujuan pokok.

c) Meningkatkan fungsi interview sebagai metode

yang hasilnya memenuhi prinsip komparabilitas.

Interview guide

tidak harus dalam bentuk

lembaran kertas yang terpampang di depan narasumber

atau secara

demonstratif

digunakan sebagai panduan

selama proses wawancara berlangsung, akan tetapi

bisa dihafal sebelumnya. Kadangkala bagi peneliti

pemula yang belum terbiasa melakukan interview,

pedoman wawancara bisa dibuat dalam bentuk garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan. Pedoman

wawancara tersebut setiap saat bisa dilihat kembali

oleh interviewer selama proses wawancara untuk

mengetahui mana yang telah ditanyakan dan mana

yang belum ditanyakan kepada narasumber.

Untuk menyusun pedoman wawancara yang baik

dan lengkap, peneliti perlu mempersiapkan kisi-kisi yang

menjabarkan data-data yang akan diperlukan dalam

penelitian untuk ditanyakan kepada narasumber. Misal:

peneliti memerlukan data tentang natalitas (angka

kelahiran) penduduk, maka hal yang ditanyakan antara

lain mencakup:

a) jumlah kelahiran setiap tahun;

b) jumlah penduduk keseluruhan;

c) jumlah kematian setiap tahun;

d) jumlah puskesmas;

e) jumlah bidan;

f) dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah

kelahiran, secara lengkap sehingga dari hasil wa-

wancara tersebut peneliti dapat menganalisis data

yang berkaitan dengan data pokok yang dibutuh-

kan.

Dalam metode interview beberapa teknik yang dapat

digunakan oleh peneliti sebagai berikut.

1) Teknik interview terpimpin

Interview terpimpin sering disebut sebagai

guides

interview, structured interview, controlled interview

atau

directed interview

. Dalam interview terpimpin,

Antropologi SMA Jilid 2

168

pihak interviewer berfungsi bukan sekedar sebagai

pengumpul data saja melainkan sebagai pengumpul

data yang relevan dengan maksud-maksud penelitian

yang telah dipersiapkan secara masak sebelum kegiatan

wawancara dilaksanakan. Dalam pelaksanaan inter-

view terpimpin, ada hipotesis yang dibawa ke lapangan

untuk dibuktikan benar tidaknya, dan ada kerangka

pokok permasalahan yang akan ditanyakan berkaitan

dengan upaya pembuktian hipotesis tersebut. Jadi, in-

terview terpimpin merupakan interview yang dilakukan

dengan menggunakan pedoman yang telah ditetapkan

secara tegas. Dengan demikian pihak interviewer

seolah hanya sekedar membacakan apa yang harus

dijawab oleh narasumber.

Pelaksanaan wawancara dengan teknik interview

terpimpin memiliki kelemahan, antara lain sebagai

berikut.

a) Proses wawancara berlangsung kaku, kurang dapat

disesuaikan dengan suasana yang ada.

b) Hubungan antara interviewer dengan narasumber

berlangsung sangat formal.

c) Data yang diperoleh kurang mendalam, karena

hanya terbatas pertanyaan yang telah disiapkan dan

tidak memberikan kesempatan interviewer untuk

mengembangkan materi pertanyaan meskipun

kemungkinan terbuka peluang untuk menggali

informasi lebih dalam dari narasumber.

d) Situasi yang terjadi selama proses wawancara

cenderung mengarah ke suasana interogasi layak-

nya hubungan hakim dengan terdakwa di per-

sidangan.

Namun demikian pelaksanaan teknik interview ter-

pimpin memiliki keunggulan, antara lain sebagai berikut.

a) Adanya uniformitas (keseragaman) pertanyaan

memungkinkan pengkomparasian (perbandingan)

hasil penelitian menjadi lebih mudah.

b) Pemecahan problematika atau pembuktian hipo-

tesis akan lebih mudah diselesaikan.

c) Memungkinkan analisis kuantitatif dan analisis

kualitatif.

d) Menghasilkan kesimpulan yang reliabel.

2) Teknik interview tak terpimpin

Berbeda dengan teknik interview terpimpin yang

telah tersedia pedoman khusus untuk mengarahkan

Studi Etnografi

169

proses wawancara. Dalam pelaksanaan teknik inter-

view tak terpimpin ini ditandai dengan tidak adanya

kesengajaan dari pihak interviewer untuk mengarahkan

wawancara ke pokok-pokok permasalahan yang

menjadi titik fokus dari kegiatan penyelidikan.

Teknik interview tak terpimpin sering disebut

sebagai

nondirective interview

atau

unguided inter-

view

. Teknik interview tak terpimpin merupakan bentuk

wawancara yang berlangsung spontan, banyak dikuasai

oleh keinginan atau kecenderungan interviewer tanpa

dikendalikan oleh suatu pedoman interview, sehingga

cenderung mengarah kepada pembicaraan bebas atau

free talk

.

Pelaksanaan teknik interview tak terpimpin memiliki

sejumlah kelemahan sebagai berikut.

a) Kadar ilmiahnya sangat rendah.

b) Mengakibatkan kegiatan penelitian menjadi sangat

insidental.

c) Tidak dapat dipergunakan untuk keperluan penge-

cekan secara efisien.

d) Memakan waktu yang terlalu banyak, memboros-

kan tenaga, dan biaya.

e) Hanya cocok untuk penelitian-penelitian tipe eks-

ploratif.

Meskipun demikian pelaksanaan teknik interview tak

terpimpin ini memiliki kebaikan. Kebaikan pelaksanaan

teknik interview tak terpimpin sebagai berikut.

a) Merupakan teknik interview yang cocok digunakan

pada tahap penelitian awal.

b) Tidak menuntut keahlian yang cukup mendalam bagi

seorang interviewer.

c) Tingkat kewajaran pembicaraan sangat optimal

karena kondisinya dalam suasana pembicaraan

bebas (

free talk

).

d) Memungkinkan diperoleh data yang khusus dan

mendalam, karena suasana yang bebas mengaki-

batkan narasumber merasa leluasa untuk meng-

ungkapkan apa yang ada dalam isi hatinya tanpa

ragu.

3) Teknik interview bebas-terpimpin

Teknik interview bebas-terpimpin pada hakikat-

nya merupakan gabungan dari bentuk teknik inter-

view terpimpin dan teknik interview tak terpimpin.

Dalam pelaksanaan teknik interview bebas-terpimpin,

Antropologi SMA Jilid 2

170

suasana bebas terlihat dalam proses pelaksanaan

wawancara, antara lain wawancara yang wajar, tidak

dibuat-buat, dan tidak kaku, sehingga narasumber

mampu mengungkapkan isi hatinya. Data yang

diperoleh pun menjadi lebih mendalam akibat penciptaan

suasana wawancara yang bebas tersebut. Adapun

unsur terpimpin dipertahankan dalam bentuk persiapan

panduan wawancara atau

interview guide

yang ber-

fungsi sebagai pengarah topik pembicaraan. Dengan

mempertahankan unsur terpimpin ini diharapkan hasil

wawancara tersebut mampu memenuhi prinsip-prinsip

komparabilitas dan reliabilitas.

Panduan wawancara yang disiapkan dalam

pelaksanaan teknik interview bebas-terpimpin berupa

daftar pokok pertanyaan yang mengarah pada upaya

pembuktian hipotesis penelitian yang sedang dilakukan.

Pokok-pokok pertanyaan yang disiapkan tersebut akan

menjadi kriteria pengontrolan relevan tidaknya isi in-

terview. Adapun suasana kebebasan yang diciptakan

selama proses wawancara berlangsung akan membe-

rikan kesempatan untuk mengendalikan kekakuan

selama proses interview berlangsung. Oleh karena itu,

interview bebas-terpimpin ini sering disebut sebagai

interview terkontrol atau

controlled interview

.

Dalam kegiatan-kegiatan penelitian sosial, teknik

interview bebas terpimpin paling banyak dipilih,

terutama untuk mengungkap sikap-sikap sosial dari

objek penelitian.

Merton dan Kendall menyebut teknik interview

bebas-terpimpin ini sebagai "

Focussed Interview

"

artinya wawancara yang difokuskan pada penghayatan

pribadi seseorang dalam menghadapi suatu situasi yang

khusus.

Merton dan Kendall yakin bahwa

focussed in-

terview

merupakan jenis interview yang serba guna,

karena dengan menerapkan teknik ini, peneliti dapat:

a) mengetes validitas suatu hipotesis yang bersumber

pada suatu analisis dan teori sosial psikologis;

b) memperoleh respon-respon yang tak diduga terha-

dap situasi tertentu, sehingga muncul hipotesis-

hipotesis baru yang masih segar.

Jika ditinjau dari jumlah interviewee (narasumber)

yang dihadapi, teknik interview dapat dibedakan

menjadi dua yakni interview pribadi dan interview

kelompok.

Studi Etnografi

171

a) Interview pribadi atau

personal interview

adalah

wawancara yang dilakukan secara berhadap-

hadapan atau

face to face

antara interviewer

dengan interviewee. Pelaksanaan interview pribadi

ini memberikan suasana

privacy

yang maksimal,

sehingga kemungkinan untuk memperoleh data

yang intensif sangatlah besar. Selain itu ketelitian

dan kemantapan hasil interview dapat diperoleh

secara maksimal, jika pada saat wawancara

berlangsung dilakukan cecking. Interviewer dapat

secara mudah mengawasi segala bentuk gerak-

gerik narasumber, sehingga interviewer mudah

memberikan penilaian terhadap jawaban-jawaban

yang diberikan oleh narasumber. Berdasarkan

penilaian jawaban itu, interviewer dapat

memutuskan perlu tidaknya melakukan

probing

atau tidak, melakukan paraphrasering ataukah

tidak.

b) Interview kelompok atau

group interview

adalah

wawancara yang dilakukan

oleh interviewer terhadap

beberapa orang interviewee

(narasumber) sekaligus.

Penerapan interview kelom-

pok ini sangat berguna seba-

gai alat pengumpulan data

yang sekaligus difungsikan

sebagai proses

check

-

cross

check

. Di mana para anggo-

ta dapat saling mengontrol

jawaban rekan-rekannya,

melengkapi mana yang ku-

rang dan lebih menjelaskan

mana yang nampak masih

samar-samar.

Dalam melaporkan hasil interview kadangkala terjadi

banyak kesalahan. Adapun sumber kesalahan tersebut

antara lain sebagai berikut.

1)

Error of Recognition

Error of Recognition

adalah kesalahan yang

disebabkan karena ingatan interviewer yang tidak

bekerja sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi, jika in-

terviewer adalah seorang yang pelupa, sulit mengingat

dan merekonstruksi kembali jawaban narasumber, jarak

Sumber:

Http://images.google.co.id

S

Gambar 4.5

Teknik wawancara.

Antropologi SMA Jilid 2

172

antara pelaksanaan wawancara dengan pencatatan

hasil wawancara cukup lama, adanya keinginan yang

besar dari interviewer untuk memasukkan hasil

pemikiran atau pendapatnya ke dalam hasil jawaban

narasumber, atau penyebab lain yang menyebabkan

kemampuan mengingat interviewer rendah.

2)

Error of Omission

Error of Omission

adalah kesalahan hasil

pertanyaan yang disebabkan oleh adanya hal-hal yang

seharusnya dilaporkan atau dicatat tetapi justru

dilewatkan begitu saja oleh interviewer. Hal itu bisa

terjadi jika pencatatan hasil wawancara secara

on the

spot,

sehingga terburu-buru dan banyak yang ter-

lewatkan.

3)

Error of Addition

Error of Addition

adalah kesalahan yang terjadi

karena interviewer terlalu berlebihan dalam me-

masukkan pendapatnya atau terlalu berlebihan dalam

mengolah hasil jawaban narasumber, sehingga justru

mengaburkan informasi yang sebenarnya. Hal itu terjadi

karena interviewer ingin menjadikan hasil jawaban

narasumber sebagai sesuatu yang lain, misal lebih didra-

matisir untuk menarik minat pembaca.

4.

Error of Substitution

Error of Substitution

adalah kesalahan yang

terjadi karena interviewer mengganti jawaban

narasumber yang sulit diingatnya. Hal itu terjadi karena

ada hal-hal yang terlupa pada hasil wawancara tersebut

dan diganti dengan pendapat interviewer. Penggantian

terhadap hal-hal yang terlupakan interviewer menggu-

nakan kata yang menurutnya padanan dari kata yang

terlupakan, atau karena interviewer tidak mengerti

makna istilah yang diucapkan oleh narasumber dan

diganti dengan istilah lain yang justru tidak tepat, bahkan

mengaburkan makna yang sesungguhnya.

5)

Error of Transpotition

Error of Transpotition

adalah kesalahan yang

terjadi karena ingatan interviewer tidak mampu

mereproduksi urutan kejadian menurut waktu atau

sesuai hubungan antara fakta-fakta seperti apa adanya,

tetapi interviewer menuliskan urutan atau hubungan

tersebut yang tidak sesuai apa adanya. Hal itu terjadi

jika interviewer tidak memahami kronologis suatu

kejadian dan mencoba untuk merangkai sendiri menurut

pemahamannya, padahal itu tidak benar.

Dalam melakukan peneli-

tian sering terjadi kesa-

lahan-kesalahan, misalnya

dalam teknik interview.

Coba berikan gagasan

Anda mengenai cara-cara

yang harus dilakukan agar

kesalahan-kesalahan

dalam suatu penelitian bisa

diminimalkan.

MOTIVASI

Studi Etnografi

173

Berbagai kesalahan dari hasil laporan wawancara

tersebut dapat ditekan serendah mungkin dengan menggu-

nakan alat-alat bantu audio visual yang mendokumentasi-

kan proses wawancara.

Penerapan metode interview dalam mengumpulkan data

untuk penelitian memiliki kebaikan dan kelemahan.

Kebaikan-kebaikan metode interview sebagai berikut.

1) Merupakan salah satu metode terbaik yang diperguna-

kan untuk menilai keadaan pribadi.

2) Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan

pendidikan subjek yang diteliti.

3) Dalam penelitian-penelitian sosial, metode interview

merupakan metode pelengkap yang selalu diperguna-

kan.

4) Dengan unsur fleksibilitas/keluwesan yang dimilikinya,

metode interview cocok sekali dipergunakan sebagai

kriterium atau alat verifikasi terhadap data yang

diperoleh dengan metode lain.

5) Dapat dilaksanakan sambil melakukan observasi.

Adapun kelemahan metode interview sebagai berikut.

1) Tidak efisien, memboroskan waktu, biaya, dan tenaga.

2) Sangat bergantung pada kesediaan, kemampuan dan

situasi yang ada pada interviewee (narasumber),

sehingga informasi yang diperoleh ketelitiannya kurang.

3) Proses dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh

keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-

tekanan yang mengganggu.

4) Diperlukan interviewer yang mampu menguasai bahasa

interviewee atau mampu berkomunikasi dengan baik.

5) Hanya sesuai untuk interviewee yang terbatas, sebab

jika interviewee dalam jumlah banyak dan heterogen

diperlukan banyak interviewer.

C. Penelitian Etnografi Tentang Persebaran

Bahasa Lokal

Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki

setiap suku bangsa. Bahasa dapat dijadikan sebagai salah satu

aspek yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian etnografi.

Apalagi dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari

unsur bahasa. Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu

yang sama belum tentu memiliki bahasa induk yang termasuk

satu keluarga bahasa, apalagi memiliki satu kebudayaan yang

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

melakukan penelitian

etnografi.

Antropologi SMA Jilid 2

174

tergolong satu daerah kebudayaan. Sebagai contoh: bangsa Muang

Thai, bangsa Khmer, dan bangsa Sunda, ketiganya merupakan satu

kelompok ras yang sama, yakni dari kelompok ras Paleo-Mongol-

oid. Namun bahasa induk masing-masing orang tadi termasuk

keluarga bahasa yang berlainan. Bahasa orang Muang Thai adalah

bahasa Sino-Tibetan, bahasa Khmer termasuk dalam keluarga

bahasa Austro-Asia, sedangkan bahasa Sunda termasuk keluarga

bahasa Austronesia. Demikian halnya kebudayaan dari ketiga suku

bangsa tersebut tidaklah sama. Kebudayaan Thai dan Khmer

terpengaruh dalam kebudayaan Buddha, sedangkan kebudayaan

Sunda terpengaruh kebudayaan Islam.

Akan tetapi ada pula suku bangsa yang berbeda ras namun

memiliki bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa.

Misal: orang Huwa yang tinggal di pedalaman Madagaskar, orang

Jawa di pulau Jawa, dan orang Bgu di pedalaman Papua. Ketiganya

dari ras yang berlainan, yakni orang Huwa dari ras Negroid dengan

unsur ras Kaukasoid-Arab, orang Jawa termasuk ras Mongoloid

dan orang Bgu termasuk ras Melanesoid. Namun, ketiganya

menggunakan bahasa yang berasal dari satu induk keluarga bahasa

yang sama yaitu keluarga bahasa Austronesia.

Memerhatikan fakta di atas, makin menegaskan bahwa

penelitian mengenai bahasa yang dipergunakan suatu suku bangsa

menarik untuk diteliti terutama berkaitan dengan proses persebaran

bahasa. Seperti dalam kehidupan remaja Indonesia dewasa ini,

kemajuan iptek terutama dalam bidang informasi menjadikan bahasa

Betawi menjadi salah satu ragam bahasa yang amat digemari di

kalangan pergaulan remaja. Perhatikan saja, bagaimana remaja di

pelosok tanah air khususnya yang tinggal di perkotaan

berkomunikasi, mereka terbiasa menggunakan istilah:

lu, gue, ntar,

dong

, yang merupakan kosa kata dalam bahasa Betawi. Mengapa

hal itu bisa terjadi? Mengapa bahasa Betawi yang ada di pusat ibu

kota Republik Indonesia bisa sedemikian mudah di jumpai di kota

Jayapura yang ribuan kilometer jauhnya? Hal itu merupakan

fenomena yang menarik untuk dijadikan materi penelitian tentang

persebaran bahasa lokal (dalam hal ini bahasa Betawi) menjadi

bahasa pergaulan anak-anak di seluruh Indonesia.

Pertanyaan tersebut dapat diangkat sebagai tema utama

dalam penelitian singkat mengenai etnografi khususnya tentang

persebaran bahasa lokal. Adapun bahasa lokal yang dapat diangkat

sebagai pokok persoalan dalam penelitian etnografi ini tidak terbatas

pada bahasa Betawi yang notabene sebagai bahasa pergaulan

remaja saja, melainkan juga bahasa-bahasa lokal di berbagai daerah

yang sebenarnya amat kaya dan bervariatif, sehingga menarik

untuk diteliti.

Studi Etnografi

175

Pada umumnya persebaran bahasa lokal disebabkan oleh faktor

sebagai berikut.

1.

Tingginya arus migrasi atau perpindahan penduduk, baik

melalui urbanisasi, transmigrasi maupun emigrasi. Unsur-

unsur bahasa lokal sebagai alat komunikasi lisan tetap me-

warnai dalam interaksi sosiai masyarakat pendatang di tempat

yang baru.

2.

Peran media massa, khususnya media elektronik yang banyak

menayangkan pemakaian bahasa tutur (dialog) yang diper-

gunakan para panutan masyarakat (

public figure)

sehingga

banyak ditiru oleh masyarakat luas menembus batas suku

bangsa dan wilayah.

3.

Kebijakan pemerintah. Di era otonomi daerah ini pemerintah

daerah berusaha untuk menonjolkan identitas daerahnya di

antaranya dengan mensosialisasikan pemakaian bahasa daerah

sebagai bahasa sehari-hari yang perlu dimasukkan dalam kuri-

kulum pendidikan.

Dalam pelaksanaan penelitian, beberapa hal yang perlu diper-

hatikan oleh peneliti sebagai berikut.

1.

Unsur atau masalah apa yang akan dijadikan objek penelitian.

Misal tentang persebaran bahasa lokal, perlu dibatasi mengenai

apa yang akan disoroti, antara lain tentang logat, kosakata,

persamaan atau perbedaannya, dan faktor yang menentukan

persebaran. Dalam menentukan unsur yang terkandung dalam

permasalahan ini perlu didiskusikan dengan bimbingan guru

yang berkompeten. Sebagai contoh, peneliti ingin memilih topik

tentang persebaran bahasa, maka perlu bimbingan khusus dari

guru bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.

2.

Menentukan metode yang akan digunakan. Dalam hal ini dipilih

metode yang tepat untuk memperoleh data sesuai dengan

unsur-unsur yang akan diteliti.

3.

Menentukan daerah penelitian. Sesuai dengan tema, yaitu

mengenai persebaran bahasa lokal, maka daerah yang dijadikan

objek penelitian terutama daerah-daerah yang menggunakan

bahasa lokal tersebut, termasuk daerah lain yang berbatasan

dengan daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa

lokal tersebut.

4.

Menyusun kerangka dasar penelitian yang digunakan sebagai

acuan dalam kegiatan pengumpulan data.

5.

Melaksanakan kegiatan penelitian.

6.

Menyusun laporan.

Antropologi SMA Jilid 2

176

Dari keseluruhan urutan kegiatan tersebut sebelumnya

disusun proposal atau progam kerja yang dilengkapi dengan jadwal

kegiatan atau "

schedule

" pelaksanaan kegiatan. Dengan

tersusunnya program kerja, siswa dapat melaksanakan kegiatan

sesuai alokasi waktu dan target yang telah ditetapkan.

Penyusunan laporan merupakan tahap

akhir dari rangkaian kegiatan penelitian.

Kegiatan penelitian ditutup dengan presentasi,

yaitu penyajian hasil penelitian.

Adapun penyajian hasil penelitian dapat

dipaparkan dalam forum diskusi yang diikuti

seluruh siswa di kelas maupun khusus diper-

tanggungjawabkan di depan tim penguji.

Dalam presentasi tersebut dibuka kesem-

patan bagi para peserta diskusi atau tim

penguji untuk menyanggah, memberikan sa-

ran ataupun kritikan terhadap hasil penelitian

yang telah dilakukan siswa.

D. Format Laporan Hasil Penelitian

Langkah terakhir dari keseluruhan rangkaian proses penelitian

adalah menyusun laporan. Hasil laporan penelitian merupakan

upaya mengomunikasikan hasil penelitian dari peneliti kepada

khalayak umum. Melalui laporan penelitian, masyarakat luas dapat

memetik hasil dari suatu penelitian dan sekaligus memenuhi salah

satu syarat penelitian ilmiah, yaitu bersifat terbuka.

Penyusunan laporan harus ditulis menurut tata tulis penulisan

ilmiah. Banyak variasi tata tulis penulisan ilmiah, namun secara

garis besar sebuah laporan penelitian ilmiah memuat hal-hal berikut.

1.

Bagian awal, berisi tentang:

a. Halaman judul: judul ditulis dengan kalimat pernyataan

secara ringkas dengan menggunakan bahasa yang baku.

b. Halaman kata pengantar, memuat kalimat singkat yang

mengantarkan pembaca untuk menikmati hasil laporan,

disertai ucapan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu pelaksanaan penelitian dan harapan serta kritikan

dari pembaca.

c. Halaman daftar isi, memuat judul tiap bab/subbab dan di

halaman mana bab/subbab tersebut berada.

d. Halaman daftar tabel; adakalanya laporan penelitian

memuat label hasil pengamatan /pengumpulan data. Tabel

diberi nomor urut serta judul tabel.

Tujuan pembelajaran

Anda adalah dapat

membuat format la-

poran hasil penelitian.

Sumber:

http://images.google.co.id

S

Gambar 4.6

Melalui forum diskusi, siswa mem-

presentasikan hasil penelitiannya. Forum ini merupakan

ajang pertanggungjawaban secara ilmiah dari sebuah

penelitian.

Studi Etnografi

177

e. Halaman daftar gambar: jika dalam laporan tersebut

terdapat gambar perlu diberi nomor urut dan diberi judul

gambar.

f. Halaman lampiran, memuat daftar lampiran yang mendu-

kung laporan tersebut. Adapun bukti fisik lampiran diletak-

kan di halaman bagian akhir.

2.

Bagian inti, berisi tentang:

a. Latar belakang masalah: memuat tentang alasan mengapa

peneliti memilih topik penelitian tersebut.

b. Tujuan penelitian, memuat tentang tujuan penelitian.

c. Penelaahan kepustakaan, memuat tentang asumsi dasar

yang mendukung/berkaitan dengan masalah yang diangkat

dalam penelitian tersebut.

d. Hipotesis, berupa dugaan atau kesimpulan sementara yang

akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian tersebut.

(Bagian ini tidak mutlak ada, karena ada penelitian yang

tidak memerlukan hipotesis)

e. Metodologi, mengungkapkan pendekatan dan metode yang

dipergunakan dalam penelitian tersebut.

f. Hasil pengumpulan data: memaparkan secara rinci hasil

penelitian.

g. Interpretasi hasil pengolahan data: memuat tentang proses

pengolahan data dan hasil kesimpulan dari penelitian

berdasarkan hasil pengolahan data. Dalam bab ini adaka-

lanya dipaparkan tentang implementasi hasil penelitian

dalam kehidupan sehari-hari maupun bagi pengembangan

ilmu pengetahuan.

3.

Bagian akhir, berisi tentang:

a. Daftar kepustakaan: memuat daftar referensi atau literatur

yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian terse-

but. Penulisan daftar kepustakaan memuat: nama penga-

rang , tahun penerbitan, judul buku, penerbit, dan kota tem-

pat penerbitan buku referensi tersebut.

b. Lampiran-lampiran: semua bukti fisik lampiran yang men-

dukung penelitian baik dalam bentuk kelengkapan admi-

nistrasi (perizinan) maupun lampiran yang dipergunakan

dalam penelitian tersebut.

Penyajian laporan tersebut dapat berupa:

1.

makalah;

2.

paper/kertas kerja;

3.

gambar-gambar hasil dokumentasi;

4.

artikel.

Sumber:

http://images.

google.co.id

S

Gambar 4.7

Laporan hasil

penelitian pada umumnya di-

dokumentasikan dalam bentuk

buku.

Antropologi SMA Jilid 2

178

RANGKUMAN

x

Studi etnografi dapat dilakukan dengan

urutan sebagai berikut.

1. Menentukan lokasi penelitian.

2. Menyusun kerangka penelitian.

3. Menentukan metodologi penelitian.

4. Melaksanakan penelitian.

5. Menyusun laporan.

6. Mengomunikasikan hasil penelitian.

x

Metode penelitian etnografi yang uta-

ma adalah metode observasi dan meto-

de interview.

x

Teknik penerapan metode observasi

sebagai berikut.

1. Teknik observasi partisipan-non-

partisipan.

2. Teknik observasi sistematik-non-

sistematik

3. Teknik observasi eksperimental-

noneksperimental

x

Alat observasi meliputi catatan anekdot

(

anecdotal record

), catatan berkala,

daftar pengamatan (

check list

), skala

pengukur (

rating scale

), dan peralatan

penunjang (

mechanical devices

).

x

Hal-hal yang perlu dikuasai oleh pe-

neliti dalam pelaksanaan metode inter-

view sebagai berikut.

1. Menyusun pertanyaan-pertanyaan

pembukaan.

2. Gaya bicara.

3. Nada dan irama dalam berbicara.

4. Sikap bertanya.

5. Mengadakan paraphrase.

6. Mengadakan prodding dan probing.

7. Mengadakan pencatatan.

8. Menilai jawaban.

x

Langkah-langkah yang perlu ditempuh

dalam melaksanakan metode interview

sebagai berikut.

1. Menentukan orang yang hendak di

interview.

2. Mengatur waktu dan tempat inter-

view.

3. Membuat pedoman interview.

4. Melaksanakan interview.

x

Teknik-teknik yang dapat dipergunakan

dalam melaksanakan metode interview

sebagai berikut.

1. Interview terpimpin

2. Interview tak terpimpin

3. Interview bebas-terpimpin

x

Menurut jumlah interviewee, proses in-

terview dapat dibedakan dalam: inter-

view pribadi dan interview kelompok.

x

Hal-hal yang perlu disiapkan dalam

pelaksanaan penelitian etnografi ada-

lah sebagai berikut.

1. Menentukan lokasi penelitian.

2. Menentukan metode pengumpulan

data.

3. Menyusun kerangka penelitian.

4. Melaksanakan penelitian.

5. Menyusun pelaporan.

6. Mempresentasikan hasil pelaporan.

x

Format penyusunan laporan penelitian

sebagai berikut.

– Bagian awal, berisi:

1. Halaman Judul

2. Halaman Kata Pengantar

3. Halaman Daftar Isi

4. Halaman Daftar Tabel (jika

ada)

5. Halaman Daftar Gambar (jika

ada)

6. Halaman Lampiran (jika ada)

Studi Etnografi

179

– Bagian inti, berisi:

1. Latar Belakang Masalah

2. Tujuan Penelitian

3. Penelaahan kepustakaan

4. Hipotesis

5. Metodologi

6. Hasil pengumpulan data

7. Interpretasi hasil pengolahan

data

– Bagian akhir, berisi:

1. Daftar Kepustakaan

2. Lampiran-lampiran (jika ada)

x

Hasil laporan penelitian dapat berbentuk

makalah, kertas kerja, gambar hasil do-

kumentasi, dan artikel.

UMPAN BALIK

Coba Anda diskusikan kembali materi bab ini dengan baik,

agar Anda menguasai dan paham tentang:

1. pengertian etnografi;

2. cara melakukan studi etnografi;

3. melakukan penelitian etnografi;

4. format laporan hasil penelitian.

Apabila ada materi yang belum Anda kuasai, tanyakan

kepada teman atau bapak/ibu guru. Sesudah paham materi bab

ini, selanjutnya pelajarilah bab berikutnya pada buku ini.

UJI KOMPETENSI

Coba kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.

A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.

1. Jenis karangan yang mengandung ba-

han pokok dari pengolahan dan analisis

antropologi adalah karangan ....

a. arkeologi

d. etnologi

b. filologi

e. etnografi

c. demografi

2. Berikut ini yang

bukan

termasuk unsur-

unsur kebudayaan universal adalah ....

a. sistem pengetahuan

b. mata pencaharian

c. sistem pendidikan

d. bahasa

e. teknologi

3. Langkah pertama yang perlu diperha-

tikan oleh peneliti saat mengadakan

penelitian etnografi adalah menentukan

....

a. asal mula sejarah suku bangsa

b. meneliti persebaran bahasa lokal

c . sistem religi yang dianut masyarakat

d. lokasi lingkungan alam dan demo-

grafi

e. metodologi dan alat pengumpulan data

Antropologi SMA Jilid 2

180

4. Penelitian ahli antropologi terhadap

kebiasan masyarakat tradisional yang

memasukkan unsur mistis dalam

upacara untuk meningkatkan hasil

buruan merupakan masalah yang

berkaitan dengan ....

a. tenaga kerja

b. distribusi makanan

c. sumber daya alam

d. teknologi produksi

e. konsumsi

5. Berikut ini cara-cara yang digunakan

untuk meningkatkan ingatan dalam

proses observasi,

kecuali

....

a. memperbanyak objek yang diamati

b. menambah bahan apersepsi tentang

objek

c . menggunakan alat mekanik

d. menggunakan lebih banyak observer

e. mengadakan pencatatan biasa

6. Observasi partisipan merupakan tehnik

pengamatan yang banyak digunakan

dalam penelitian yang bersifat ....

a. eksploratif

b. kuantitatif

c . evaluatif

d. kualitatif

e. deskriptif

7. Observasi sistematik sering disebut se-

bagai observasi ....

a. lapangan

b. tindakan

c. terencana

d. intensif

e. berkerangka

8. Keterpikatan peneliti terhadap penampil-

an objek penelitian sehingga menimbul-

kan kesesatan dalam pencatatan hasil

observasi disebut ....

a.

Carry-over effects

b.

hallo effects

c.

sound-effects

d.

generosity effects

e.

insidental effects

9. Narasumber dalam pelaksanaan meto-

de interview sering disebut sebagai ....

a. instruktur

b. interviewer

d. internal sistem

c. integrator

e. interviewee

10. Membantu orang yang diwawancarai

dalam mengungkapkan isi hatinya se-

cara tepat merupakan tugas peneliti da-

lam wawancara, yaitu mengadakan ....

a. interpretasi

b. paraphrase

c. analisis data

d. verifikasi data

e. penilaian jawaban

B . Jawablah soal-soal berikut dengan jawaban yang tepat.

1. Apakah yang dimaksud etnografi?

2. Sebutkan langkah yang ditempuh dalam

melaksanakan penelitian etnografi?

3. Jelaskan kebaikan dan kelemahan

metode observasi.

4. Bagaimanakah format penyusunan

laporan penelitian etnografi?

5. Bagaimanakah cara mengomunikasikan

hasil penelitian etnografi?

Studi Etnografi

181

STUDI KASUS

Warga Antusias Ikuti Labuhan

Bantul

–Labuhan alit tinggalan dalem

Jumenengan Sri Sultan HB X dimulai pagi

kemarin di Pantai Parangkusumo. Berba-

gai uba rampe berupa layon sekar Kanjeng

Kyai Ageng Pleret, pengajeng (selendang

cinde dan sebagainya), pendherek (jarit

berbagai jenis) dan uang, dilabuh ke Laut

Selatan.

Sementara uba rampe berupa lorodan

baju Sultan, seperti kaos, baju, surjan,

blangkon (iket), serta potongan kuku dan

rambut sang raja, dikubur di pojok barat

Cepuri, Parangkusumo.

Ritual labuhan ini merupakan tradisi

rutin yang digelar Keraton Jogja sebagai

peringatan naik tahta Sri Sultan HB X se-

bagai Raja Keraton Jogja. Tinggalan dalem

Jumenengan raja ke-10 Keraton Ngayog-

yakarta Hadiningrat ini jatuh tanggal Jawa

30 Rejeb 1939.

“Jadi ini digelar setiap setahun sekali.

Labuhan ini disebut alit (kecil). Kalau

labuhan ageng (besar) diadakan setiap

tahun Dal, yang jatuh delapan tahun sekali,”

terang Juru Kunci Pantai Selatan Raden

Panewu (RP) Suraksotarwono di sela-sela

labuhan, kemarin.

Prosesi labuhan dimulai dengan

penyerahan uba rampe dari pihak Keraton

Jogja yang dipimpin KRT Candra Wijaya

kepada Bupati Bantul yang diwakili Dinas

Pariwisata Bantul di Pendopo Kecamatan

Kretek.

Usai upacara serah-serahan, uba

rampe itu diusung ke Pendopo Cepuri Pa-

rangkusumo untuk diserahkan kepada sang

juru kunci Pantai Selatan untuk dilakukan

pembacaan doa-doa keselamatan untuk

sang raja, rakyat Jogja, dan bangsa ini.

Pembacaan doa yang disertai

pembakaran kemenyan dan dupa bubuk itu

berlangsung singkat, tapi khidmat. Warga

yang mengikuti prosesi itu pun dengan

sabar menanti berkah dari barang-barang

yang akan dilarung.

Tak sampai 30 menit, semua uba

rampe diusung ke pantai untuk segera

dilabuh ke laut. Sebelum turun ke laut, RP

Surakso kembali berdoa dan memohon ke-

pada penguasa Laut Kidul untuk menyerah-

kan barang-barang dari Keraton Jogja.

Diikuti ratusan masyarakat dan

wisatawan, barang-barang labuhan itu

dibawa ke tengah air laut. Sontak para

warga pun berebut uba rampe yang ke-

banyakan layon sekar (kembang sesaji

pusaka keraton), meski air laut cukup

besar. Sehingga, Tim SAR Parangtritis

terpaksa bekerja lebih keras untuk meng-

awasi para pengunjung labuhan itu.

“Kami percaya saja, barang-barang

ini bisa untuk keselamatan. Kami datang

sejak kemarin sore (Kamis, Red),” papar

Polikin yang mengaku asal Kendal sambil

menggenggam layon sekar.

Sementara bagi Dinas Pariwisata

Bantul, ritual tahunan ini sudah menjadi

agenda wisata di Kabupaten Bantul. Upa-

cara semacam ini, kata Kasubdin Objek

Wisata dan Daya Tarik Wisata Dispar

Bantul Ir. Ign. Bambang Sugiantoro, meru-

pakan momen unggulan bagi wisatawan

pantai.

Hanya saja, Bambang tak menyebut-

kan jumlah pengunjung terpengaruh oleh

gempa tiga bulan lalu, pada labuhan kali

ini. “Parangtritis masih layak dikunjungi.

Labuhan ini sebagai upaya menggairahkan

kembali pariwisata pantai”.

Sumber:

Jawa Pos,

2006

Antropologi SMA Jilid 2

182

Bacalah contoh pelaksanaan tradisi kebudayaan pada kutipan

artikel di atas. Coba Anda tuliskan permasalahan yang tepat untuk

penelitian etnografi berdasarkan pada isi kutipan artikel di atas.

PROFIL

Koentjaraningrat (1923–1999)

Koentjaraningrat

adalah seorang ahli

antropologi Indonesia

yang berkelas inter-

nasional. Ia dilahirkan

di Jogjakarta pada

tanggal 15 Juni 1923.

Gelar sarjana ia raih

dari Fakultas Sastra

Universitas Gadjah Mada, tahun 1952.

Koentjaraningrat mulai tertarik terhadap

antropologi sejak menjadi asisten G.J. Held,

Guru Besar Antropologi Universitas Indo-

nesia. Selanjutnya ia meneruskan pendidik-

an bidang antropologi di Universitas Yale,

New Haven, Amerika Serikat. Pada tahun

1958, Koentjaraningrat mendapatkan gelar

doktor dalam bidang antropologi dari

Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Penelitian-penelitian dalam bidang

antropologi sudah banyak dilakukan oleh

Koentjaraningrat, antara lain di Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, dan

Irian Jaya. Penelitian di luar negeri juga

pernah ia lakukan, antara lain penelitian

terhadap masyarakat nelayan yang hidup

di Teluk Ijsselmer (Belanda) dan masya-

rakat multietnis di bekas negara Yugosla-

via. Beberapa karya ilmiahnya, antara lain

Pengantar Ilmu Antropologi (1979), bebe-

rapa Pokok Antropologi Sosial (1967), dan

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia

(1970). Melalui disertasinya yang berjudul

“Beberapa Metode Antropologi Penjelidik-

an Masjarakat dan Kebudajaan di Indone-

sia”, Koentjaraningrat dianggap sebagai

peletak dasar antropologi di Indonesia.

Berkat pemikiran dan karya ilmiah-

nya, Koentjaraningrat memperoleh dua kali

penghargaan Satya Lencana Dwija Sistha.

Ia juga memperoleh gelar

doctor honoris

causa

dari Universitas Utrecht, Belanda

pada tahun 1976. Koentjaraningrat me-

ninggal dunia di Jakarta pada tanggal 23

Maret 1999.

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk

Pelajar,

2005

Ulangan Akhir

183

ULANGAN AKHIR

Coba kerjakan soal-soal berikut di buku kerja Anda.

A. Pilihlah salah satu jawaban soal berikut dengan tepat.

1. Seni rupa merupakan kesenian yang

dapat dinikmati melalui indra mata

sehingga sifatnya ....

a. fiktif

b. audio

c. atraktif

d. audio visual

e. visual

2. Kesenian pada zaman modern menggu-

nakan semboyan "

l'art pour l'homme

",

yang artinya ....

a. seni merupakan bagian dari kese-

nangan

b. seni untuk manusia

c . seni untuk dinikmati

d. seni merupakan bagian kebudayaan

e. seni adalah keindahan

3. Perkembangan kesenian pada zaman

kuno bersemboyan "

l'art pour l'art

"

yang artinya ....

a. seni adalah suci

b. seni untuk hidup

c. seni untuk seni

d. seni bagi semua

e. seni itu indah

4. Affandi termasuk pelukis yang beraliran

....

a. ekspresionisme

b. kubisme

c. naturalisme

d. naif-primitivisme

e. pluralisme

5. Seni sastra merupakan wujud lain karya

manusia. Istilah sastra menurut bahasa

Sanskerta "

castra

" yang berarti ....

a. keindahan

b. tulisan

c. harus dipelajari

d. cerita lama

e. untuk dinikmati

6. Agama mengandung tiga inti pokok/

dasar, yaitu ....

a. keimanan, keinsafan, dan pertobatan

b. keimanan, kepasrahan, dan perbuat-

an

c . iman, amal, dan insaf

d. sujud, syukur, ampun

e. keimanan, ibadat, akhlak

7. Upacara tabuik merupakan salah satu

upacara tradisional yang dapat dijumpai

dalam sistem religi adat suku bangsa ....

a. Sunda

b. Bugis

c. Minangkabau

d. Batak

e. Dayak

8. Sistem religi dalam kerangka budaya

suatu masyarakat memiliki tiga unsur

utama, yaitu ....

a. umat yang menganut agama, sistem

keyakinan, dan sistem upacara ke-

agamaan

b. sistem ritus keagamaan, peralatan

ritus keagamaan, dan sistem keya-

kinan

c . sistem keyakinan, kekuatan hal-hal

yang gaib dan akhlak

d. umat beragama, sistem upacara ke-

agamaan, dan peribadatan

e. ibadat, sistem keyakinan dan sistem

ritus upacara keagamaan

9. Talempong pacik merupakan alat musik

khas tradisional masyarakat ....

a. Batak

b. Minangkabau

c. Sunda

d. Dayak

e. Bugis

Antropologi SMA Jilid 2

184

10. Fetishism merupakan bentuk religi

berdasarkan kepercayaan bahwa ....

a. di sekitar manusia terdapat berbagai

macam roh

b. kekuatan sakti berada dalam segala

hal yang luar biasa

c. untuk pemujaan terhadap roh-roh

leluhur perlu dibuatkan lambang

tertentu

d. adanya jiwa dalam benda-benda

tertentu

e. benda dan tumbuhan di sekitar ma-

nusia memiliki jiwa

11. Studi ilmiah modern tentang semua

aspek bahasa adalah ....

a. Etnologi

b. Linguistik

c . Etnografi

d. Fonetik

e. Filologi

12. Perkembangan teknologi suatu suku

bangsa dapat dilihat dari segi ....

a. kemampuan berkomunikasi

b. jenis-jenis mata pencaharian

c . proses persebaran bahasa lokal

d. peralatan hidup yang digunakan

e. tingkat penguasaan pengetahuan

13. Salah satu hal yang menghambat per-

kembangan iptek dalam suatu kehi-

dupan suku bangsa adalah ....

a. pesatnya urbanisasi

b. modernisasi

c. adanya migrasi

d. etnosentrisme

e. difusi

14. Berikut ini faktor-faktor yang mendo-

rong perkembangan iptek didalam

kehidupan suatu suku bangsa,

kecuali

....

a. sistem pendidikan yang maju

b. menyadari kekurangan kebudayaan

sendiri

c . kontak kebudayaan dengan masya-

rakat lain

d. masyarakat yang sifatnya terbuka

e. mengagungkan kebudayaan sendiri

15. Salah satu dampak negatif dari kema-

juan ilmu pengetahuan dan teknologi

adalah ....

a. bergesernya nilai-nilai budaya tradi-

sional

b. meningkatnya arus urbanisasi

c . tingginya angka pengangguran

d. beralihnya pola kehidupan yang lebih

modern

e. rendahnya tingkat mobilitas pendu-

duk

16. Pengetahuan tentang alam flora merupa-

kan salah satu pengetahuan yang ber-

kaitan erat dengan sistem mata penca-

harian ....

a. berburu

b. berdagang

c. nelayan

d. berlayar

e. bercocok tanam

17. Seorang dukun yang mampu menyem-

buhkan penyakit dalam kehidupan

manusia pada zaman kuno merupakan

orang yang menguasai pengetahuan

tentang ....

a. alam sekitarnya

b. hubungan antarsesama manusia

c. benda-benda yang ada di sekitarnya

d. tubuh manusia

e. ruang dan waktu

18. Meneliti kehidupan anak jalanan dengan

cara membaur dalam kehidupan mereka

merupakan bentuk penerapan teknik ....

a. observasi eksperimental

b. observasi non partisipan

c. observasi partisipan

d. observasi sistematik

e. observasi noneksperimental

19. Pencatatan hasil pengamatan yang

dilakukan menurut urutan kejadian

merupakan bentuk pencatatan ....

a.

on the spot

b. insidental

c. sistematik

d. periodik

e. kronologis

Ulangan Akhir

185

20. Hubungan baik antara interviewer

dengan interviewee dapat dilakukan

dengan memperkenalkan diri sebagai

sahabat dari pihak yang diwawancarai

yang disebut ....

B . Jawablah soal-soal berikut dengan jawaban yang tepat.

1. Bagaimanakah bentuk perkembangan

seni sastra adat suku bangsa Minang-

kabau?

2. Jelaskan hubungan antara karya seni,

pelaku seni, dan masyarakat.

3. Bagaimanakah sejarah kepercayaan

adat suku bangsa Nias? Lalu kaitkan

perkembangannya dengan kondisi saat

ini.

4. Jelaskan pengaruh iptek terhadap per-

kembangan kebudayaan pada saat ini.

Uraikan pendapat Anda.

5. Sebutkan kendala yang menghambat

perkembangan iptek dalam kehidupan

masyarakat? Apa pendapat Anda

mengenai hal tersebut.

a. identifikasi

b. partisipasi

c. persuasi

d. adaptasi

e.

key person

Antropologi SMA Jilid 3

186

DAFTAR PUSTAKA

Baker, JWM, SJ. 1988.

Filsafat Kebudayaan Sebuah Pe-

ngantar

. Jakarta: Kanisius.

Hadi, Sutrisno, Drs. Prof. MA. 1983.

Metodologi Research 2

.

Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

Universitas Gajah Mada.

Haviland, William A. Alih bahasa: Soekadijo, RG. 1999.

Antro-

pologi jilid 2

. Jakarta: Erlangga.

–––––––

. Alih bahasa: Soekadijo, RG. 1999.

Antropologi jilid

1

. Jakarta: Erlangga.

Jenoda and Cook. 1959.

Research Methods in Social Relations

:

Basic Process Vol 1. New York: The Dryden Press.

Keesing, Roger M. dan Samuel Gunawan, Drs. MA. 1999.

Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer

.

Jakarta: Erlangga.

Koentjaraningrat, Prof. Dr. 1980.

Beberapa Pokok Antropologi

Sosial

. Jakarta: Dian Rakyat.

–––––––. 1974.

Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan

.

Jakarta: Gramedia.

–––––––

. 1976.

Manusia dan Kebudayaan di Indonesia

.

Jakarta: Balai Pustaka.

–––––––

. 1985.

Pengantar Ilmu Antropologi

. Jakarta: Aksara

Baru.

–––––––

. 1986.

Pengantar Antropologi Sosial dan Budaya

.

Jakarta: Karunika.

–––––––. 1996.

Pengantar Antropologi I

. Jakarta: Rineka Cipta.

Naim, Sahidi. 1983.

Kerukunan Antarumat Beragama

. Jakarta:

Gunung Agung.

Rummel. 1958.

An Introduction to Research Prosedures in

Education

. New York: Harper & Brother Publisher.

Soekanto, Soerjono. 1982.

Sosiologi Suatu Pengantar

. Jakarta:

Rajawali.

Soekmono. 1993.

Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia

I

. Jogjakarta: Kanisius.

Suryabrata, Sumadi, BA. Drs. MA. Ed.S,Ph D. 1983.

Metodologi

Penelitian

. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susanto, Astrid, S. Dr. Phil. 1980.

Komunikasi Sosial di

Indonesia

. Jakarta: Binacipta.

Widyosiswoyo, Supartono, Drs. 1992.

Ilmu Budaya Dasar

.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yad Mulyadi. 1999.

Antropologi

. Jakarta: Depdikbud.

Glosarium

187

GLOSARIUM

age of reason

: masa abad pemikiran

akulturasi

: percampuran kebudayaan yang mengha-

silkan bentuk kebudayaan baru

alih teknologi

: pewarisan teknologi dari generasi ke gene-

rasi atau dari masyarakat/bangsa yang satu

ke masyarakat/bangsa lain

animisme

: kepercayaan kepada roh yang mendiami

benda (batu, sungai, gunung, dan sebagai-

nya)

apresiasi

: tanggapan positif

bgu

: orang asli Papua

birokrasi

: sistem pemerintahan yang dijalankan oleh

pegawai pemerintah karena telah berpe-

gang pada hierarki dan jejang jabatan

demonstratif

: bersifat mempertunjukkan (mempertonton-

kan) secara menyolok

deskripsi

: pemaparan

dinamisme

: kepercayaan bahwa segala sesuatu mem-

punyai kekuatan gaib

dirigen

: pemimpin suatu pertunjukan musik

discovery

: penemuan yang sama sekali baru

doktrin

: ajaran yang mengandung kebenaran bersi-

fat mutlak

ekspresi

: penggambaran

error

: kesalahan, penyimpangan

etnografi

: tulisan tentang kebudayaan suatu suku

bangsa

etnosentrisme

: sikap mengagung-agungkan kebudayaan

sendiri dan menggangap rendah kebuda-

yaan lain.

fumeripits

: dewa dalam mitologi suku Asmat di Papua

hipotesis

: dugaan, kesimpulan sementara

holistik

: menyeluruh

inovasi

: pembaharuan menuju penemuan baru yang

lebih baik

instingtif

: berdasarkan naluri

interogasi

: pemeriksaan terhadap seseorang melalui

pertanyaan lisan yang bersistem

Antropologi SMA Jilid 2

188

insidental

: terjadi atau dilakukan pada kesempatan

atau waktu tertentu saja

instrumen

: alat musik

interview

: wawancara

interviewee

: orang yang diwawancarai, narasumber

interviewer

: pewawancara

intuitif

: perasaan, kata hati

invention

: penemuan yang merupakan hasil penyem-

purnaan dari penemuan yang telah ada se-

belumnya

kolaborasi

: perpaduan kerja sama

kolektif

: secara kelompok

komparasi

: perbandingan

migrasi

: perpindahan penduduk

mitologi

: cerita yang dilandaskan kepada keperca-

yaan terhadap hal-hal yang tidak masuk

akal

mitoni

: upacara hamil tujuh bulan pada kehamilan

anak pertama

mitos

: cerita yang berlatarbelakang kepercayaan

mobilitas

: perubahan gerak, perpindahan

modin

: pemimpin upacara selamatan (di Jawa Te-

ngah)

mortalitas

: angka kematian

motif

: corak

multikultural

: masyarakat majemuk, yang terdiri atas ber-

bagai kebudayaan

namer ow

: sebutan untuk dukun di Papua

natalitas

: angka kelahiran

natalitas

: laju kelahiran yang memperlihatkan jumlah

keturunan yang dihasilkan oleh setiap

perempuan dalam suatu populasi persatuan

waktu tertentu

ngruwat

: selamatan pada saat-saat tertentu

observasi

: pengamatan

osbopan

: sebutan untuk roh jelek dalam masyarakat

Papua

presentasi

: penyajian, pertanggung jawaban hasil kerja

profan

: duniawi

proto sejarah

: masa sejarah

reliabel

: ajeg

Glosarium

189

relief

: pahatan yang menampilkan perbedaan

bentuk dan gambar dari permukaan rata di

sekitarnya

religi

: sistem kepercayaan pada hal-hal gaib di luar

jangkauan akal manusia

repertoar

: lagu-lagu

retouching

: penyempurnaan bentuk

ritual

: tata cara peribadatan

solidaritas

: kesetiakawanan

sukerta

: pembawa sial

teater

: kelompok seni pertunjukan di bidang seni

drama

short message

: layanan jasa pengiriman pesan melalui

service

handphone

tembikar

: peralatan yang terbuat dari tanah liat

trance

: situasi seseorang dalam keadaan tidak sa-

darkan diri karena pengaruh suatu hal

uniformitas

: keseragaman

valid

: canggih

yi-ow

: sebutan untuk roh baik dalam masyarakat

Papua

zending

: lembaga penyiaran agama Nasrani

yupa

: tugu yang bertuliskan prasasti pada masa

kerajaan-kerajaan Kutai

Antropologi SMA Jilid 2

190

INDEKS ISTILAH

Adiktif, 122

Age of reason, 128

Animisme, 76

Astrologi, 51

Beverages, 122

Bgu, 82, 83

Birokrasi, 120

Chipping, 120

Coiling technique, 122

Creed, 79

Demonstatif, 167

Deta/destar, 39, 56

Dinamisme, 76

Eksploratif, 149

Encek, 93

Ethnos, 143

Etnis, 33, 41

Etnografi, 147, 148, 149, 150, 151, 174

Ewoh, 58

Flying shuttle, 128

Food, 122

Geguritan, 51

Geologi, 149

Geomorfologi, 149

Gonjong, 38

Good raport, 154

Grinding, 120

Hikayat, 17, 18, 23

Holistik, 145

Interview guide, 167, 170

Interviewee, 157, 158

Interviewer, 157

Kolosal, 57

Lenong, 45

Indeks

191

Liturgi, 72

Maestro, 26, 28

Modeling technique, 122

Modin, 92

Moko, 10

Natural religion, 79

Ngruwat, 93

Observees, 150, 154

Ogung, 37

On the spot, 160

Pakhuizen, 20

Peragi, 26

Percussion flaking, 120

Pile dwelling, 123

Polytheisme, 78

Pondasi, 34

Pottery wheel technique, 122

Pottery, 121

Prehistori, 121

Pressure flaking, 120

Primbon, 51

Primitif, 8

Proto sejarah, 127

Religion in action, 104

Reliabel, 169

Repertoar, 44

Retouching, 120

Revealed religion, 80

Saluar, 39

Sampyong, 45

Samrah, 42, 43, 44

Self report, 155

Semi sub terranian dwelling, 123

Short message service, 130

Sledge, 125

Societeit Concordia, 22

Spices, 122

Antropologi SMA Jilid 2

192

Stimulant, 122

Stoneboilling technique, 122

Stratifikasi, 51

Suji, 36

Sukerta, 94

Suluk, 17, 18

Surfice dwelling, 123

Syal, 43

Tarikh, 17

Teenakers, 19

Trance, 52

Travois, 125

Try out, 156

Tsyem, 62

Ulos, 35

Yupa, 99

Indeks

193

INDEKS PENGARANG

Astrid, S. Susanto, 135, 136

Baker, 127

Jenoda and Cook, 153

Koentjaraningrat, 4, 5, 6, 29, 30, 31, 33, 36, 38, 39, 70

Roger M. Keesing dan Samuel Gunawan, 6, 7

Rummel, 152

Sahibi Naim, 69

Soekmono, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16

Soepartono Widyosiswoyo, 14, 16, 17, 23

Sumadi Suryabrata, 148, 149

Sutrisno Hadi, 160

Yad Mulyadi, 147

Antropologi SMA Jilid 2

194

A n t r o p o l o g i 2

Untuk Kelas XII SMA dan MA

Emmy Indriyawati

Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan

layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 34 Tahun 2008 tanggal 10 Juli 2008 tentang Penetapan Buku Teks yang Memenuhi

Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam proses pembelajaran.

Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp. 10.535,-

ISBN 978-979-068-229-0 (no.jld.lengkap)

ISBN 978-979-068-227-6